Revelation through Action: Providence (2)

Bulan lalu kita sudah membahas mengenai pemeliharaan Allah sebagai bentuk dari pernyataan diri Allah. Melalui apa yang kita alami sehari-hari, kita bukan hanya menerima belas kasihan dan anugerah Tuhan, tetapi kita juga dapat makin mengenal-Nya sebagai Tuhan dan Allah kita. Kita juga sudah belajar bahwa melalui pemeliharaan Allah kita dapat melihat bahwa Allah berkuasa untuk menggenapkan rencana kekal-Nya. Segala sesuatu diatur-Nya sedemikian rupa agar apa yang menjadi rencana-Nya digenapi. Pengaturan atau pemeliharaan Allah ini tidak hanya berlaku untuk hal-hal yang bersifat mayor atau peristiwa-peristiwa tertentu saja. Allah mengatur dari hal yang besar hingga ke hal-hal yang kecil, yang bahkan sering terlihat sepele. Sederhananya, segala sesuatu yang terjadi di dalam dunia ini, dari hal yang besar hingga yang paling kecil, semua terjadi di dalam kontrol Allah. Tanpa pekerjaan-Nya ini, tidak ada satu hal pun yang dapat terjadi, karena Ia adalah Allah yang berdaulat atas seluruh alam semesta ini. Ia bukan hanya berkuasa mengatur, tetapi kekuasaan-Nya melingkupi seluruh alam semesta ini, atau bersifat universal. Ia adalah Allah yang bukan hanya berdaulat, tetapi juga kedaulatan-Nya bersifat absolut, hanya satu-satunya di dalam alam semesta ini. Kedua hal inilah yang kita telah pelajari di dalam artikel sebelumnya. Pada artikel ini kita akan mempelajari konsep providence ini di dalam sudut pandang yang lain untuk membawa kita ke dalam pengertian yang lebih komprehensif. Kita akan mempelajari dua istilah yang berkaitan dengan providence Allah, yaitu government dan preservation.

Government

Di dalam konsep government ini, kita akan melihat providence dari aspek teleological, atau berbicara mengenai arah dan tujuan dari providence ini. Sebenarnya, di dalam konsep efficacious, kita sudah mengerti mengenai hal ini, yaitu Allah yang mengatur segala sesuatu sehingga setiap kehendak-Nya dapat terlaksana. Di dalam konsep government ini kita akan melihat bahwa segala sesuatu yang Allah atur ini seluruhnya mengarah kepada suatu tujuan akhir yang merupakan penggenapan rencana kekal Allah. Istilah govern, yang berasal dari istilah Latin “gubernare”, memiliki arti “to steer a ship”, atau mengendalikan/menyetir sebuah kapal. Namun penekanan yang kita akan pelajari adalah pengaturan Allah yang mengarahkan semuanya kepada satu tujuan akhir. Ia bukan hanya mengatur segala sesuatu di dalam konteks politik atau kekuasaan saja, tetapi ia mengatur segala sesuatu dengan suatu arah yang jelas.

Alam dan sejarah bergerak bagaikan sebuah kapal yang berlayar kepada suatu arah dan tujuan. Semua yang terjadi di dalamnya bekerja dengan mengarah kepada satu titik akhir. Maka konsep pengaturan Allah ini tidak dapat dianalogikan seperti konsep Dewa Atlas yang sedang menopang dunia ini di atas pundaknya, tetapi konsep pengaturan ini lebih dinamis karena Allah sedang membawa dunia ini dari satu titik kepada titik lain melintasi waktu. Pemikiran Kristen mengenai konsep waktu bukanlah pemikiran yang sirkular tetapi pemikiran yang linear mengarah kepada satu titik akhir. 

“Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi. Aku katakan ‘di dalam Kristus’, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan—kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya.” (Ef. 1:9-11) 

Di dalam bagian ini kita bisa melihat bahwa Alkitab mencatatkan, bukan hanya di bagian ini tetapi juga di bagian-bagian lain, bahwa Allah telah menetapkan suatu tujuan, yaitu untuk kemuliaan diri-Nya, mengalahkan si jahat, menebus umat-Nya untuk menyembah-Nya secara kekal. Ini adalah janji akan konsumasi yang akan Ia genapkan di dalam sejarah umat manusia. Bahkan konsumasi atau tujuan akhir ini bukan hanya tujuan yang Tuhan ingin genapkan, tetapi juga untuk mendorong kehidupan kita sebagai orang Kristen. Melalui penggenapan rencana kekal ini, kita dibawa untuk makin mengenal siapa Allah, dan melalui pengenalan inilah kehidupan rohani kita sebagai orang Kristen dapat didorong untuk maju. 

Berikut kita akan melihat beberapa hal terkait dengan konsumasi ini di dalam kaitannya dengan kehidupan sebagai orang percaya.

Sebagai orang percaya yang sudah ditebus menjadi milik Allah, kita hidup di dalam ketegangan antara zaman ini dan zaman yang akan datang (zaman akhir). Di dalam pengaruh zaman yang akan datang, kita dibimbing untuk hidup sebagaimana seorang yang berada di dalam Kristus. Segala teladan yang Ia telah tunjukkan dan ajarkan harus kita jalankan di dalam hidup ini sebagai umat tebusan Allah. Namun di sisi lain, pengaruh dari zaman sekarang, yang didominasi oleh kuasa dosa, masih ada di dalam diri kita. Walaupun pengaruh zaman ini sedang menuju kehancuran, tetapi kita harus berjuang menghadapi pengaruh zaman ini. Maka providence Allah, atau lebih tepatnya government Allah, seharusnya mendorong atau memotivasi kita untuk hidup sesuai dengan prinsip hidup yang akan datang, karena kita tahu bahwa Allah sedang mengatur jalannya sejarah ini menuju kepada kemenangan di dalam Kristus. Segala kesulitan yang kita hadapi sekarang akan segera sirna dan kita akan hidup sepenuhnya bersama dengan Tuhan.

Karena kita tahu bahwa zaman ini dengan segala nafsu di dalamnya sedang menuju kebinasaan, maka seharusnya kita berjuang secara radikal untuk membangun kehidupan yang berbeda secara signifikan dengan cara hidup dunia ini. Oleh karena itu, Alkitab menyatakan di dalam Roma 12:2 agar kita tidak hidup menurut pola dari dunia ini, tetapi kita harus mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, bukan mencari kenikmatan dunia, bahkan hal-hal yang kita butuhkan di dalam hidup ini sekalipun (Mat. 6:33). Kita dituntut untuk mencerminkan kehidupan seorang yang mengenal Allah di tengah-tengah dunia yang berdosa ini.

Maka di dalam penantian akan penggenapan konsumasi Allah secara sempurna, yang kita lakukan di dalam hidup ini adalah pengudusan. Kita menuntut diri kita untuk dikuduskan secara progresif (2Ptr. 3:12).

Di sisi lain, karena kita tahu bahwa akan datang zaman di mana kita hidup sepenuhnya bagi Dia, maka kita mengerti dan mengetahui bahwa pekerjaan Allah yang kita kerjakan di dalam dunia ini tidak akan berakhir dengan sia-sia, bahkan akan kekal sampai selama-lamanya (1Kor. 15:58).

Segala penderitaan dan kesulitan yang kita alami di dunia ini hanyalah sementara. Oleh karena itu, kita harus tetap teguh bertahan menghadapinya dengan terus bersandar kepada Kristus yang akan datang untuk memberikan pembebasan (Luk. 21:28).

Selain itu, kita pun diminta untuk terus berjaga-jaga karena Kristus akan datang secara tiba-tiba. Kita tidak tahu kapan waktunya Kristus akan datang kedua kali, tetapi kita harus terus bersiap untuk menyambut kedatangan-Nya (Mat. 24:44).

