Hari ini salah seorang saudara yang kami kasihi kehilangan anaknya karena kecelakaan.
Suatu tragedi yang memukul kami semua dan mendukakan hati.
Merenungkan kematian tidak bisa dilepaskan dari kehidupan, demikian juga sebaliknya.
Kematian adalah akhir kehidupan. Dalam keberdosaan, memang…
kematian adalah kepastian,
kematian adalah keharusan,
kematian adalah keniscayaan.
Kematian harus hadir dalam kehidupan, di akhir kehidupan yang diharapkan cukup panjang.
Tetapi jika kematian hadir ketika kehidupan baru saja dimulai, bukankah itu sangat
menyedihkan? Seperti bunga yang baru kuncup, layu kekeringan. Tetapi siapakah yang
sanggup menahan kematian? Siapakah yang sanggup memastikan hadirnya kematian di akhir
hidup yang cukup panjang? Demikianlah hidup manusia tidak ada yang pasti dan semuanya
itu kesia-siaan. Dilihat dari sisi ini, ada benarnya ajaran Buddha yang mengajarkan bahwa
kehidupan adalah penderitaan. Jika kehidupan memang demikian, penuh kesengsaraan,
bukankah lebih baik seorang manusia tidak dilahirkan?
Tidak ada hikmat manusia yang bisa menjawab pertanyaan ini. Tidak ada jawaban dari
pengetahuan manusia yang sanggup memuaskan kita. Dan memang hal ini terlalu dalam
untuk diselami oleh pikiran manusia semata.
Tetapi ada satu hal yang kita tahu pasti dan akan terus memberikan kita kekuatan, yaitu
bahwa:
Penghiburan kita hanyalah ada pada Tuhan kita, Yesus Kristus, Sang Imam Besar yang
mengerti segala kesulitan kita.
Penghiburan kita hanyalah ada pada Tuhan kita, Yesus Kristus, Sang Korban Penebus
kita yang mati muda pada masa puncak kehidupan-Nya.
Penghiburan kita hanyalah ada pada Tuhan kita, Yesus Kristus, Sang Penghibur sejati
yang memberikan Roh Penghibur untuk terus menghibur kita dan tinggal di dalam kita
untuk selama-lamanya.
Amin.