Sebuah bunga Magnolia setiap hari mengamati seekor angsa putih yang berenang di tengah
danau. Gerakannya sangat tenang, bulu putihnya tampak bersih dan lembut, dan paruhnya
yang berwarna oranye terang menjadi aksen dari seluruh keanggunannya. Hari demi hari,
Magnolia bermimpi seandainya dia adalah angsa. Ada peribahasa Indonesia yang
mengatakan, “Rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri.” Bisa jadi memang rumput
tetangga lebih hijau dari rumput sendiri, tetapi kalimat ini mengandung arti bahwa apa yang
dimiliki orang lain, biasanya terlihat lebih indah daripada apa yang dimiliki sendiri. Kita
menangkap kupu-kupu dan ikan dengan jaring, tetapi pernahkah kita melihat orang
menangkap angin dengan jaring? Bukankah itu adalah hal yang sangat bodoh dan sia-sia?
Sang Guru mengatakan bahwa segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin
(Pkh. 1:14). Ini adalah kalimat yang universal dan kontroversial. Bagaimana mungkin
seseorang bisa hidup dalam ketiadaan makna? Makan supaya tetap hidup, tetapi hidup untuk
apa? Mengapa orang berjuang keras supaya bisa makan enak, berpakaian bagus, dan hidup
senang, jika akhir dari semua itu hanyalah sebuah batu dengan nama terukir di atasnya?
Sang Guru juga mengatakan bahwa Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya.
Ada waktu untuk lahir, mati, menangis, tertawa, berdiam diri, berbicara, mengasihi,
membenci, perang, damai, dan seterusnya. Manusia tidak sanggup mengerti segala sesuatu
tetapi hidup menjadi berarti ketika manusia menerimanya dengan sukacita dari tangan Tuhan
(Pkh. 3:11-13).
Manusia diciptakan untuk kekekalan, oleh karena itu hal-hal yang sementara tidak dapat
memberikan kepuasan yang seutuhnya. Apabila Magnolia berhasil menjadi angsa, suatu saat
dia akan tidak puas menjadi angsa, dan ingin menjadi kupu-kupu, dan seterusnya. Baik
menjadi apa pun, dia harus menerima bahwa Tuhan telah menetapkannya menjadi demikian,
dengan segala limitasinya. Janganlah mengkhawatirkan hidup dengan hal-hal yang tidak
realistis, sebaliknya dengan sabar belajar menikmati hidup sebagaimana yang diberikan oleh
Tuhan.
Kewajiban semua orang adalah takut akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-
Nya (Pkh. 12:13). Marilah kita mengerjakan kewajiban kita dengan sebaik-baiknya dan
percaya bahwa Allah mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:28).