Sampul buku "Dosa, Keadilan, dan Penghakiman" karya Pdt. Dr. Stephen Tong

Dosa, Keadilan, dan Penghakiman

Judul : Dosa, Keadilan, & Penghakiman
Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerbit : LRII
Tebal : vi + 166 halaman
Tahun : 1993
Cetakan : 5

Tidak ada seorang pun yang berani menatap dan membahas mengenai permasalahan dosa dan kepastian penghukuman dari Allah yang datang dari penggenapan konsep keadilan atas pelanggaran dalam bentuk dosa. Demikian juga, tidak ada seorang pun yang dapat melarikan diri dari ketiga fakta kehidupan di dunia berdosa ini: dosa, keadilan, dan penghakiman. Pokok permasalahan inilah yang menjadi tema utama dari buku Dosa, Keadilan, dan Penghakiman.

Terdapat tiga hal yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya di dalam setiap peradaban manusia: rumah sakit atau tempat penyembuhan, penjara, dan kuburan. Ketiga lembaga ini masing-masing merepresentasikan kesengsaraan, kejahatan, dan kematian, yang merupakan akibat dari pemisahan diri manusia dari Allah, yang sering dipungkiri oleh manusia sendiri. Keterpisahan ini menjadikan manusia gagal menjalani setiap relasi yang seharusnya ada di antara diri dengan Allah, diri dengan manusia lain, serta diri dengan diri berdasarkan keadilan yang asasi.

Bab satu dimulai dengan konsep kebenaran dan keadilan, yang merupakan sebuah pernyataan besar, yang menyatakan adanya kebenaran mutlak yang kepadanya seluruh aspek hidup ini dipertanggungjawabkan; yang juga merupakan hal yang paling sering dilawan oleh semangat zaman ini, postmodern. Adalah suatu hal yang ironis ketika kita menuntut adanya kemutlakan dalam hidup kita sehari-hari; seperti di dalam perhitungan, namun menolak kemutlakan yang paling mutlak yaitu Tuhan, yang menurut standar-Nya semua hal akan dinilai dan dihakimi. Namun muncul suatu pertanyaan yang mendasar: “Apakah kebenaran itu sendiri? Mengapa banyak orang yang mengklaim dirinya mengenal kebenaran?”

Allah adalah Allah yang suci dan benar, namun manusia yang dicipta berdasarkan gambar dan rupa Allah telah kehilangan kemuliaan aslinya. Allah yang benar ini adalah Allah yang bersifat adil pula; dan keadilan-Nya tidak berubah bahkan setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Untuk menyatakannya, diberikanlah Taurat kepada umat-Nya yang berdosa. Seorang filsuf Denmark, Søren Aabye Kierkegaard menyatakan esensi dari keberadaan adalah: To exist is to be oneself alone before God. Hal ini menyatakan ketidakmampuan manusia untuk menyembunyikan apapun dari Allah yang dengan kebenaran dan keadilan-Nya menelanjangi setiap manusia di hadapan-Nya. Anugerah berupa Taurat bukanlah akhir dari segala pemeliharaan Allah, karena Taurat sebenarnya hanya berfungsi sebagai rontgen untuk mendeteksi segala kekurangan dari diri manusia. Sedangkan seluruh penggenapan dari Taurat hanya bisa ditemukan di dalam Kristus Yesus.

Bab selanjutnya membahas tentang dosa. Dosa adalah esensi penyimpangan dari kehendak Allah yang dilakukan oleh umat manusia. Hal ini merupakan hal yang amat serius, namun telah sering dilupakan oleh manusia yang telah terlalu lama tinggal di dalam lingkup kuasanya karena kelemahan manusia yang merelakan dirinya dihasut oleh si jahat. Dosa membawa empat status relasi baru di dalam kehidupan manusia. Yang pertama, dosa membawa kuasa yang membelenggu di dalam relasi dengan dirinya sendiri. Hal ini sering mengakibatkan seseorang tidak sadar bahwa dirinya ada di dalam lingkup kuasa dosa. Yang kedua adalah relasi yang merugikan antara seseorang dengan sesamanya manusia. Relasi berikutnya adalah pemersatuan diri dengan si jahat, akibat dari penipuan-penipuan setan di dalam kehidupan seorang manusia; namun ini tidak berarti bahwa manusia tidak ambil bagian sama sekali di dalam pemersatuan ini. Relasi universal yang terakhir adalah terbentuknya sikap dari manusia yang selalu melawan Allah. Di dalam kekacauan dan kerusakan relasi total seperti ini manusia sudah berani melawan Allah. Manusia yang tidak adil berusaha untuk melawan Allah yang adil. Akan tetapi, upaya manusia untuk melawan Allah akan berakhir dengan sia-sia, karena Allah yang pada akhirnya nanti akan menghakimi seluruh umat manusia berdasarkan keadilan-Nya yang mutlak.

