Melihat dan Dilihat

Sering kali kita tidak melihat apa yang seharusnya kita lihat. Misalnya kita sedang
memikirkan sesuatu lalu secara autopilot kita akan berjalan ke arah yang biasa kita lalui,
sampai tiba-tiba kita kaget betapa kita telah mengambil arah yang salah. Mungkin sesuatu itu
terlalu kecil untuk bisa kita lihat dengan mudah, namun setelah jarak tertentu dan ditunjukkan
barulah terlihat jelas. Ketika kita berpapasan dengan seseorang pun, kita mungkin tidak
melihatnya karena tidak signifikan bagi kita. Hal ini pasti tidak akan terjadi bagi seseorang
yang bergerak dalam bidang keamanan, karena mereka harus memastikan bahwa setiap
orang/benda yang berada di tempat tugasnya tidak mengancam keamanan.

Seperti halnya kita melihat sesuatu yang terlihat, demikianlah kita juga harus belajar melihat
apa yang tidak terlihat. Paulus tidak buta, tetapi di dalam Kerajaan Allah, dia buta secara
rohani. Tuhan menampakkan diri-Nya dalam terang kepada Paulus dan untuk sementara mata
fisiknya tidak dapat melihat. Setelah tiga hari, Tuhan mengutus Ananias, seorang pengikut
Tuhan, untuk memberikan penglihatannya kembali. Seorang Ananias lain, suami Safira, tidak
sadar bahwa perbuatan curangnya dilihat Allah. Ia berbohong kepada Petrus dan saat itu juga
ia berakhir dengan tragis (Kis. 5:1-5). Ananias lain, imam besar yang menampar mulut
Paulus (Kis. 23:2:5), tidak layak dilihat sebagai imam besar karena perbuatannya yang jahat.
Dia mati dibunuh. Nama Ananias berarti Allah telah memberikan, tetapi hanya satu Ananias
yang hidupnya dilihat dan berkenan kepada Tuhan, sedangkan dua Ananias lainnya mati
mengenaskan karena menganggap Tuhan tidak melihat perbuatan mereka yang jahat.

Kita harus memiliki kesadaran bahwa apa pun yang kita lakukan dilihat oleh Allah, termasuk
apa yang masih berada dalam pertimbangan hati kita. Allah melihat apa yang terjadi kepada
orang yang berkenan kepada-Nya. Dia menguatkan Paulus pada saat krisis dengan berdiri di
sisinya, “Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang
Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma” (Kis.
23:11). Tuhan tidak menghindarkan kita dari masalah, tetapi Dia menguatkan kita di dalam
masalah. Melalui pengalaman penyertaaan Tuhan di dalam masalah kita, kita akan makin
bertumbuh dalam pengenalan pribadi kita akan Tuhan. Marilah kita belajar melihat
kebutuhan orang-orang di sekeliling kita. Marilah kita belajar hidup dengan kesadaran bahwa
segala sesuatu dilihat oleh Tuhan.