Di dalam pengertian ini, sebagai orang percaya kita diajak untuk melihat sejarah dunia ini dengan cara yang berbeda. Kita harus melihat bahwa Allah menetapkan sejarah keselamatan sebagai sejarah utama umat manusia, karena sejarah ini merupakan rencana kekal Allah yang menjadi benang merah sejarah umat manusia. Segala peristiwa yang terjadi di berbagai negara atau kerajaan hanyalah bagian yang bersifat sampingan di dalam sejarah. Semua itu pada waktunya akan gugur ditelan oleh zaman. Hanya sejarah keselamatan yang akan terus Tuhan pelihara hingga akhir zaman nanti. Maka sebagai orang Kristen, kita seharusnya menyadari bagaimana mengarahkan hidup kita. Berulang kali Alkitab menyatakan agar kita mengutamakan kehendak Allah, pekerjaan Allah, dan Kerajaan Allah, karena apa yang kita kejar di dalam dunia ini hanya bersifat sementara dan sesungguhnya segala nafsu di dalamnya sedang menuju kebinasaan. Oleh karena itu, kita harus hidup sebagaimana orang percaya seharusnya hidup, yaitu berdasarkan prinsip zaman yang akan datang, yaitu prinsip kehidupan warga negara Kerajaan Allah. 

Preservation

Dari sudut pandang preservation, kita akan membahas mengenai Allah yang menopang keberadaan ciptaan ini, setidaknya sampai tujuan yang Ia tetapkan bagi mereka tercapai. Di dalam theologi, konsep preservation ini dibagi menjadi beberapa bagian.

Metaphysical preservation

Allah menopang keberadaan dunia ini agar tetap ada. Tanpa adanya topangan tangan Allah, tidak ada satu pun di dunia ini yang akan terus berada. Segala sesuatu tetap ada, termasuk kejahatan, karena Allah mengizinkan mereka tetap berada. Kalau suatu hari nanti Ia mencabut topangan tangan-Nya, segala yang ada akan lenyap dan menjadi tidak ada. Maka keberadaan dunia ini sepenuhnya bergantung kepada topangan Allah. Inilah pengertian metaphysical preservation.

Redemptive-historical preservation

Selain topangan Allah terhadap keberadaan alam semesta ini, di dalam Alkitab juga dicatatkan mengenai topangan Allah yang diberikan untuk sementara waktu sebagai anugerah Allah di dalam membawa umat-Nya menuju kepada keselamatan. Ketika Adam dan Hawa memutuskan untuk memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat, manusia seharusnya sudah dijatuhi hukuman mati. Kita semua seharusnya sudah binasa sebagai upah dari dosa. Namun Allah mengizinkan manusia untuk tetap berada untuk sementara waktu. Ini merupakan indikasi dari anugerah Allah bagi umat manusia. Allah memberikan kita kehidupan di saat kita seharusnya mendapatkan kematian. Namun, topangan ini bukan tanpa arah dan tujuan. Allah menopang kehidupan manusia berdosa untuk sementara waktu untuk membawa mereka kepada keselamatan. 

Ketika Allah menjanjikan adanya salah satu dari keturunan manusia pertama yang akan meremukkan kepala si ular, di saat itu jugalah sejarah keselamatan dimulai. Allah menyatakan keinginan-Nya menebus umat manusia melalui salah satu keturunan perempuan, yaitu Kristus. Sementara menanti kedatangan Sang Juruselamat tersebut, Allah memerintahkan manusia untuk tetap bekerja dan juga beranak cucu. Walaupun hal tersebut akan diwarnai dengan susah payah dan kesakitan, tetapi di balik hukuman ini terdapat anugerah Allah yang menopang kehidupan manusia. Hasil kerja keras manusia masih tetap memberikan hasil, dan melalui keturunan yang dilahirkan, manusia dapat terus berada di dunia hingga Sang Juruselamat datang. Inilah topangan Allah terhadap dunia dan sejarah umat manusia yang menjadi konteks atau latar belakang sejarah utama, yaitu sejarah keselamatan. 

Namun ada satu hal yang perlu kita garis bawahi, yaitu bahwa redemptive-historical preservation ini bersifat sementara, karena tetap di dalam sejarah umat manusia ada saat-saat di mana Allah menjatuhkan hukuman baik secara individual maupun massal untuk membinasakan sekelompok umat manusia. Allah yang menempatkan tanda kepada Kain agar hidupnya dapat tetap berlangsung (Kej. 4:15) adalah Allah yang juga membinasakan mereka melalui air bah karena dosa mereka yang makin bertambah parah. Walaupun air bah membinasakan mayoritas umat manusia pada zaman itu, Allah tetap memelihara sekelompok kecil orang (Nuh dan keluarganya) untuk melanjutkan sejarah umat manusia. Bukan hanya itu, umur hidup manusia pun berkurang banyak sebagai konsekuensi dari dosa yang sangat serius yang dilakukan umat manusia.

