,

Ying Zheng

Sebagian pembaca mungkin ada yang tidak mengenal nama di atas. Jika saya mengganti judul di atas dengan Qin Shi Huangdi mungkin sebagian pembaca ada yang mengetahui nama ini. Tetapi saya juga percaya ada sebagian lagi yang tidak mengenal kedua nama itu. Ying Zheng adalah nama kecil dari Qin Shi Huangdi, kaisar pertama Cina yang menyatukan seluruh wilayah Cina dalam kekuasaannya. Dialah yang melakukan penyatuan Tembok Cina yang terkenal itu.

Sebelum Ying Zheng naik takhta, Cina berada dalam satu masa yang dikenal sebagai warring state period. Ini adalah masa peperangan antar kerajaan-kerajaan di Cina akibat sistem feodalisme yang dibuat oleh dinasti Zhou. Kemudian bangkitlah seorang Ying Zheng yang menyatukan Cina. Di bawah pemerintahannya hanya ada satu raja yaitu dirinya karena itulah ia memakai gelar Qin Shi Huangdi yang artinya Kaisar Pertama Qin.

Untuk mempersatukan Cina, Ying Zheng memakai seluruh kecerdasannya sekaligus kekejamannya. Selain menyatukan seluruh Cina, Ying Zheng melakukan banyak hal demi kemajuan kesatuan Cina. Misalnya ia membangun jalan raya sepanjang 750 km, membuat standardisasi mata uang, ukuran timbangan, dan bahkan huruf Cina yang jumlahnya begitu banyak dan rumit itu. Terlepas dari kekejaman yang dilakukannya seperti menguburkan sejumlah ilmuwan hidup-hidup dan membakar sejumlah buku sejarah Cina dan ajaran Konfusianisme, ia tetap dianggap berjasa banyak dalam sejarah Cina.

Ada banyak hal yang bisa dituturkan lagi tentang tokoh ini, namun salah satu hal yang sangat menarik tentang dirinya adalah obsesinya terhadap immortalitas. Untuk mencapai keabadian, salah satu hal yang dilakukannya adalah membuat Pasukan Terakota yang akan melindunginya dalam kehidupan yang berikutnya.

Sejarah menceritakan bahwa sang kaisar pertama ini akhirnya mati karena kebanyakan makan pil yang mengandung merkuri. Mengapa merkuri? Karena dipercayainya akan membuatnya tetap hidup. Ironisnya justru membawanya pada kematian. Legenda juga mengatakan bahwa demi memenuhi obsesinya ini, ia pernah mengutus Xu Fu untuk pergi ke Pulau Penglai guna mendapatkan ramuan ajaib.

Lewat tulisan ini saya tidak hanya bermaksud supaya pembaca mengenal sekilas tokoh ini. Tetapi lebih dari itu saya ingin Anda memikirkan kembali keberadaan diri Anda dalam panggung sejarah. Mungkin ini menjadi momen yang tepat karena kita baru saja melewati Tahun Baru Masehi dan sedang memasuki Tahun Baru Cina atau Imlek.

Ying Zheng yang megalomania itu akhirnya harus turun dari panggung sejarah dan sejarah Cina terus berlanjut tanpanya. Delusinya untuk hidup kekal dan terus bertakhta di pentas sejarah Cina tidak pernah tercapai. Demikian pula dengan tokoh-tokoh penting lain yang memiliki obsesi serupa. Uniknya, Yesus dari Nazaret tidak memiliki keinginan seperti itu. Ia bahkan hanya sekitar tiga puluh tiga tahun setengah menampilkan diri-Nya di panggung sejarah. Bedanya dengan tokoh mana pun adalah sejarah tidak dapat berlangsung tanpa Dia, Tuhan atas sejarah.

Pernahkah Anda betul-betul bersyukur bahwa setiap kita yang ada dalam Kristus mendapat satu kesempatan untuk berperan dalam sejarah? Tidak masalah pendek atau panjang, kecil atau besar. Prinsipnya, Yesus dari Nazaret telah menetapkan kita untuk pergi dan menghasilkan buah yang tetap yaitu buah yang kekal (Yoh.15:16). Seperti halnya Ying Zheng, kita semua juga merindukan keabadian bukan?

Pembaca terkasih, apa peran Anda di atas panggung sejarah? Apa pun peran Anda baik sebagai seorang laki-laki atau perempuan, sebagai seorang suami atau istri, sebagai seorang ayah atau ibu, dan berbagai “sebagai” lainnya; apakah Anda telah pergi menjalankan peran yang ditetapkan oleh Yesus dari Nazaret untuk menghasilkan buah yang kekal?

“Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya.” (1Pet. 1:24-25a).

Ev. Maya Sianturi
Pembina Remaja GRII Pusat
Kepala SMAK Calvin