Setiap orang mestinya ingin menikah karena itu adalah keinginan yang alami. Di dalam penciptaan, sebelum kejatuhan dalam dosa, Tuhan mengatakan bahwa tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Dasar inilah yang menjadi dorongan keinginan untuk menikah. Setelah kejatuhan manusia dalam dosa, keinginan ini juga tidak hilang. Penebusan Kristus pun tidak menggeser kerinduan ini, meskipun ada yang diberi karunia untuk tidak menikah. Namun demikian, setiap orang percaya suatu kali akan menghadiri hari pernikahannya. Pernikahan terbesar sepanjang masa. Pernikahan teragung yang pernah ada. Pernikahan Anak Domba Allah. Pernikahan Kristus dengan Gereja-Nya.
Apa itu pernikahan? Pernahkah Anda dengan serius memikirkan artinya? Jangan-jangan kita sebagai orang percaya tidak hanya take it for granted akan maknanya, tetapi juga sudah dipengaruhi cara pikir dunia dan Hollywood dalam memandang pernikahan. Mari kita kembali kepada Kitab Suci untuk menemukan kembali arti pernikahan.
Definisi pernikahan dalam Kejadian 2:24 adalah kesatuan seorang pria dengan seorang wanita (perhatikan jenis kelaminnya). Seorang pria akan meninggalkan ayah dan ibunya untuk bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Dalam Efesus 5:31, definisi tersebut diulang kembali. Tetapi apa yang menjadi perbedaan kedua ayat tersebut? Ayat yang mengikutinya!
Setelah Kejadian 2:24, maka bunyi ayat berikutnya adalah mereka keduanya telanjang; manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. Sedangkan bunyi ayat selanjutnya dari Efesus 5:31 adalah rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Mengapa demikian? Kejadian pasal 2 tidak memerlukan karya penebusan Kristus karena manusia tidak berdosa. Efesus 5 memerlukan Kristus sebagai korban pengampunan dosa.
Pernikahan tidak sekadar kesatuan seorang pria dan seorang perempuan. Lebih dari itu, pernikahan adalah simbol kesatuan Kristus dan jemaat, sebuah rahasia yang sangat besar yang menggambarkan relasi terindah yang bisa dimiliki manusia. Relasi dengan Penebusnya! Tetapi harap memerhatikan dengan baik. Relasi yang teramat indah ini tidak bisa terjadi tanpa pengorbanan Kristus di kayu salib. Dengan kata lain, Injillah yang telah memungkinkan terciptanya persekutuan mulia ini. Ya, Injil!
Timothy Keller dalam bukunya yang sangat saya rekomendasikan untuk dibaca yaitu The Meaning of Marriage, mengatakan mengapa Injil sangat membantu kita untuk mengerti pernikahan. Sebaliknya pernikahan juga membantu kita untuk mengerti Injil. Mengapa? Saya tidak akan menjelaskan detailnya. Anda dapat membacanya sendiri dalam buku tersebut. Intinya adalah mengapa pernikahan itu sangat menyakitkan sekaligus begitu menakjubkan adalah karena pernikahan merupakan refleksi dari Injil!
Sebelum Anda menikah, pastikan hati Anda sudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Pastikan Anda sudah lahir baru. Pastikan Anda sudah mengenal Injil dan menghidupinya setiap hari. Seperti dikatakan oleh Ravi Zacharias dalam bukunya I Isaac Take Thee Rebecca, sebelum menikah, matikan diri Anda di salib, supaya ada kebangkitan dalam pernikahan Anda. Bagi Anda yang sudah menikah, belum terlambat untuk menerapkan hal ini.
Kita baru saja merayakan Paskah yang mengingatkan kita akan salib, pengorbanan Kristus, dan Injil anugerah. Apakah Anda terus merenungkan makna Paskah dalam hidup sehari-hari agar pernikahan Anda kelak dan sekarang ini, makin diteguhkan dalam kasih Kristus?
Ev. Maya Sianturi
Pembina Remaja GRII Pusat
Kepala SMAK Calvin