Frankenstein, sebuah film yang menorehkan kesan. Film ini diangkat dari novel klasik seorang penulis Inggris bernama Mary Shelley. Novel yang pertama kali diterbitkan di London tahun 1818 menceritakan tentang Victor Frankenstein. Ia adalah seorang ilmuwan yang berperan sebagai ‘Allah’ dengan menciptakan kehidupan dari jasad manusia. Alhasil, yang diciptakannya adalah semacam monster manusia yang kebingungan mencari jati dirinya.
Novel ini merupakan sebuah peringatan terhadap pencapaian manusia modern dan Revolusi Industri waktu itu sehingga subtitle novel ini adalah The Modern Prometheus. Dalam mitologi Yunani, Prometheus adalah Titan yang menciptakan manusia. Ada banyak yang bisa diceritakan mengenai novel ini yang Anda bisa dapatkan di Wikipedia. Dan kalau berminat untuk membacanya, novel ini dapat diunduh dari internet.
Salah satu hal menarik dari novel yang telah beberapa kali difilmkan ini adalah kejahatan Frankenstein sebagai pencipta. Kejahatan itu bukan karena yang diciptakannya adalah monster si buruk rupa, tetapi terjadinya konflik dan kebingungan dalam diri si monster akan siapa dirinya dan untuk apa dia diciptakan.
Akhir dari novel ini ditampilkan dengan begitu dramatis di dalam filmnya. Dalam adegan penutup diperlihatkan Frankenstein akhirnya meninggal karena jatuh sakit akibat kejar mengejar dengan sang monster. Teman-teman Frankenstein kemudian membakar jasadnya di atas es laut Arktik. Saat itu sang monster tiba-tiba muncul, mendekati tempat pembakaran jasad dan melompat ke dalamnya. Sebelum melompat ke dalam api, si monster berkata: “Untuk apa aku hidup jikalau penciptaku sudah mati.”
Mengesankan, bukan? Ini adalah suatu tindakan brilian dari monster yang diciptakan Frankenstein. Dia sadar bahwa dirinya tidak dapat hidup tanpa sang pencipta. Meski ia tidak tahu jati dirinya dan tujuan ia diciptakan, paling tidak ia mengenal siapa penciptanya dan paham bahwa ia bergantung sepenuhnya padanya.
Entah kenapa adegan terakhir di atas mengingatkan saya pada seorang tokoh yang ditulis dalam Alkitab yaitu Yudas Iskariot. Kenapa Yudas Iskariot? Yudas Iskariot memang bukan makhluk sejenis monster ciptaan Frankenstein, karena ia dicipta menurut gambar dan rupa Allah. Pencipta Yudas Iskariot bukan pencipta yang lupa memberi makna dan tujuan atas ciptaan-Nya. Yudas Iskariot memiliki Pencipta yang memiliki rancangan yang indah bagi ciptaan-Nya. Maka Yudas Iskariot seharusnya tidak memiliki konflik jati diri dan tujuan hidup seperti yang dialami monster Frankenstein yang tersendiri di dunia manusia. Tetapi mengapa Yudas Iskariot tega menjual guru dan Tuhannya untuk 30 keping perak?
Bagaimana dengan Anda? Adakah Anda memiliki permasalahan jati diri dengan Penciptamu? Menjelang akhir tahun ini mari kita kaji ulang seluruh kehidupan kita kembali di hadapan-Nya. Kiranya Roh Kudus menolong setiap pembaca.
Ev. Maya Sianturi
Pembina Remaja GRII Pusat