Kasus pendiri RZIM (Ravi Zacharias International Ministry) sedang hangat-hangatnya. Sebagian orang Kristen sangat terpukul dengan kenyataan ini. Bagaimana mungkin seorang pemimpin Kristen yang begitu luar biasa dipakai Tuhan dalam membela iman Kristen, ternyata adalah seorang pendosa seksual yang selama ini menutupi dosanya? Artikel ini tidak sekadar menyoroti kasus seorang Ravi Zacharias, tetapi melihat salah satu aspek mendasar kasus ini, yakni kebutuhan kita akan kehadiran Nabi Natan sebagai wujud akuntabilitas!
Dalam kisah perzinahan Daud dengan Batsyeba, kejahatan Daud telah melibatkan paling tidak menurut hitungan saya lima orang. Selain Yoab, salah seorang pahlawan Daud, juga ada beberapa pegawai Daud dan seorang suruhan Batsyeba. Ide untuk melihat keterlibatan itu muncul setelah menonton video Youtube Glen Scrivener berjudul “Ravi Zacharias is Amnon – Who Are You in The Story?”. Kesalahan dan kejahatan seorang pemimpin bisa bersifat sistemik karena kuasa dan pengaruh yang dimilikinya. Sama seperti kebaikan dan teladan seorang pemimpin, saya pikir juga bisa bersifat sistemik, memengaruhi orang-orang di sekitarnya.
Di dalam wawancara Scrivener dengan salah satu pembicara internasional dari RZIM, Sam Allberry, ada poin menarik yang penting diperhatikan, yaitu kehadiran seorang atheis bernama Steve Baughman. Baughman dianalogikan sebagai bangsa kafir yang digunakan Tuhan untuk menghakimi Israel seperti kisah di Perjanjian Lama. Sayangnya, di awal kehadirannya, ia dicurigai. Tahun 2016 ia pernah menulis dengan mempertanyakan kualifikasi akademik Ravi, namun baru ditanggapi secara serius oleh pihak Ravi setelah kemunculan penyelesaian kasus Lori Anne Thompson di akhir tahun 2017. Kedua kasus ini kemudian menjadi terkait karena Baughman ikut mengangkat masalah tersebut.
Kasus Lori Anne Thompson sendiri menurut yang bersangkutan adalah untuk menarik perhatian dunia terhadap Ravi agar hal seperti itu tidak berulang kembali. Langsung atau tidak langsung, kedua kasus yang muncul di saat yang hampir bersamaan itu seharusnya membuat semua pihak terkait dengan Ravi melakukan penyelidikan yang serius, seperti kata peribahasa “Jika ada asap ada api”. Sayangnya, cerita kedua kasus tersebut berhenti dalam klarifikasi dan non-disclosure agreement (alias persetujuan tertutup).
Di dalam laporan investigasi Miller & Martin PLLC, disebutkan bahwa ada beberapa staf yang mempertanyakan hal-hal yang dianggap janggal dalam pelayanan Ravi. Tetapi seperti kedua kisah di atas, hal itu juga tidak mendapatkan tanggapan yang serius. Jadi, apa sih yang dapat kita renungkan dari kasus Ravi? Jika kita menilik kisah Daud dan Batsyeba, sadar atau tidak, suatu kejahatan dapat terjadi karena “dukungan” orang-orang di sekitarnya. Bedanya pada kasus Daud adalah kisah Daud berakhir dengan pertobatan setelah Nabi Natan muncul. Siapa Nabi Natan? Natan adalah bagian dari nabi istana yang sepertinya paling dipercayai Daud. Natan menunjukkan keberanian yang luar biasa untuk bersikap jujur terhadap Daud di saat-saat yang paling sulit. Siapa sih yang berani menghardik raja, bahkan raja seperti Daud, seorang pahlawan perang, dengan menuding Daud dan berkata, “Engkaulah orang itu!” Dahsyat! Nabi Natan betul-betul sesuai dengan namanya, sebuah pemberian. Natan adalah pemberian Tuhan menyatakan penghakiman Tuhan dan sekaligus anugerah-Nya. Betapa Daud sungguh dikasihi!
Bagaimana dengan Ravi? Nabi Natan bukan bawahan Raja Daud, tidak termasuk institusi istana. Apakah RZIM atau Ravi memiliki “Natan”? Ketika orang-orang di sekitar Ravi “gagal” menyuarakan kebenaran padanya, abai menyatakan kasih Ilahi, Tuhan mengutus seorang atheis dan seorang wanita Kristen yang menjadi korbannya. Tragis, Ravi gagal melihat Natan dalam diri mereka dan bahkan berusaha membungkam mereka!
Di dalam salah satu rapat hamba Tuhan GRII, Pak Tong pernah mengatakan bahwa kritikan, tuduhan, bahkan fitnahan atau hal semacamnya, dapat menjadi bocoran penghakiman Tuhan terhadap kita. Beliau juga pernah memberikan nasihat untuk tidak cepat membela diri. Nasihat-nasihat yang bukan menghibur diri, malah makin menghujam diri. Namun, mungkin itulah yang diperlukan. Bukankah Yesus memerintahkan pengikut-Nya untuk menyangkal diri?
Kasus Ravi menjadi wake up call bagi gereja, bagi kita semua, untuk peka melihat Natan-Natan yang ada di sekitar kita. Sebuah pemberian Tuhan yang tidak hanya menegur dosa kita, tetapi juga memberikan nasihat berguna. Natan tidak hanya menegur dosa Daud, tetapi juga memberikan nasihat yang “menggagalkan” keinginan Daud membangun Bait Suci.
Jadi, adakah dalam hidup kita, seorang Natan? Yang menegur kita saat berdosa, dan juga yang menjadi tempat kita mengakui dosa? Kiranya Tuhan berbelaskasihan!
Vik. Maya Sianturi Huang
Wakil Koordinator Bidang Pendidikan Sekolah Kristen Calvin