Kerajaan, Kuasa, dan Kemuliaan

“Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.
Amin.” (Mat. 6:13b)

Inilah puncak dari Doa Bapa Kami. Seluruh doa ini ditutup dalam sebuah pengakuan
terhadap Allah sebagai Raja yang berkuasa dan penuh kemuliaan. Inilah tujuan hidup berdoa
dan tujuan hidup dari penciptaan manusia. Segala kemuliaan hanya bagi Allah. Soli Deo
gloria
. Tujuan ini sendiri sudah digenapi, sedang digenapi, dan akan digenapi sepenuhnya
pada masa pemuliaan (konsumasi). Ini adalah sebuah permohonan yang menggerakkan
kehidupan yang penuh pengharapan.

Baris ketiga dari doa ini berkata, “datanglah kerajaan-Mu.” Lalu di dalam penutup
ditegaskan dengan sebuah pengakuan “karena Engkaulah yang empunya Kerajaan…” Manusia
tidak dipanggil untuk mendirikan kerajaannya. Kita dipanggil untuk menyatakan keberadaan
kerajaan Allah, karena hanya Tuhan Raja yang sesungguhnya. Ini adalah komitmen hidup
Kristen, bahwa Tuhan itu Raja yang berdaulat penuh. Ironisnya, kita lebih sering ingin
menjadi raja dan berkuasa atas segala sesuatu? Hal ini mengingatkan kita akan dosa yang
mula-mula, ketika kita di dalam Adam tidak ingin mengakui Tuhan sebagai raja. Kita ingin
diri yang terbatas, lemah, dan berdosa ini menjadi raja atas segala sesuatu, termasuk atas
Tuhan itu sendiri.

Penutup doa ini mengarahkan hidup kita untuk kembali pada posisi yang benar dengan
mengingatkan kita siapa sesungguhnya yang berhak menjadi Raja. Bicara tentang kerajaan,
tidak bisa dilepas dari kuasa yang dimiliki kerajaan tersebut. Tanpa kuasa, sebuah kerajaan
tidak ada artinya. Pengakuan terhadap kekuasaan Tuhan, meneguhkan hati saat kita
menaikkan permohonan-permohonan kita. Kita memang tak berdaya, tetapi Tuhan kita
adalah Raja yang perkasa. Hal ini menjadi sumber pengharapan yang tidak ada habisnya.
Sekali lagi, ironisnya, kita sering mengandalkan kekuatan diri ketimbang berharap kepada-
Nya dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup.

Akhirnya, segala kemuliaan dikembalikan kepada-Nya, karena Tuhan adalah Raja yang
berkuasa dan mulia. Tidak ada yang seperti Tuhan. Kemuliaan adalah milik-Nya. Lalu,
apakah hal ini menjadi motivasi dari setiap tindakan dan pikiran kita? Jangan-jangan apa
yang kita lakukan bukan mengembalikan segala kemulian kepada Tuhan, tapi justru merebut
kemuliaan yang menjadi milik-Nya.

Sungguh indah doa ini. Penutup doa ini membawa kita kembali ke hadapan Tuhan. Berdiri
bukan dengan penuh ketakutan seperti orang yang bersalah yang mendapat hukuman mati.
Tapi berdiri di hadapan-Nya dengan hormat dan gentar namun penuh sukacita, sebagai umat
tebusan-Nya yang merayakan kekuasaan dan kemuliaan-Nya sampai selama-lamanya. Amin.