Tentu tidak asing lagi kisah kepahlawanan 300 orang Sparta, prajurit elit Yunani, dan rajanya
Leonidas, yang mati karena mempertahankan gerbang Thermophylae dari pasukan Persia.
Kematian mereka memberi waktu bagi kota-kota Yunani untuk mengumpulkan kekuatan dan
strategi dalam menghadapi pasukan Persia yang akan masuk ke Yunani. Kisah yang mengagumkan
ini diceritakan kembali dalam berbagai media, sampai-sampai Hollywood pun tidak ketinggalan
untuk mengisahkannya kembali di layar lebar beberapa waktu lalu.
Lain lagi di Palestina, jauh sebelum masa tersebut juga pernah ada 300 orang Israel yang harus
berperang melawan orang Midian dan Amalek yang jumlahnya seperti pasir di tepi laut. Dipimpin
oleh Gideon yang takut menghadapi musuhnya, ke-300 orang ini terpilih bukan karena keahlian
berperang mereka, tetapi karena cara mereka minum! Bukan karena kisah kepahlawanan mereka di
masa lampau, bukan juga keberanian mereka bertempur sampai mati. Mungkin yang bisa dikatakan
tentang kisah mereka hanyalah bahwa mereka masih hidup di akhir perang.
Gideon dan ke-300 pasukannya tidak sehebat dan seheroik Leonidas dan ke-300 pasukannya.
Mereka terjun ke medan perang bukan dengan baju zirah dan persenjataan yang lengkap, tapi
dengan sangkakala, buyung, dan suluh. Mereka tidak menghabisi musuhnya di medan perang,
tetapi hanya membuat kekacauan di kemah musuh.
Tetapi jika kita membaca Hakim-hakim 7:22, “TUHAN membuat pedang yang seorang diarahkan
kepada yang lain,” bukan Gideon dan pasukan yang berperang dan memenangkan perang,
melainkan Tuhan! Bukankah ini lebih mengagumkan daripada kisah 300 orang Sparta? Terlebih
lagi, kisah Gideon memberikan pengharapan kepada kita sebagai orang percaya karena kita dapat
melihat pada akhirnya Allah yang berkuasa atas alam semesta, Allah yang menggerakkan sejarah,
adalah Allah yang menyelesaikan apa yang tidak bisa kita kerjakan.
Jadi, yang manakah kita? Gideon yang takut dan membiarkan Tuhan bekerja, atau Leonidas dengan
segala kehebatannya? Kiranya kita sadar siapa diri kita sesungguhnya dan menaruh segala
pengharapan kita di dalam-Nya.