Kita pernah mendengar frasa “manusia adalah serigala bagi sesamanya”, tetapi kini manusia bahkan bisa menjadi serigala bagi dirinya sendiri. Manusia yang hidup tidak mau berkait dengan Tuhan, akan menjalani hidupnya berdasarkan penilaiannya sendiri yang dianggap adalah jalan yang lurus. Alkitab mengatakan ada jalan yang disangka lurus tetapi ujungnya adalah maut. Ketika kita berjalan dan berjalan di jalanan yang terlihat lurus dan lebar, kita mungkin menyangka bahwa itu adalah jalan yang benar, karena jalan yang sempit dan berliku-liku terlihat bukanlah jalan yang menjanjikan. Tetapi celakanya ketika kita sampai di ujung jalan, ternyata jalan itu menuju jurang tak berdasar dan kita tidak bisa kembali, maka habislah kita.
Bagaimana kita mengetahui suatu jalan adalah jalan kehidupan? Siapakah yang dapat memberitahukan kepada kita apa sesungguhnya arti kebenaran dan kemuliaan yang manusia cari? Seorang anak kecil yang sedang bertumbuh menjadi dewasa sangat membutuhkan bimbingan orang tuanya (orang yang Tuhan siapkan untuk memelihara mereka di jalan yang lurus). Namun perjalanan tersebut tidaklah mulus karena manusia, baik orang tua maupun anak, telah jatuh dalam dosa. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi setiap orang tua untuk senantiasa memohon hikmat Tuhan; dan sangat penting bagi setiap anak untuk belajar taat kepada orang tuanya di dalam Tuhan. Karena modal ketaatan saat kecil akan menjadi modal ketaatannya kepada Tuhan ketika ia menjadi dewasa dan mandiri dari orang tuanya. Alkitab mengatakan seorang anak dikenali dari perbuatannya.
Kita membutuhkan Juruselamat yang menyelamatkan kita dari dosa, termasuk dari diri kita
sendiri yang bernatur dosa. Siapakah yang dapat menyelamatkan kita? Hanya ada satu
PRIBADI di luar diri kita, bukan diri kita sendiri ataupun sesuatu yang terlihat tak terbatas.
Juruselamat kita adalah Dia yang mengatakan, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Tidak
ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Manusia diciptakan
oleh Tuhan adalah aksioma yang tidak perlu diperdebatkan lagi, dan manusia tidak berarti
jika ia tidak hidup untuk penciptanya. Seperti 1+1=2 harus diterima sebagai kebenaran
mutlak agar segala sesuatu tidak menjadi chaos dan tidak dapat dihidupi.
Manusia diciptakan oleh Tuhan adalah aksioma yang tidak perlu diperdebatkan lagi, dan manusia tidak berarti jika ia tidak hidup untuk penciptanya.
Dari zaman dahulu sampai zaman sekarang, dan sampai ke zaman-zaman berikutnya, Iblis terus berupaya menyamar menjadi juruselamat manusia. Topeng malaikat terang makin berkilau dan menjanjikan pemenuhan keinginan berdosa manusia untuk menjadi seperti Tuhan. Siapakah yang dapat menyelamatkan kita (domba yang lugu) dari jebakan setan (serigala berbulu domba)?
Tuhan sudah menyediakan sarana bagi manusia untuk mengenal dirinya dan mengenal Tuhan, yaitu Alkitab. Alkitab adalah jangkar kehidupan manusia untuk tidak diombang-ambingkan berbagai angin pengajaran. Marilah kita mencintainya lebih daripada apa pun di dunia ini.