Dari konsep dosa ini, pembahasan berlanjut kepada keadilan Allah yang melandasi adanya penghakiman. Pdt. Stephen Tong menjelaskan bahwa Allah menghakimi berdasarkan kebenaran-Nya yang sejati yang tidak mentolerir adanya dosa dalam skala sekecil apapun. Dengan adanya “memory” akan kebenaran Allah sebagai Pencipta alam semesta, manusia memiliki desakan di dalam hati untuk bertobat.

Satu hal yang sangat menarik dari buku ini adalah pembahasan mengenai kebenaran dan keadilan didahulukan sebelum pembahasan akan dosa. Hal ini sesuai dengan pemaparan akan definisi dosa dalam Bab Kedua, yang sebenarnya bukanlah suatu hal yang dicipta namun hanyalah suatu kekurangan dari apa yang sudah ada, yaitu kebenaran. Di dalam pembahasan akan dosa, arti kata dosa sendiri ditarik dari bahasa asli dalam Perjanjian Lama, yaitu bahasa Ibrani<s>;</s> dan P<s>p</s>erjanjian Baru, yaitu bahasa Yunani. Secara total, ada lima pengertian mengenai “apa itu dosa”, yang akan ditarik untuk membahas enam sifat dosa dan esensi dasar dari dosa itu sendiri; dosa yang telah menarik seluruh aspek kehidupan seorang manusia ke bawah, yang disebut sebagai totalitas dosa. Tetapi Allah yang adil dan benar adanya, tidak akan membiarkan ciptaan-Nya direnggut oleh kuasa dosa. Proses penegakan keadilan itu akan dijalani oleh siapapun juga, tidak terkecuali umat pilihan Allah. Namun, subjek dari pengadilan itu sendiri adalah berbeda. Bagi umat pilihan Allah, kehidupan totalitas pelayanan dan pelanggaran atas perintah-Nya adalah parameter bagi keberdosaan manusia. Bagi mereka yang tidak mengenal Kristus, mereka akan dihakimi atas pelanggaran yang dilakukan di dalam setiap detik karunia kehidupan.

Di dalam dua bab terakhir, dipaparkan mengenai sifat-sifat dan sarana-sarana penghakiman. Melalui buku ini, akan banyak manusia yang dikejutkan dengan fakta penghakiman, juga termasuk orang Kristen sendiri. Di dalam buku ini dituliskan ada 9 sarana penghakiman Allah. Dan dari 9 sarana ini, terdapat sarana-sarana yang keberadaannya dapat “dielakkan” oleh manusia, seperti: hati nurani, masyarakat, pemerintah, hukum Taurat, pemberitaan Injil, dan gereja; namun juga terdapat sarana-sarana yang tidak dapat dihindari oleh manusia, seperti: penghakiman takhta Kristus bagi para pengikut Kristus, dan penghakiman takhta putih atas perbuatan tiap pribadi bagi seluruh umat manusia. Selain kedua kelompok penghakiman tersebut, terdapat pula penghakiman terberat, yang tidak satu pun dari manusia yang telah jatuh mampu menjalaninya, yaitu penghakiman di atas salib Kristus untuk menebus seluruh umat manusia.

Buku ini juga menyediakan pemaparan mengenai beberapa pertanyaan klasik, seperti hubungan antara keberadaan Allah dengan kejahatan di dalam bagian Tanya Jawab. Melalui bagian ini juga, kita dapat belajar mengenai keberadaan dan kedaulatan Allah yang adil dan benar, yang sedang mengawasi tiap ciptaan-Nya.

Kiranya buku ini dapat menjadi sarana penerang bagi mereka yang ada di dalam konflik akan dosa dan penghakiman. Karena melaluinya, tiap pembaca diingatkan akan tugas panggilannya di dalam dunia, serta diperlengkapi untuk menjawab tantangan-tantangan dunia yang ditujukan pada dunia keKristenan. Dunia yang tidak adil ini tidak akan pernah berhenti untuk melawan kedaulatan Allah yang adil, namun Allah, di dalam kemutlakan keadilan-Nya, pasti akan menegakkan keadilan-Nya di atas ciptaan-Nya, yang tidak mungkin tidak bergantung pada-Nya.

 

Stephen D. Prasetya

Pemuda GRII Pusat