,

Roma

Pernah melihat buku atau artikel di internet yang berjudul 100 Cities or Places to Visit Before You Die atau ada yang menulis artikel sejenis tetapi 60, 22, atau 20 kota? Bahkan ada juga buku atau artikel berjudul 100 Things To Do Before You Die. Sebagai seorang yang menyukai budaya dan travelling, saya cukup tertarik untuk membaca artikel-artikel tersebut. Maka, waktu membaca kalimat Rasul Paulus yang dicatat Lukas mengatakan, “Sesudah berkunjung ke situ, aku harus melihat Roma juga,” saya tersentak. Apakah Rasul Paulus sedang berpikir seperti para penulis artikel di atas dan orang-orang yang memiliki keinginan yang sama?

Roma adalah pusat dunia waktu itu, ibu kota Kekaisaran Romawi. Sulit mungkin untuk mencari kota tandingan yang dapat mengalahkan daya tarik kota Roma. Kaisar dan pejabat-pejabatnya berdiam di sana. Fasilitas kota yang paling lengkap mestinya ada di sana. Pada waktu itu Roma adalah satu-satunya kota metropolitan. Jadi, tidak heran mengapa Paulus ingin ke Roma, bukan? Bukan. Rasul Paulus ingin mengunjungi Roma bukan karena alasan itu meski hal itu menjadi bagian dari alasan yang sesungguhnya. Jadi, mengapa Rasul Paulus sangat ingin untuk mengunjungi Roma?

Roma adalah pusat dari budaya kafir atau Gentiles. Sebagai rasul yang diutus Tuhan Yesus kepada orang-orang bukan Yahudi, tentunya ia ingin mencapai Roma. Paulus tentu rindu untuk memberitakan Injil di pusat Kekaisaran Romawi, jika mungkin kepada Kaisar dan pejabat-pejabatnya. Meski Paulus sudah mengelilingi kota-kota penting di Kekaisaran Romawi, tetapi Roma adalah jantungnya. Pergi ke Roma adalah langkah yang strategis untuk menaklukkan kota itu pada ketuhanan Kristus. Itulah alasan paling mendasar mengapa Paulus mengatakan ia harus ke Roma!

Dalam hidup kita yang sementara ini, pasti ada banyak hal yang kita rindukan dan inginkan. Mungkin ada baiknya kita mencoba menuliskannya dan membuat daftarnya. Setelah itu dibaca kembali dan direnungkan serta didoakan. Lalu coba tanya pendapat teman seiman yang Anda percayai. Mengapa saya mengusulkan hal ini adalah karena sering kali waktu berlalu tanpa kita pernah merencanakan sesuatu dalam hidup kita.

Langkah berikutnya adalah dari daftar yang sudah dibuat dan dimintai pendapat tadi, coba saudara pikirkan, adakah di antaranya yang menjadi “Roma” saudara? Jika tidak ada, selayaknya saudara dan saya bergumul, meminta Tuhan memberikan kerinduan yang sama. Sekitar beberapa tahun setelah Paulus mengutarakan keinginannya, ia pun tiba di Roma, tetapi bukan seperti yang pernah dibayangkannya. Ia datang ke Roma sebagai tahanan yang sedang naik banding kepada Kaisar, tetapi itulah cara Tuhan untuk membawanya menghadap Kaisar! Ternyata ada harga yang harus dibayar untuk kerinduan itu!

Tradisi mengatakan, Paulus akhirnya ditahan kedua kalinya di Roma, dan menjadi martir sekitar tahun 64-67 AD di sana! Namun sejarah menunjukkan kepada kita bahwa Kekaisaran Romawi akhirnya mengubah wajahnya menjadi negara Kristen sekitar abad ke-4. Jadi, sekali lagi, apa yang menjadi “Roma” kita? Dan siapkah kita membayar harga untuk hal itu?

Vik. Maya Sianturi Huang
Kepala SMAK Calvin