,

Padang Belantara

Membaca kisah bangsa Israel di movement keempat dari Pentateukh yakni Kitab Bilangan, seolah menonton sebuah film yang menegangkan. Mungkin inilah bagian paling mencekam mengenai kisah bangsa Israel yang dituliskan oleh Musa. Bacalah kitab ini dan jadilah tercengang!

Nama kitab ini mungkin kurang menarik karena diasosiasikan dengan dua peristiwa cacah jiwa yang dilakukan di awal dan akhir kitab ini. Judul yang diberikan dalam bahasa Ibrani lebih menarik karena menggambarkan isi dari kitab ini. Nama Ibraninya adalah BaMidbar yang artinya di padang belantara. Cocok, bukan? Apa yang dikisahkan dalam BaMidbar adalah perjalanan bangsa Israel selama hampir 40 tahun di padang belantara. Seyogyanya perjalanan tersebut dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 minggu, tetapi Tuhan mengajak bangsa tersebut berputar-putar demikian lama. Mengapa?

Layar cerita dibuka dengan pencatatan jumlah jiwa dari 12 suku Israel, seperti ingin mengingatkan akan janji Tuhan pada Abraham bahwa keturunannya akan sangat banyak. Tuhan kembali memberikan sejumlah ketetapan, sebelum orang Israel berangkat meninggalkan Sinai setelah setahun menetap di sana. Selama di Sinai, Israel memperbarui kovenan dengan Tuhan, menerima 10 Hukum, dan mendirikan Kemah Suci. Awal yang indah, bukan? Mereka pun kemudian berangkat menuju tanah yang dijanjikan Tuhan dengan dipimpin langsung oleh Tuhan lewat tiang awan dan tiang api. Luar biasa, kan? Kita pun membayangkan perjalanan ini akan berjalan lancar, indah, dan menyenangkan. Seperti yang kerap kita impikan mengenai perjalanan kehidupan kekristenan kita. Tetapi apa yang lalu terjadi di sepanjang perjalanan?

Dari belantara Sinai Tuhan membawa Israel melewati belantara yang lain yaitu Paran. Reaksi Israel? Seperti di Keluaran, keluhan-keluhan mereka masih seputar makan dan minum. Tetapi di bagian ini keberdosaan mereka semakin memuncak, mereka semakin tidak memercayai Tuhan. Lihat saja adegan-adegan yang dituliskan Musa berikut ini: Pemberontakan Miryam dan Harun; Kaleb dan Yosua nyaris dibunuh, karena dua pengintai ini lebih memercayai Tuhan daripada penglihatan mereka; Ketidakpuasan yang memuncak dengan keinginan mengangkat seorang pemimpin baru untuk membawa mereka kembali ke Mesir. Mengerikan karena Tuhan kemudian mengabulkan keinginan mereka! Tidak dengan membawa mereka kembali ke Mesir tetapi dengan mencegah mereka masuk ke Tanah Perjanjian dan harus mati di perjalanan. Seperti halnya kejatuhan Adam dalam dosa, Tuhan tidak langsung mematikan mereka, yang ada Tuhan mengajak bangsa itu berputar selama 38 tahun di belantara Paran. Bisa bayangkan akibatnya terhadap anak-anak mereka yang lahir setelah peristiwa Keluaran? Belum lagi perasaan Musa, Yosua, Kaleb, dan Eleazar. Kisah-kisah getir perjalanan di padang belantara ini lalu dihiasi lagi dengan pemberontakan Korah. Musa pun akhirnya ikut bersalah. Alih-alih berbicara kepada Sang Batu, ia malah memukulnya dua kali. Belum lagi peristiwa digigit ular tedung karena urusan perut (lagi-lagi!). Kalau Anda memperhatikan dengan cermat, kita seperti diajak menonton sebuah film yang menyebalkan tentang sebuah bangsa yang tidak tahu diri meski sangat dicintai. Tetapi bukankah lewat bangsa tegar tengkuk ini kita dapat bercermin? Bukankah kita tidak ada bedanya dengan mereka dalam menjalani perjalanan iman?

Kisah Israel di kitab ini mencapai puncaknya dengan munculnya tokoh antagonis bernama Balak, raja Moab. Ia ingin menghancurkan Israel dengan cara yang aneh tetapi jitu, yaitu dengan menyewa seorang “nabi palsu” bernama Bileam untuk mengutuki Israel. Mengapa? Silakan Anda mencoba menjawabnya. Yang kita ketahui, usaha ini gagal.  Bileam “terpaksa” memberkati Israel dari atas bukit, karena begitulah rencana Tuhan. Sementara itu di bawah bukit, di perkemahan, keturunan pertama Israel yang keluar dari Mesir, mengutuki Tuhan mereka. Tragis, bukan? Jika Anda di posisi Tuhan apa yang akan Anda lakukan terhadap mereka?

Bacalah kitab ini! Anda akan tercengang-cengang. Akan kebebalan Israel? Hmm, mungkin iya. Tetapi yang lebih mencengangkan adalah Tuhan yang penuh kesabaran dan kemurahan. Rasul Paulus menjadikan kisah ini sebagai sebuah peringatan bagi kita (1Kor. 10). Peringatan tentang apa? Bacalah pasal tersebut dan mintalah Tuhan menolong Anda untuk terus bergantung pada-Nya! Soli Deo Gloria.

Ev. Maya Sianturi Huang
Kepala SMAK Calvin