Tidak ada seorang pun yang menyukai melakukan kesalahan. Sejak bayi kita diajar untuk
melakukan segala sesuatu dengan benar. Mulai dari makan, berbicara, berjalan, kemudian
belajar dengan benar. Tidak ada satu pun orang tua yang sengaja mengajarkan hal-hal yang
salah kepada anaknya. Mengapa demikian? Karena kita diciptakan untuk melakukan hal-hal
yang benar. Ada kesalahan yang dapat kita prediksi, misalnya saat mengerjakan soal
matematika yang kita tidak tahu solusinya. Ada kesalahan yang sengaja kita lakukan demi
mencapai tujuan tertentu yang kita anggap lebih penting. Ada kesalahan yang tidak sengaja
kita lakukan tetapi kita masih dapat memperbaikinya. Namun ada yang tidak dapat diperbaiki
seperti pepatah nasi sudah menjadi bubur. Bubur tidak bisa kembali menjadi nasi, tetapi
bubur dapat dijadikan bubur yang enak. Ada kesalahan yang diteruskan dengan kesalahan
lain dengan dalih sekalian mandi karena kepalang basah. Ada juga kesalahan yang sampai
akhir tidak disadari, inilah yang sangat berbahaya.
Allah mengatakan, “Tidak baik kalau itu manusia seorang diri saja, Aku akan menjadikan
penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej. 2:18). Hawa dijadikan Tuhan untuk
menjadi penolong bagi Adam. Memang awalnya demikian dan Adam bersukacita untuk
Hawa. Tetapi di akhir hubungan mesra mereka, Adam menuding Hawa yang mengakibatkan
Adam melakukan kesalahan kepada Tuhan. Tuhan Yesus mengatakan, “Aku akan minta
kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia
menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang
akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu
kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh.
14:16, 17, 26). Kita di dalam Kristus memiliki seorang Penolong yang akan membuat kita
melakukan kebenaran.
Kita mungkin menggunakan Google Maps atau Waze untuk mencari jalan terdekat
atau tercepat agar dapat tiba di tujuan. Saat kita mengikutinya, mungkin kita pernah mengalami
ternyata jalan tersebut tidak mungkin kita lewati. Namun demikian, kita masih tetap
menggunakannya. Salah ambil jalan, jurusan, pekerjaan, pasangan dapat membuat hidup
seperti mencicipi neraka. Tetapi salah jalan kepada Bapa, akan menuju ke neraka yang tidak
ada belas kasihan. Tuhan Yesus mengatakan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak
ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6). Jika kita
tidak memiliki keinginan untuk datang kepada Bapa, maka kita tidak akan peduli dengan
jalan ke sana. Tetapi jika kita mengasihi jiwa kita sendiri, maka kita akan mencari kebenaran
dan kehidupan bagi jiwa kita.
Marilah kita belajar mengatakan, “Ujikah aku, ya Tuhan, dan cobalah aku; selidikilah batinku
dan hatiku, sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu”
(Mzm. 26:2-3).