Orang Kristen umumnya familier dengan nama hakim yang satu ini. Hakim ke-12 ini lebih populer dibandingkan hakim pertama, Otniel. Kisah Samson, sinar mentari demikian arti namanya, memang menempati halaman Alkitab lebih banyak dibanding Otniel dan hakim lainnya. Ibarat peringkat lagu, Samson ada di tangga pertama para hakim.
Banyak hal-hal spektakuler yang dilakukan Samson yang tidak pernah sebelumnya dilakukan hakim-hakim lainnya. Hakim lain tidak terlibat skandal dengan perempuan kafir, Samson sampai 3 kali. Tidak ada yang pernah membunuh singa dengan tangan kosong; tidak ada yang pernah menangkap 300 anjing hutan lalu diikatnya ekor dengan ekor untuk menaruh obor di antaranya; memukul 1.000 orang Filistin dengan tulang rahang keledai ataupun memindahkan pintu gerbang kota di atas kedua bahunya! Sebelum Hollywood membuat film-film superhero yang menghasilkan box-office, Samson sudah menjadi aktor sungguhan tanpa pemeran pengganti! Meski demikian, paling panjang dikisahkan, bukan berarti paling baik. Paling spektakuler bukan paling hebat, tapi justru paling bejat. Anehnya yang paling rusak moralnya seperti Samson, justru paling menarik untuk diceritakan.
Yang menjadi pertanyaan adalah untuk apa semua hal-hal spektakuler itu dilakukan Samson? Untuk memamerkan kekuatan Tuhan melalui dirinya? Rasanya tidak, karena Samson tidak terlalu memedulikan status kenazirannya. Ia bahkan melanggar sumpah nazirnya satu per satu, mulai dari minum anggur, makan makanan yang najis, menyentuh bangkai, dan terakhir rambutnya dicukur. Sedangkan orang Israel boleh dikata tidak peduli dengan hal-hal spektakuler yang dilakukan Samson. Bahkan kerap kali mereka merasa terganggu dengan ‘ulah’ Samson – yang di balik semua itu ada Tuhan yang sedang mengusik keberdosaan orang Israel melalui kehadiran Samson yang menjadi cermin diri mereka.
Tuhan kadang menghadirkan samson-samson dalam hidup kita untuk tidak hanya menyentil keberdosaan kita, tetapi juga kebenaran diri kita saat terlarut dalam kemandekan rohani. Waktu membaca kisah Samson, kita boleh saja merenungkan sederet ketidaksetiaannya pada Tuhan. Tetapi saat yang sama pula, dapatkah kita bercermin pada sederet ketidaksetiaan kita pada Tuhan? Ataukah kita hanya sekadar merasa galau karena terganggu dengan kesaksian buruk Samson? Dalam Ibrani 11:32 nama Samson dicatat sebagai pejuang iman. Anehnya, nama Otniel, gambaran hakim yang ‘sempurna’ justru tidak disebutkan. Mengapa? Silakan Anda menyelidikinya, tapi untuk saat ini saya mengajak Anda merenungkan kehidupan Samson sebagai cerminan kehidupan kekristenan kita…
Ev. Maya Sianturi
Pembina Remaja GRII Pusat
Kepala SMAK Calvin