“Kita mau pindah rumah.” Wah, berita yang menyenangkan sekaligus menegangkan.
Didorong oleh kondisi di mana tempat lama sudah tidak memadai, dan ditarik oleh kondisi di
mana tempat baru menyediakan hal-hal yang lebih baik. Untuk seorang muda, pindah rumah
mungkin menggairahkan, tetapi untuk seorang tua, bisa jadi menakutkan.
Itulah yang dialami Yakub ketika dia berumur 130 tahun dan harus pindah ke Mesir. Di
Mesir ada anak kesayangannya yang dikira sudah mati tetapi sebenarnya masih hidup bahkan
sangat sukses. Yakub tahu jelas, bahwa Mesir bukan tempat yang Tuhan janjikan. Yakub
mencari Tuhan dan Tuhan berfirman, “Jangan takut pergi ke Mesir…. Aku sendiri akan
menyertai engkau pergi ke Mesir dan tentulah Aku juga akan membawa engkau kembali.”
Ayat selanjutnya mengatakan, “Lalu berangkatlah Yakub… lalu tibalah mereka di Mesir”
(Kej. 46: 4-5). Kejadian 49:29 mencatat saat detik-detik terakhir hidupnya, ia berpesan,
“Kuburkanlah aku di sisi nenek moyangku dalam gua yang dibeli Abraham. Di situlah
dikuburkan Abraham, Sara, Ishak, Ribka, Lea.” Pengalaman Yakub bersama Tuhan dimulai
ketika dia melarikan diri dari kemarahan Esau dan di Betel dia bersumpah, “Jika Allah akan
menyertai aku di jalan yang kutempuh sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka
TUHAN akan menjadi Allahku” (Kej. 28:20-21). Cerita Yakub dimulai sejak ia berada di
dalam kandungan, bagaimana ia bergumul dengan Esau dan ketika Esau keluar terlebih
dahulu, Yakub memegang tumitnya. Ketika Yakub kembali dan akan bertemu Esau, dia
bergumul dengan Tuhan di Pniel, dan Tuhan memukul paha Yakub.
Sebelum bangsa Israel yang ditindas bangsa Mesir kembali ke Tanah Perjanjian,
Tuhan memanggil Musa dan Tuhan memperkenalkan diri-Nya, “Akulah Allah ayahmu, Allah
Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. Aku telah memperhatikan kesengsaraan umat-Ku….
Aku telah mendengar seruan mereka…. Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku
telah turun untuk melepaskan mereka dan menuntun mereka keluar ke negeri yang baik dan
luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya” (Kel. 3:6-8). Siapakah
umat Israel dan apakah Tanah Perjanjian saat ini? Semua orang yang beriman kepada Tuhan
Yesus adalah keturunan Abraham dan masuk ke dalam perjanjian dengan Tuhan. Seperti
Abraham meninggalkan Mesopotamia (metropolitan dunia), tinggal di kemah seumur
hidupnya, demi masuk ke dalam kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan, dan
dibangun oleh Allah. Tuhan telah mempersiapkan sebuah kota bagi umat-Nya, oleh karena
itu Abraham, Ishak, dan Yakub berani melangkah dan berjalan bersama Tuhan menuju kota
itu.
Demikianlah kita, marilah kita menggenggam erat janji Tuhan dalam Kitab Suci, dengan
iman dan ketaatan berani melangkah dan berjalan bersama Tuhan menuju kota yang
dipersiapkan-Nya bagi kita.