Kabar tentang Yesus tersiar begitu luas sejak peristiwa penyembuhan orang sakit kusta di Galilea. Yesus bahkan memberikan peringatan keras kepada orang sakit kusta tersebut agar jangan memberitahukan kepada siapa pun, tetapi orang ini tetap melakukan apa yang dikehendakinya, sehingga mulai saat itu Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya tidak dapat terang-terangan masuk ke dalam kota (Mrk. 1:43-45).
Maka mulai sejak saat itu Yesus harus tinggal di luar kota di tempat yang sepi, namun orang banyak tetap berdatangan dari segala penjuru.
Ketika Yesus mengajar di Kapernaum banyak orang berdatangan. Salah satu peristiwa yang sudah sering kita dengar adalah mengenai seorang yang lumpuh digotong empat orang dan diturunkan dari atap sebuah rumah. Akhir cerita, kita tahu bahwa orang ini pun sembuh dari penyakitnya dan dapat berjalan kembali.
Mulai dari Markus pasal kedua, kita melihat beberapa ahli Taurat juga hadir, ditambah orang-orang Farisi. Pada Markus 2:7-24 kita melihat bagaimana orang-orang ini mengkritik Tuhan Yesus. Timbullah suatu pertikaian keagamaan di sini; semacam apologetika tentang kepercayaan yang dipegang oleh Yesus yang berbeda dengan pengajaran ahli-ahli Taurat maupun golongan Farisi.
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi menuduh bahwa Yesus menghujat Allah, bergaul dengan para pendosa, dan murid-murid-Nya tidak berpuasa dan tidak menjalankan Sabat menurut tradisi yang berlaku pada masa itu. Dalam hal ini kita melihat bahwa pelayanan Yesus mulai dipertanyakan mereka. Apa yang Yesus lakukan bukan menghujat Allah, melainkan menyatakan bahwa Dia adalah Allah. Tetapi sulit bagi mereka menerima hal itu, padahal Dia sudah menunjukkan di depan mereka bagaimana orang lumpuh yang sudah digotong oleh empat orang disembuhkan oleh-Nya. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak melihat perbuatan baik yang Tuhan Yesus kerjakan, melainkan mereka cenderung melihat bagaimana Tuhan Yesus sudah mengganggu hidup mereka. Kenyamanan mereka sebagai pemimpin agama selama ini mulai diganggu dengan kehadiran Tuhan Yesus dan mereka marah, sebab orang banyak tidak lagi tertarik kepada mereka, mereka tidak lagi menjadi perhatian utama, melainkan Tuhan Yesus yang menjadi pusat perhatian orang banyak pada saat itu.
Yesus begitu banyak pengikutnya, membuat orang-orang beragama itu merasa heran, mungkin mereka iri hati dan sulit mempercayai apa yang Yesus kerjakan. Mereka mulai mencari-cari kesalahan-Nya. Tuhan Yesus tidak pernah berusaha mencari ketenaran dari pelayanan yang Dia lakukan, berbanding terbalik dengan apa yang dicari oleh orang-orang di dunia sekarang ini. Tanpa sadar orang-orang dunia ingin mencari ketenaran dengan menjadi daya tarik orang banyak, bahkan sebanyak-banyaknya, demi mendapatkan nama, uang, pujian dan banyak motivasi lainnya yang ditujukan kepada diri sendiri.
Kristus yang seharusnya menjadi daya tarik bagi semua orang tidak pernah berusaha menjadikan itu sebagai fokus. Tanpa sadar, kita sering menjadikan diri kita daya tarik bagi orang banyak. Tidak heran ketika kita memulai hari-hari kita, yang diutamakan adalah diri kita sendiri, mulai dari memeriksa status di media sosial, berapa banyak comments, likes, subscribers, views pada status media sosial kita yang mungkin bukan hanya di satu platform, mungkin bisa ada di dua atau tiga platform yang berbeda. Hal ini tanpa sadar menjadi gaya hidup yang dilakukan setiap pagi sebelum memulai hari dan bisa menghabiskan waktu mungkin berjam-jam. Maka tidak heran jika kita mulai mengesampingkan Tuhan Yesus, karena sekarang kita sudah menjadi daya tarik atau sedang berusaha menjadi pusat perhatian orang banyak, mungkin di sekolah, di universitas, di lingkungan kerja, bahkan di gereja. Lho, kok bisa? Tentu saja karena kita manusia berdosa. Dosa membuat arah hati kita bergeser tanpa kita sadari.
Mari kita memeriksa hati kita masing-masing di hadapan Tuhan. Mereka yang berdosa tidak pernah Tuhan Yesus tinggalkan, bahkan Dia mau duduk makan bersama orang berdosa. Bukankah kita orang berdosa tersebut? Sebagai sebuah praktik, mari kita memulai hari kita dengan bersaat teduh, kita datang ke hadapan Dia yang membenci dosa namun tidak membenci orang berdosa. Bersaat teduh dengan childlike faith, rendah hati dan menyerahkan sepenuhnya hidup kita ke dalam tangan Tuhan, agar hati kita terarah kembali kepada Dia yang seharusnya menjadi daya tarik kita, sebab Tuhan Yesus juga tertarik kepada Saudara dan saya. Dia tidak pernah tertarik kepada dosa. Orang banyak datang kepada Dia karena Dia lebih dulu tertarik datang kepada mereka yang berdosa. Kalau Dia tidak datang ke dalam dunia yang berdosa, maka semua orang pasti binasa.
Soli Deo Gloria.
Adhi Gusman Halim
Mahasiswa STTRII