Ternyata

Ketika kita menonton suatu film, sering kali apa yang disuguhkan itu berbanding terbalik
dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Peran yang terlihat baik bisa jadi adalah topeng untuk
menutupi kejahatannya, sedangkan peran yang terlihat jahat juga bisa menyimpan hati yang
sesungguhnya adalah baik. Ada yang terlihat jahat karena benar-benar menunjukkannya,
tetapi ada juga yang “jie dao sha ren—membunuh orang dengan pisau pinjaman”. Inilah
strategi sutradara agar filmnya terus ditonton orang, apalagi dalam kondisi di mana kita
sekarang sulit keluar rumah untuk mencari hiburan. Kita sering memiliki ekspektasi tertentu
terhadap orang lain berdasarkan penilaian kita sendiri dan berespons berdasarkan itu.
Ekspektasi kita terlalu sempit untuk mengerti hati manusia yang sangat kompleks sehingga
pengetahuan kita sangat terbatas dan terbatasi untuk mengerti kebenaran yang terselubung
jauh di dalam hati. Momen flashback digunakan oleh sutradara untuk memberitahu kita
sedikit kebenaran yang membuat kita mengerti mengapa sesuatu bisa terjadi sebagaimana hal
itu terjadi. Kita mengetahui apa yang tidak diketahui oleh pemain film dan sering merasa
gemas ketika orang yang tulus tertipu dan memercayai orang yang sesungguhnya jahat karena
kelihaiannya bermuka dua. Inilah yang disebut manusia adalah serigala bagi sesamanya.

Dosa sudah meresap ke dalam setiap aspek kehidupan manusia sejak seorang manusia lahir
ke dalam dunia, mulai dari keluarga yang lebih sederhana menuju sistem masyarakat yang
lebih luas dan kompleks, dari aspek pendidikan sampai politik, bahkan aspek kerohanian pun
tidak luput. Tuhan Yesus menasihati murid-murid-Nya untuk waspada terhadap kemunafikan
orang Farisi. Ia mengatakan,

“Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu
pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam
gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar
akan diberitakan dari atas atap rumah. … janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat
membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi… takutilah Dia, yang setelah
membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. … jangan takut,
karena lebih berharga dari pada banyak burung pipit… janganlah kamu kuatir bagaimana dan
apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan
mengajar kamu apa yang harus kamu katakan.” (Luk. 12: 1-12)

Pada zaman Tuhan Yesus, Dia terang-terangan melawan orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat yang saat itu berkuasa dan dipandang sebagai orang yang super saleh. Kalimat “Kamu
tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna jika satu orang mati untuk
bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa” keluar dari mulut Imam Besar Kayafas,
yang menjadi titik permulaan para “orang saleh” sepakat untuk membunuh Tuhan Yesus.
Kehidupan Tuhan Yesus mengamini apa yang Dia nasihatkan kepada murid-murid-Nya. Apa
yang ditutupi oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat sejak semula sampai akhir,
bahkan dengan menyebar rumor bahwa murid-murid Tuhan Yesus yang mencuri mayat Tuhan
Yesus, tidak dapat menutupi kenyataan Tuhan Yesus bangkit, yang disaksikan oleh banyak
orang. Bahkan kenyataan Dia naik ke sorga dan turunnya Roh Kudus, tidak dapat dihalangi
oleh siapa pun di dunia. Tubuh fisik Tuhan Yesus dapat dibunuh, tetapi Roh Allah tidak
dapat dibunuh.

Dahulu kita adalah kegelapan, tetapi sekarang kita adalah terang di dalam Tuhan. Marilah
hidup sebagai anak-anak terang, yang berbuahkan kebaikan, keadilan, kebenaran, dan
berkenan kepada Tuhan (Ef. 5:8-9). Karena di akhir cerita, Sang Hakim akan datang untuk
membalas setiap orang menurut perbuatannya, tidak ada yang dapat ditutupi lagi. The End
pun hadir dengan sempurna dengan menyuguhkan akhir yang “happy end”.