,

Tidur

Matahari terbenam, matahari terbit. Siklus ini menjadi penanda waktu. Waktu tidur dan waktu bangun. Mata anak-anak manusia, merem dan terbuka, mengikuti irama kemunculan matahari. Bahkan seluruh kehidupan manusia ditandai dengan dua keadaan tersebut yaitu tidur dan bangun. Keduanya tak terpisahkan karena tidak ada bangun tanpa tidur dan sebaliknya.

Mengapa manusia harus tidur, menarik untuk dipikirkan. Berbagai sumber yang mudah didapat di internet menyebutkan bahwa jam tidur tidak lepas dari perkembangan budaya. Saat belum ada bohlam, manusia sudah terbang ke alam mimpi hanya beberapa jam setelah matahari tenggelam. Lalu bangun sesaat sebelum matahari terbit kembali. Setelah adanya bohlam, keadaan berubah. Tidak hanya jam tidur berkurang, yang lebih menyedihkan, kemajuan tersebut ternyata menyebabkan sebagian umat manusia mengalami gangguan tidur. Amerika Serikat bahkan menghabiskan uang 50 miliar dolar per tahun untuk menangani urusan gangguan tidur.

Jadi apa pentingnya tidur? Para ilmuwan menemukan bahwa tidur yang cukup, secara umum sekitar 7-8 jam sehari, dapat memberikan banyak kebaikan. Mulai dari memelihara sistem imunitas tubuh dan sistem kardiovaskular, menciptakan memori baru, mengenyahkan racun protein beta-amyloid, dan tentu saja mengurangi stres serta depresi. Singkatnya, tidur memulihkan stamina. Akibatnya, jika seseorang kurang tidur atau kebanyakan tidur, kebaikan-kebaikan tadi berkurang. Untuk jangka panjang bahkan dapat berakibat buruk.

Lalu apa kata Alkitab tentang tidur? Mengapa Tuhan merancang tidur sehingga kita menghabiskan sepertiga hidup hanya untuk tidur? Mengapa Tuhan tidak membuat manusia memiliki kemampuan untuk terus terjaga? Bukankah hal itu membuat kita dapat mengerjakan lebih banyak tugas? Kita juga tidak akan menemukan murid yang tertidur di kelas, atau jemaat yang tidur pada waktu kebaktian, bukan? Mengapa harus tidur?
Tidur adalah sebuah peringatan bahwa kita terbatas dan bukan Tuhan. Hanya Tuhan yang tidak pernah tidur (Mzm. 121:4). Waktu tidur, kita harus menyerahkan segalanya ke dalam tangan Tuhan, karena waktu tidur kita tak dapat melakukan apa pun. Pilihan satu-satunya adalah menikmati tidur, waktu istirahat yang Tuhan berikan.

Lewat tidur kita dapat belajar rendah hati dan sadar diri karena tidur menandakan kebergantungan manusia. We are not in charge. God is. Seperti Daud yang tetap tidur saat puluhan ribu orang akan mengepung dirinya (Mzm. 3:6-7). Bahkan uniknya Tuhan memberikan semua yang dibutuhkan mereka yang dicintai-Nya pada waktu tidur (Mzm. 127:2). Tuhan memberikan teman yang sepadan untuk Adam, pada waktu ia tidur. Waktu Abraham tidur nyenyak, Tuhan membuat perjanjian (kovenan) dengannya. Saat Yakub mengelana sebatang kara dan harus tidur di alam terbuka yang penuh bahaya, Tuhan malah memberinya berkat yang berusaha dicurinya itu, yang telah membuatnya terusir. Demikianlah Tuhan beranugerah di tengah-tengah ketidakmampuan dan ketidaklayakan mereka yang dikasihi-Nya.

Sains menunjukkan bahwa tubuh memerlukan tidur, karena demikianlah rancangan Tuhan. Bahkan alam di-setting untuk mendukung rancangan-Nya. Kita perlu tidur karena kita perlu bangun. Bangun untuk apa? Untuk mengakui kedaulatan-Nya atas hidup kita dan bersyukur atas pemeliharaan-Nya, lalu menyatakan kedua hal itu sepanjang hari. Saat menyadari bahwa Tuhan terus mengerjakan kasih karunia-Nya ketika kita tidur, apakah kita layak bangun dengan mimpi yang muncul dari ambisi pribadi? Baik tidur, baik bangun, marilah kita membesarkan nama-Nya!

Ev. Maya Sianturi Huang
Kepala SMAK Calvin