,

Mengapa Oh Mengapa?

Selain membaca Alkitab, mendengar audio Bible dapat memperkaya perenungan akan firman Tuhan. Saya merekomendasikan Saudara untuk membaca Keluaran 14 terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca. Nah, saat mendengar audio Bible Keluaran 14, saya tersentak saat ayat 15 dibacakan, khususnya ketika Tuhan berkata, “Why do you cry to me? Tell the people of Israel to go forward” (ESV). Dalam bahasa Indonesia kata “cry” diterjemahkan sebagai “berseru-seru”. Versi ILT menggunakan kata “berteriak-teriak”. Berteriak-teriak merupakan terjemahan yang lebih vulgar, yang mungkin lebih cepat dapat dipahami dibandingkan kata berseru-seru. Kita langsung dapat membayangkan suasananya yang kacau dan sangat panik.

Mengapa perkataan Tuhan tersebut membuat tersentak? Coba Saudara sejenak renungkan sebelum melanjutkan membaca artikel ini. Berhentilah sebentar dan pikirkan, mengapa Tuhan mengucapkan hal itu, “Mengapa Engkau berteriak-teriak kepada-Ku?”

Orang yang berteriak memang bisa mengejutkan. Tetapi bagi saya, orang yang berteriak-teriak itu mengesalkan. Kenapa sih harus teriak-teriak? Kecuali mungkin Saudara sedang latihan vokal untuk berpidato atau berkhotbah. Anyway, apakah Tuhan sedang kesal kepada Israel sehingga Ia mengatakan hal itu kepada Musa? Kita bisa merenungkan beberapa hal di bawah ini.

Yang pertama, pertanyaan itu memberikan kesadaran untuk diam dan berpikir. Iya, ya, kenapa harus teriak-teriak? Lalu muncul alasan, tetapi kan kami sedang terjepit. Di belakang kami terdengar deru kereta kuda Firaun dan pasukannya makin keras, mereka sudah makin dekat. Di depan kami Laut Teberau yang tidak mungkin kami seberangi. It’s dead end, menCul de sac! Jadi, wajar dong kami teriak-teriak! Oh, begitu? Baiklah, mari kita menuju hal kedua kalau begitu.

Mengingatkan pada sejarah, karena kita cenderung mengalami amnesia sejarah. Sebelum peristiwa cul de sac di atas, bukankah Tuhan telah membuat pertunjukan yang sangat spektakuler di Mesir? Ada sepuluh tulah yang tidak pernah terjadi dalam sejarah dan peristiwa Paskah yang membunuh semua anak sulung Mesir (yang pernah melakukan genosida terhadap anak-anak laki-laki umat Israel). Lalu bagaimana saat malam sebelum keluar dari Mesir, mereka mendapatkan kembali gaji mereka yang tertunda selama ini dengan “merampasi” orang-orang Mesir? Sejujurnya, sebelas hal yang Tuhan lakukan itu bahkan belum pantas disebut sebagai sejarah. Tetapi anggaplah sejarah, karena terjadi di masa lalu. Jadi, semudah itukah umat Tuhan melupakan pekerjaan-Nya?

Mari kita tarik pada sejarah yang sesungguhnya. Bukankah peristiwa Keluaran terjadi sesuai dengan apa yang Tuhan sabdakan pada Abraham, bapa mereka seperti tertulis di Kejadian 15:13-14? Apa yang akan menjadi alasan Israel? Lupa, Tuhan, sudah kelamaan? Baik. Tetapi sebelas peristiwa saat Keluaran itu masih sangat anyar, bukan? Jadi mau cari alasan apa? Hal ketiga di bawah ini mungkin yang terpenting.

Belajar beriman. Hal ini terlalu sering menjadi kegagalan umat Allah. Jika mereka memercayai Tuhan, mengapa harus teriak-teriak? Boleh saja umat Israel terkesima dengan sebelas pertunjukan ajaib yang Tuhan lakukan. Namun apakah dengan sendirinya hal tersebut menumbuhkan iman? Bukankah mereka yang lahir di Mesir, yang sebagian besar melihat betapa spektakulernya perbuatan Tuhan, hampir semua tidak masuk ke Kanaan? Betapa berbedanya mereka dengan Rahab atau Rut! Mereka tidak melihat, tetapi lewat mendengar mereka percaya (Rm. 10:17). Jadi, mengapa kamu berteriak-teriak hai Israel? Apa alasanmu?

Saudara, apa yang menjadi alasan kita berteriak-teriak dan mengeluh? Immediately the father of the child cried out and said, “I believe; help my unbelief!” (Mark 9:24)

Vik. Maya Sianturi Huang

Wakil Koordinator Bidang Pendidikan Sekolah Kristen Calvin