,

Refleksi

Kita sudah memasuki minggu Adven yang pertama dan mendekati akhir tahun. Natal mendatang ini akan menjadi Natal kedua di masa pandemi yang masih terus berlangsung. Momen yang tepat untuk kita mengambil waktu refleksi. Apa yang menjadi refleksi Saudara dan saya terhadap dua kali perayaan Natal di tengah pandemi? Tetapi sebelum melanjutkan, ada baiknya kita merenungkan dahulu apa itu refleksi. Jangan-jangan kita hanya tahu apa itu refleksi sebatas mengetahui istilah saja, atau bahkan yang terlintas di kepala kita adalah pijat refleksi, seperti yang pernah terjadi di kelas yang saya ajar 13 tahun yang lalu. 

Refleksi adalah serapan dari bahasa Inggris, reflection. Merujuk pada Cambridge Dictionary, ada tiga artinya yang perlu kita perhatikan. Pertama, adalah pantulan (sending back), lalu kedua, tanda atau hasil dari sesuatu, dan ketiga, pemikiran yang serius dan cermat. Mari kita renungkan bersama ketiga arti tersebut dalam jelang perayaan Natal tahun ini.

Seperti Natal sebelumnya, Natal kali ini masih dalam suasana pandemi. Pesan apa yang kita kirimkan ke sekeliling kita selama ini? Inkarnasi Kristus sedikit lebih nyata ataukah reinkarnasi keakuan kita yang malah makin kentara? Apa pun pesan yang lebih terpancar dari hidup kita selama satu tahun terakhir ini, tanda atau hasilnya tidak akan mendustai pesan itu. Apa saja yang menjadi hasil pergumulan kita mengikuti jejak kaki-Nya sejak Natal tahun lalu hingga menjelang Natal tahun ini? Mungkin kita perlu membuat daftarnya dan membawanya ke hadapan Tuhan untuk dievaluasi oleh-Nya. Meski tidak persis sama, tetapi kita perlu belajar dari Daud ketika menerima janji Tuhan yang disampaikan Nabi Natan. Daud langsung menghampiri Tuhan dan merefleksikan seluruh hidupnya di hadapan Sang Pemberi Janji. Bukankah kita juga adalah anak-anak yang mewarisi janji Tuhan? Apa saja janji-janji Tuhan yang sudah kita nikmati selama hampir 350 hari ini? Seperti arti refleksi yang ketiga, kita perlu serius mencermati hal tersebut. Mungkin satu hal yang paling dasar yang perlu kita refleksikan lebih dalam adalah apa yang Ia ingin kita kerjakan bagi-Nya, sehingga kita masih diberikan waktu dan kesempatan merayakan dua Natal di tengah pandemi.

Merefleksikan hidup seharusnya tidak hanya menjelang Natal dan akhir tahun. Setiap hari selayaknya kita bercermin di hadapan Tuhan dan firman-Nya, apa yang menjadi tanda dari hidup yang sudah ditebus. Tetapi biarlah jelang penghujung 2021 ini menjadi waktu refleksi yang berbeda, yang lebih cermat, yang lebih serius, mengenai satu kalimat Yesaya, “seorang Putra telah diberikan bagi kita”! Soli Deo gloria.

Vik. Maya Sianturi Huang

Wakil Koordinator Bidang Pendidikan Sekolah Kristen Calvin