Buletin PILLAR
  • Transkrip
  • Alkitab & Theologi
  • Iman Kristen & Pekerjaan
  • Kehidupan Kristen
  • Renungan
  • Isu Terkini
  • Seni & Budaya
  • 3P
  • Seputar GRII
  • Resensi
Ponder, Renungan

Perempuan dan Kelahiran

22 Desember 2023 | Vik. Maya Sianturi Huang 3 min read

Perempuan itu memang mahluk yang unik, kalau tidak mau mengatakannya sebagai mahluk yang rumit. Rasanya saya hampir tidak pernah mendengar seseorang mengalamatkan pernyataan itu pada pria. Secara umum, banyak pria akan menyetujui hal itu. Lucunya, sebagian besar kaum perempuan mungkin akan mengiyakan hal itu. Tanpa perlu merasa tersinggung dengan hal itu, dunia ini memang menunjukkan perempuan sebagai mahluk yang unik. Kaum perempuan seringkali terbelah ke dalam 2 kelompok yang sangat berbeda. Di satu pihak, perempuan dianggap sebagai kelompok yang dimarginalkan dan dianggap inferior, sementara di pihak lain dianggap sebagai kaum yang lebih superior, seperti misalnya yang didengungkan oleh gerakan feminisme gelombang kedua dan berikutnya.

Lalu bagaimana dengan pandangan Kitab Suci? Menarik untuk kita membaca tulisan John Angell James (1785-1859) berjudul Female Piety – The Young Woman’s Guide through Life to Immortality. Tulisan ini bisa dibaca secara daring di situs gracegems.org. Pengantar dari tulisan ini merangkum “keunikan” perempuan. Mulai dari sebagai anugerah yang menyelesaikan seluruh ciptaan, penyebab masuknya dosa dan kematian, sampai kepada alat anugerah penebusan dengan kelahiran benih perempuan. Posisi perempuan biasanya terombang-ambing di antara kedua kutub ini.

Perempuan awalnya adalah berkat yang membuat yang tidak baik menjadi baik dengan menjadi penolong bagi Adam, manusia pertama (Kej. 2:18). Ironisnya, perempuan gagal menjadi penolong karena justru menginisiasi kejatuhan manusia dalam dosa. Betul bahwa Adam sebagai kepala bertanggung jawab penuh atas kejatuhan manusia, karena dia adalah wakil kita semua. Tetapi fokus pembahasan di sini adalah mengenai rancangan dan panggilan perempuan yang terkait erat dengan melahirkan anak (1Tim. 2:15).

Tuhan pastinya paham akan efek samping kejatuhan dalam dosa bagi perempuan, kaum yang lebih lemah, paling tidak secara fisik. Saudara bisa mendapatinya dengan mudah dalam keseharian hidup, bahkan kita dapat menjumpai hal itu dalam sebuah aktivitas yang rohani, yaitu berdoa. Pernah mendengar bagian dari doa orang Yahudi yang memuji Tuhan karena tidak menciptakannya sebagai seorang perempuan? Apakah menjadi seorang perempuan adalah sebuah kutukan? Tentu saja tidak, karena Tuhan tidak mengutuk baik perempuan maupun laki-laki setelah pemberontakan manusia. Meski Tuhan harus menghukum laki-laki dan perempuan karena melawan-Nya, di dalam Firdaus sendiri Tuhan menjanjikan seorang Penolong yang sejati. Perempuan memang gagal menjadi penolong, tetapi Tuhan tidak membiarkan rancangan-Nya gagal. Melalui benih perempuan yang akan dilahirkan, Allah menjanjikan seorang Penolong, yang menjadi Adam kedua, yang akan selalu berhasil. Puji Tuhan! Bukankah seorang perempuan (juga laki-laki) mestinya sangat bersyukur untuk janji kelahiran Sang Penolong ini?

Semua peristiwa kelahiran manusia adalah hal yang menakjubkan. Cobalah Saudara pelajari seluk beluk prosesnya dari awal hingga kelahirannya. Namun, ada sebuah peristiwa kelahiran yang paling luar biasa, yang tidak pernah terpikirkan oleh siapa pun, sekaligus yang paling dinantikan, yaitu kelahiran Yesus Kristus. Namun sebelum kelahiran Yesus, ternyata ada sekelompok perempuan beriman di dalam Perjanjian Lama yang terus menantikan sebuah kelahiran yang dijanjikan Tuhan itu. Mereka berharap bahwa anak-anak yang dilahirkan kelak menjadi Sang Penolong. Dengarkanlah khotbah Jen Wilkin yang berjudul Female Bravery and God’s Mission untuk dapat memahami pernyataan barusan. Tentu saja kita semua tahu, pada akhirnya, janji Tuhan soal kelahiran benih perempuan harus menanti kegenapannya melalui anak dara yang melahirkan Yesus Kristus di Betlehem, yang kita peringati sebagai Hari Natal (yang artinya sendiri adalah hari lahir).

Janji Tuhan atas kelahiran Sang Penolong sudah digenapi. Lalu apa respons kita sebagai perempuan beriman Perjanjian Baru? Melahirkan! Melahirkan? Iya. Bacalah 1 Timotius 2:15 yang bisa dikaitkan dengan Kejadian 1:28 dan Amanat Agung. Saya percaya Saudara dan Saudari dapat menemukan jawabannya.

Selamat Natal 2023. Soli Deo gloria.

Kelahiran Yesus memulihkan semua posisi yang rusak, mengembalikan laki-laki dan perempuan yang mau percaya pada-Nya ke tempat yang seharusnya.

Vik. Maya Sianturi Huang

Wakil Koordinator Bidang Pendidikan Sekolah Kristen Calvin

Tag: bunda maria, Maria, natal, perempuan, Yesus Kristus

Langganan nawala Buletin PILLAR

Berlangganan untuk mendapatkan e-mail ketika edisi PILLAR terbaru telah meluncur serta renungan harian bagi Anda.

Periksa kotak masuk (inbox) atau folder spam Anda untuk mengonfirmasi langganan Anda. Terima kasih.

logo grii
Buletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia

Membawa pemuda untuk menghidupkan signifikansi gerakan Reformed Injili di dalam segala bidang; berperan sebagai wadah edukasi & informasi yang menjawab kebutuhan pemuda.

Temukan Kami di

  facebook   instagram

  • Home
  • GRII
  • Tentang PILLAR
  • Hubungi kami
  • PDF
  • Donasi

© 2010 - 2025 GRII