,

Terlambat

Selalu baru dan tak pernah terlambat pertolongan-Mu,” demikian kira-kira syair sebuah lagu Kristen populer. Berbeda dengan satu syair lagu populer zaman baheula yang dinyanyikan kelompok Panbers, “Terlambat sudah kaudatang padaku. Setelah kudapatkan penggantimu,” dan seterusnya. Dari kedua lagu itu kita dapat melihat bahwa Tuhan memang tidak akan pernah terlambat karena Dia adalah Tuhan, sedangkan manusia itu biasa terlambat. Lalu apa dampak dari hakikat tersebut? Mari kita pikirkan sejenak hal-hal yang kerap terjadi dalam kehidupan manusia yang katanya biasa khilaf sehingga yang namanya urusan keterlambatan harus selalu dimaklumi.

Kita suka terlambat. Terlambat datang ke kantor, ke sekolah, ke gereja, rapat, membayar hutang, dan kewajiban lain, juga terlambat ke pemberkatan nikah. Bahkan ada yang datang terlambat ke pemberkatan nikah mereka sendiri. Lalu alasan klasik untuk penduduk kota Jakarta adalah kemacetan lalu lintas. Anda dapat menambah daftar keterlambatan apa saja yang biasa dilakukan beserta alasan-alasan yang kita anggap sahih sehingga patut dipahami dan dimaklumi. Namun anehnya kita tidak mau gaji kita dan segala macam urusan finansial yang dikreditkan kepada kita terlambat dibukukan. Kita juga pastinya tidak mau kalau dokter dan rumah sakit terlambat menangani urusan kesehatan kita. Untuk urusan terlambat tipe ini pun Anda dapat menambahkan daftar keterlambatan lainnya yang tidak Anda sukai. Tetapi pernahkah kita berhenti sejenak dan berpikir untuk membandingkan kedua jenis keterlambatan tersebut? Sejujurnya, kenapa sih kita mendua hati dalam menilai sebuah keterlambatan?

Mungkin kisah yang dituliskan oleh Matius ini dapat mendorong kita untuk memikirkan masalah keterlambatan dengan benar. Kisah tersebut adalah mengenai gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh (Mat. 25:1-13). Kedua kelompok gadis-gadis ini sama-sama sedang menantikan kedatangan mempelai laki-laki yang ternyata datang “terlambat” karena tidak datang-datang juga. Kelompok gadis-gadis yang bodoh tidak mengantisipasi hal ini sehingga mereka tidak membawa persediaan minyak. Akibatnya mereka harus membeli minyak bagi pelita mereka dan waktu kembali ke acara perjamuan kawin tersebut, pintu sudah tertutup. Mereka tidak dizinkan masuk meski mereka merasa memiliki alasan yang sahih kenapa datang terlambat.

Bagaimana pendapat Anda tentang kisah di atas? Tuhan memang tidak pernah terlambat, tetapi manusia tidak dapat memahami konsep kekekalan Allah. Oleh sebab itu lebih baik kita berjaga-jaga berusaha menghindari segala jenis keterlambatan. Mungkin ada di antara Anda yang berkata apa hubungannya keterlambatan dalam dunia sekuler dengan urusan spiritual? Jawaban singkat saya, mari kita belajar untuk tidak mendua hati.

Sedikit menambahkan kepada konteks yang sedang memasuki akhir tahun, saya mengajak kita untuk mengevaluasi segala jenis keterlambatan yang biasa kita lakukan dan mengakhirinya bersama tahun 2017. Soli Deo gloria.

Ev. Maya Sianturi Huang
Kepala SMAK Calvin