Berasal dari bahasa Ibrani, shekinah berarti kehadiran dan secara khusus menunjukkan kepada kehadiran Ilahi. Bagi orang Yahudi kehadiran Ilahi ini terutama dalam Bait Suci di Yerusalem. Sedangkan dalam iman Kristen, shekinah merujuk pada kemuliaan Tuhan, karena kehadiran Tuhan dan kemuliaan Allah bersifat sinonim. Ayat referensi yang umum dipakai untuk menyatakan hal ini adalah Keluaran 24:15-17. Di dalam Perjanjian Baru, salah satu ayat referensi yang digunakan ialah Lukas 2:9.
Kita baru saja merayakan Natal. Salah satu ayat yang sering dibacakan dan dikhotbahkan adalah kisah para gembala yang menerima kabar sukacita dalam Lukas pasal 2. Dalam bagian itu dikisahkan bagaimana kemuliaan Tuhan meliputi para gembala saat seorang malaikat mengabarkan berita terindah. Kemuliaan Tuhan! Shekinah. Itu adalah momen yang sangat bersejarah. Mengapa? Karena sudah lebih dari 400 tahun, tidak ada catatan mengenai kehadiran Tuhan yang identik dengan kemuliaan-Nya, dinyatakan secara kasat mata. Bait Suci di Yerusalem, yang didirikan oleh Herodes Agung, boleh saja berdiri dengan megah dan pongah. Tetapi bangunan itu adalah tempat yang mati karena Tuhan tidak hadir menyatakan kemuliaan-Nya di situ. Empat ratus tahun lebih kesunyian yang mencekam itu kini lenyap! Yahweh kembali menyatakan kemuliaan-Nya!
Berita terindah yang dibawa oleh malaikat kepada para gembala adalah bahwa Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, sudah lahir. Bagaimana mengenali sang Juruselamat? Melalui sebuah tanda yaitu mereka akan menjumpai seorang bayi terbungkus dengan kain lampin dan terbaring dalam palungan. Sangat menakjubkan, bukan? Kemuliaan Tuhan hadir di dalam sebuah pemandangan yang sangat sederhana dan rendah, dalam pandangan kita. Kita sering kali memikirkan kemuliaan sebagai sebuah dunia yang gemerlap, penuh sorak sorai, dan kemewahan. Mirip seperti logika orang-orang majus yang mencari Yesus ke istana Herodes. Lalu apa yang menakjubkan dari seorang bayi terbungkus kain lampin dan terbaring di palungan? Bukan kain lampin dan bukan palungan tetapi Sang Bayi! Itulah salah satu dari dua pemandangan yang paling menakjubkan seantero jagad bagi saya. Tuhan Pencipta, Penguasa alam semesta, merendahkan diri, menjadi bayi manusia. Pemandangan yang kedua, Anda mestinya bisa menjawabnya sendiri.
Kemuliaan Allah, shekinah, hadir di tengah-tengah manusia bersama diri Yesus Kristus, Adam kedua. Melalui Adam pertama, manusia yang diciptakan menurut gambar Allah telah kehilangan jati dirinya saat jatuh dalam dosa. Manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Yesus Kristus, Adam kedua, memulihkan kembali kehilangan itu. Ia menghadirkan lagi kemuliaan Allah dalam diri kita yang menerima kasih karunia keselamatan Yesus Kristus.
Jawaban atas pertanyaan pertama Katekismus Singkat Westminster mengatakan bahwa tujuan dasar hidup manusia adalah memuliakan Tuhan dan menikmati Dia selamanya. Dalam Kristus kita dimampukan lagi untuk hidup memuliakan Allah. Kiranya memasuki tahun yang baru ini, 2013, kita semua diingatkan kembali akan tujuan hidup kita yang paling mendasar. Ketika anugerah dan belas kasihan Tuhan menghantar kita untuk melangkahkan kaki di tahun yang baru, renungkanlah kembali seluruh kehidupan Anda di hadapan-Nya! Sejauh mana Anda telah memuliakan Tuhan di tahun yang silam? Langkah-langkah apa yang akan Anda ambil di tahun 2013 agar hidup lebih memuliakan Yesus Tuhan? Kiranya Roh Kudus memampukan Anda dan saya … Selamat Tahun Baru 2013.
Ev. Maya Sianturi
Pembina Remaja GRII Pusat
Kepala SMAK Calvin