Lalu Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh, yang sering kali dikenal sebagai perjanjian anugerah umum. Karena di dalam perjanjian ini, Allah berjanji untuk tetap menopang alam semesta ini, sebagai bagian dari redemptive-historical preservation. Topangan ini menjadi anugerah yang diberikan untuk keberlangsungan hidup manusia tetapi bersifat tidak menyelamatkan. Namun, anugerah ini tetap menjadi provisi dari anugerah khusus Allah, yaitu keselamatan. Di dalam waktu yang sementara ini, Allah bekerja melalui para pelayan-Nya untuk menyerukan pertobatan kepada umat manusia. Dunia ini dipertahankan untuk sementara waktu karena Allah hendak menyelamatkan umat pilihan-Nya. Maka Allah menyediakan makanan bagi kita melalui alam ini, agar umat manusia dapat bertobat dan kembali kepada Allah. Hal ini juga yang seharusnya mendorong kita, sebagai umat yang sudah percaya, untuk memberitakan Injil, karena kita tahu bahwa kesabaran Allah ada batasnya. 

Dengan menopang dan memelihara dunia ini, Allah menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang berkuasa dan Tuhan atas setiap perjanjian yang Ia lakukan dengan umat manusia. Ia mengatur dunia ini agar tidak binasa, dan di dalam masa anugerah ini, Allah menyatakan Injil-Nya untuk menggenapkan rencana kekal-Nya, yaitu untuk mengumpulkan umat-Nya dan berada bersama dengan mereka di dalam ikatan perjanjian.

Covenant preservation

Berbeda dengan redemptive-historical preservation yang diberikan kepada seluruh umat manusia (percaya dan tidak percaya), maka covenant preservation diberikan hanya kepada umat-Nya (orang-orang percaya) dan juga gereja-Nya sebagai bagian dari ikatan perjanjian. Alkitab memberikan berbagai istilah berkaitan dengan hal ini: Allah sebagai perisai yang melindungi umat-Nya (Mzm. 3:3; 5:12; 28:17), Allah membebaskan umat-Nya dari musuh-musuhnya (Mzm. 18:7), umat-Nya beristirahat di dalam topangan tangan-Nya yang kekal.

Pemeliharaan ini diberikan baik secara komunal maupun individual kepada setiap orang percaya. Hal ini menjadi bukti dari kesetiaan Allah terhadap janji-Nya, sekaligus menjadi anugerah Allah kepada dunia ini, karena Ia memelihara umat-Nya untuk menjadi saksi bagi dunia yang berdosa ini.

Eternal preservation

Beberapa theolog juga menyatakan bahwa keselamatan adalah bentuk pemeliharaan Allah yang bersifat kekal bagi umat tebusan-Nya. Ini adalah God’s ultimate providence yang Ia berikan kepada umat-Nya, yaitu karya penebusan-Nya.

Penutup

Kiranya melalui pembelajaran kita tentang pemeliharaan Allah, kita menyadari bahwa setiap hal yang terjadi di dalam hidup kita adalah salah satu bentuk pernyataan diri Allah. Kita perlu dengan bersyukur menikmati setiap anugerah Allah ini. Tetapi juga di sisi lain, kita pun harus makin mengerti bagaimana kita harus berespons terhadap kehidupan yang Tuhan berikan ini. Bukan dengan hidup semena-mena dan berfoya-foya di dalam dosa, tetapi kita harus mengisi kehidupan ini dengan menjalankan kehendak Allah sebagai bagian dari sejarah keselamatan yang Ia terus jalankan hingga akhir zaman. Kiranya Tuhan terus beranugerah memberikan kita pengertian dan kesadaran. 

Lukman H. W. 

Jemaat GRII Pusat