… Setiap donatur hendaknya menahan diri untuk menyumbangkan uangnya ke dalam berbagai bentuk pemberian bantuan sampai dia sudah membaca & memahami buku penting ini sampai di halaman terakhirnya. — Joel Belz, pendiri & penulis majalah World
Apa yang terlintas pertama kali di benak kita ketika mendengar kata kemiskinan? Sering kali secara dangkal kata kemiskinan diidentikkan dengan hal materi semata.
Hal ini menjebak banyak orang, termasuk konteks di negara penulis buku tersebut tinggal, dan itulah yang diangkat di buku ini dan menjelaskan mengapa pemahaman seperti itu menyakiti kedua belah pihak.

Apakah Anda tahu bahwa salah satu penyebab bangsa Israel dibawa ke pembuangan adalah karena gagal memelihara orang miskin? Allah pernah memberikan sejumlah perintah melalui Musa bagi seluruh bangsa Israel terkait perlakuan terhadap kaum miskin (dapat dirujuk dalam Kitab Keluaran, Imamat, dan Ulangan).
Mesias tidak pernah lepas dari pengentasan kemiskinan, yaitu keadilan, perdamaian, dan kebenaran yang akan terwujud selamanya. Saat segala sesuatu dibawa kembali di bawah pemerintahan dan wewenang Kristus, semua akan dipulihkan menjadi sehat, indah, dan bebas (Tim Keller). Kerajaan Allah seharusnya disampaikan dalam perkataan dan perbuatan.
Pergumulan terjadi ketika seorang yang religius tampak menantikan Sang Raja tanpa Kerajaan, sedangkan para pejuang hak-hak sipil tampak menantikan Kerajaan tanpa Sang Raja. Apa saja perkataan dan perbuatan kita terhadap yang buta, yang lumpuh, yang sakit dan terpinggirkan, yang miskin, yang bodoh, yang lemah, yang rendah, dan yang dihina?
Pada sebuah bagian buku tersebut, kita juga diajak mengingat kembali harapan hidup di kota-kota masa Kekaisaran Romawi yang padat penduduk dengan sanitasi yang buruk, air yang tercemar, selokan-selokan yang terbuka, bau yang menusuk tajam, gedung yang roboh, jalanan yang kotor, kejahatan yang merajalela, serta penyakit dan wabah di mana-mana. Harapan hidup seorang bayi yang lahir pada saat itu tidak lebih dari 30 tahun.
Catatan dari Rodney Stark, seorang sosiolog, menjelaskan bahwa dengan harapan hidup yang tampaknya tidak menjanjikan itu, ledakan pertumbuhan penduduk tetap terjadi. Salah satu pengaruhnya dari keterlibatan jemaat mula-mula dengan orang-orang yang menderita.
Kepada kota-kota yang dipenuhi/disesaki dengan: | Kekristenan menawarkan/menyediakan: |
– kaum gelandangan & kaum papa | – amal & harapan |
– pendatang baru & orang asing | – dasar kekerabatan dengan segera |
– anak yatim piatu & para janda | – ikatan kekeluargaan yang baru & berkembang |
– kekerasan & kerusuhan etnik | – dasar baru untuk solidaritas sosial |
– wabah, kekerasan, gempa bumi | – layanan pengobatan |
Tugas memelihara kaum miskin bukanlah tugas eksklusif gereja. Apa yang diajarkan dari khotbah di hari Minggu seharusnya memberikan dampak pada kehidupan masyarakat dari hari Senin-Sabtu. Itu termasuk implikasi dari kedatangan Kristus di dunia.
Sesudah Perang Dunia 2, ada fenomena menarik yang terjadi. Masalah pascaperang secara permukaan mirip, antara lain: kemiskinan, kelaparan, kurangnya sarana infrastruktur, banyaknya pengungsi, layanan sosial yang tidak mencukupi, dan ekonomi yang lesu. Namun demikian, ketika strategi pertolongan yang sama diberikan oleh Bank Dunia memberikan hasil yang sangat baik dalam membangun kembali negara di Eropa, itu tidak berhasil dengan negara di ‘dunia ketiga’.
Hasil studi yang berjudul Voices of the Poor (survei kepada >60.000 orang miskin dari 60 negara berpenghasilan rendah), diketahui bahwa ketidakpadanan persepsi itu mengacaukan upaya-upaya pengentasan kemiskinan (hlm. 33-38).
Peserta menengah atas mengira kemiskinan itu kekurangan benda-benda materi seperti: | Padahal kaum miskin mengangkat poin-poin dari sisi psikologis & sosial seperti: |
makanan, uang, air bersih, obat-obatan, perumahan, dll. | merasa malu, rendah diri, tidak berdaya, terhina, takut, tak berpengharapan, depresi, terasing secara sosial, tidak didengar. |
Masalah-masalah jauh melampaui dimensi materi, sehingga pemecahannya juga harus melampaui dimensi materi. Buku ini melandaskan pengertian kemiskinan dan pengentasannya dalam kerangka Alkitab: penciptaan, kejatuhan, penebusan.
Bryant Myers menjelaskan bahwa sebelum kejatuhan, 4 hubungan dasar setiap manusia adalah dengan Allah, dengan diri sendiri, dengan sesama, dan dengan ciptaan lain. Ketika hubungan-hubungan tersebut berfungsi sebagaimana mestinya, manusia mengalami kepenuhan hidup sesuai dengan rencana Allah. Lalu, kejatuhan itu telah merusak semuanya, baik individu maupun sistem (ketika individu-individu bersama).
Kemiskinan adalah hancurnya 4 hubungan dasar manusia: dengan Allah, diri sendiri, sesama, & ciptaan lainnya |
• Mengentaskan kemiskinan artinya adalah MEMULIHKAN 4 hubungan dasar tersebut. |
• Kuasa kematian & kebangkitan Yesus meletakkan SEGALA SESUATU pada hubungan yang BENAR kembali. |
• Orang memuliakan Allah dengan cara bekerja serta menghidupi diri & keluarganya dengan hasil kerjanya. |
Rekonsiliasi 4 hubungan dasar manusia hanya dapat terwujud di dalam Yesus Kristus. Rekonsiliasi adalah tindakan Allah, maka doa adalah hal yang tidak seharusnya diabaikan.
Beberapa hal yang perlu dipahami lebih jauh lagi dalam harapan & upaya pengentasan kemiskinan:
- Pertobatan kita & doa
- Tidak bisa lepas dari pemberitaan Injil yang nyata dalam perkataan & perbuatan.
- Pertimbangkan konteks & situasi masing-masing, yang diperlukan berupa bantuan langsung (untuk orang yang benar-benar melarat), perbaikan/ rehabilitasi, atau pembangunan (untuk orang yang tidak melarat).
- Pertimbangkan pertolongan yang hendak disalurkan itu dalam bentuk materi atau non-materi.
- Orang yang tidak dalam kondisi papa mungkin lebih memerlukan dorongan supaya produktif & sikap hemat atas sumber daya-sumber daya yang ada.
- HINDARI PATERNALISME: jangan lakukan sesuatu untuk orang yang mampu melakukannya sendiri (hlm. 101).
- Buatlah daftar talenta & kemampuan yang Anda & komunitas Anda miliki (ABCD).
- ABCD (Asset-Based Community Development) & keterlibatan adalah langkah yang harus diambil ketika hendak membangun rekonsiliasi dengan Allah, diri sendiri, sesama, dan ciptaan lainnya.
Banyak sekali hal & pengalaman yang dibagikan oleh para penulis buku ini. Sangat limpah! Para penulis yang terjun langsung di Chalmers Center for Economic Development di Covenant College (www.chalmers.org) membagikan banyak sekali contoh, pendekatan, dan rujukan. Namun demikian, tentu ada jarak yang cukup sulit untuk diselami karena berbagai contoh dan rujukan itu terjadi dalam konteks pelayanan di Amerika Utara serta lintas negara dan lintas budaya antara Amerika dan Afrika. Ada sedikit contoh di Indonesia (pascatsunami). Prinsip yang universal tetap dapat dipelajari dan diterapkan untuk konteks pembaca masing-masing.
Ini adalah buku yang baik. Selamat membaca & bergumul!
Deksripsi Buku
Judul Buku: Ketika Menolong Justru Menyakiti
Pengarang: Steve Corbett & Brian Fikkert
Penerbit: Momentum
Halaman: xxiv + 288 hlm.; 24 cm
Marcha Violleta
Staf Perpustakaan SKC
. . . kepada kaum miskin, kelompok yang dalam arti tertentu, meliputi setiap kita (hlm. 273) — para penulis
Ini adalah kebenaran yang menusuk, dan itu menyakitkan saya saat saya mengakuinya, Romans 7:21 (NIV) “So I find this law at work: Although I want to do good, evil is right there with me” — hlm. 48