Secara tradisional, Dinasti Zhou dibagi dalam dua periode :
- Zhou Barat, yang beribukota di Houjing, berkuasa hingga tahun 722 SM.
- Zhou Timur, yang memindahkan ibukotanya ke sebelah Timur (kota Luoyang sekarang).
- Zaman musim semi dan gugur (722-481 SM)
- Masa perang antar kerajaan (476-221 SM)
Rakyat Zhou dulunya merupakan bawahan Dinasti Shang dan hidup di antara suku barbar di sebelah Barat. Dinasti Zhou menganut sistem pemerintahan feodal dengan membagi-bagi wilayahnya menjadi banyak negara kecil. Hanya saja bedanya, penguasa-penguasa negara kecil itu masih memiliki hubungan kekerabatan dengan para penguasa Dinasti Zhou. Sepanjang sejarah kekaisaran Tiongkok, sistem feodal ini hanya pernah sekali dianut dan berakhir pada masa pemerintahan Dinasti Qin yang menerapkan sistem pemerintahan terpusat.
Pembagian ke dalam sekian banyak negera kecil ini belakangan mendatangkan masalah pada Dinasti Zhou. Pada awal berdirinya Dinasti Zhou saja sudah terdapat 1.773 negara besar kecil semacam itu. Negara-negara bagian ini hidup saling bermusuhan bahkan tidak memedulikan pemerintahan pusat Zhou lagi. Negara-negara kecil ditaklukkan oleh negara yang lebih besar hingga jumlahnya berkurang menjadi 160 kemudian menjadi 12 pada zaman musim semi dan gugur tiba serta akhirnya menjadi sisa 7 saja pada masa perang antar kerajaan.
Pada masa Dinasti Shang, pewaris takhta adalah saudara laki-laki kaisar. Bila kaisar tidak mempunyai saudara, barulah takhta itu dialihkan pada putranya. Peraturan ini diubah semasa Dinasti Zhou yang menetapkan bahwa pewaris takhta adalah putra kaisar dan tradisi baru ini juga berlaku bagi negara bagian Dinasti Zhou.
Awalnya, kaisar-kaisar Zhou memerintah dengan baik berdasarkan semangat yang sudah digariskan oleh leluhur mereka (kaisar pertama). Namun kemudian terjadi kemerosotan seperti Kaisar Ji Xia yang bergelar Zhaowang yang akhirnya mati tenggelam karena kapalnya disabotase saat menyeberangi sungai Huai. Kaisar Ji Xie dengan gelar Yiwang merupakan penguasa kejam yang merebus mata bangsawan penguasa Qi yang bernama Aigong dalam bejana perunggu. Yiwang digantikan oleh Jihu yang bergelar Liwang, yang memerintah selama 30 tahun dan yang merupakan seorang kaisar yang mementingkan dirinya sendiri serta hidup boros. Barangsiapa yang membicarakan kaisar langsung ditangkap dan dibunuh. Akhirnya kaisar digulingkan oleh para menterinya sendiri. Liwang terpaksa melarikan diri ke Zhi (provinsi Shanxi) sedangkan putranya terpaksa meminta perlindungan bangsawan Chao ketika diserang oleh rakyat.
Setelah pelarian Liwang ini, kendali pemerintahan berada pada bangsawan Zhou. Pada tahun ke-14 pemerintahan bangsawan, Liwang tewas dan Jing selaku putra mahkota diangkat sebagai penguasa baru dengan gelar Xuanwang yang awalnya memerintah dengan baik, namun pada akhir pemerintahannya ia mulai bertindak dengan sewenang-wenang. Penerusnya bergelar Youwang juga bukan merupakan raja yang bijaksana. Pada tahun ketiga pemerintahannya, kaisar menjadikan seorang wanita bernama Baoshi yang konon tidak pernah tertawa sebagai permaisuri barunya. Kaisar menemukan gagasan untuk membuat permaisurinya tertawa, yaitu dengan menyalakan api yang biasanya dipakai sebagai isyarat meminta bala bantuan kepada para raja muda bila ibukota berada dalam bahaya padahal saat itu tidak terjadi apa-apa. Ketika mereka semua datang tergopoh-gopoh beserta pasukannya, kaisar dan permaisuri tertawa menyaksikannya. Lebih jauh lagi, kaisar menyingkirkan putra mahkota yang dilahirkan permaisuri sebelumnya. Bangsawan Shen Hou, ayah permaisuri yang disingkirkan itu marah dan meminta bantuan suku Quanrong dan suku barbar Yi untuk menyerang Dinasti Zhou. Ketika serangan itu benar-benar datang, para raja muda tidak mau menolong karena beberapa waktu lalu pernah dipermainkan oleh kaisar dan permaisurinya. Youwang pun mati di tangan suku barbar Quanrong. Peristiwa ini mengakhiri sejarah Dinasti Zhou Barat.
Kaisar berikutnya yang bernama Pingwang kemudian memindahkan ibukota kerajaan ke sebelah Timur (Luoyang). Dengan demikian, mulailah Dinasti Zhou Timur. Pada tahun 770 SM di bawah perlindungan raja Qin, ia menjanjikan raja Qin untuk menganugerahkan daerah Feng dan Qishan bila berhasil mengalahkan suku Quanrong serta menegakkan kembali kedaulatan kekaisaran dan akhirnya suku Quanrong berhasil dikalahkan. Pengganti Pingwang adalah kaisar bergelar Huanwang. Pada tahun ketiga pemerintahannya, raja muda Zheng yang bergelar Zhuanggong datang berkunjung, tetapi kaisar tidak mengindahkannya. Ini membuat raja muda Zheng marah lalu ia memindahkan letak kuil pemujaan kerajaan di Xutian tanpa seizin kaisar. Kaisar memerangi negeri Zheng, tetapi dalam peperangan itu kaisar terluka. Ini sangat menurunkan karismanya karena sebelumnya seorang kaisar dianggap sakti dan tidak dapat dilukai oleh rakyat dan bawahannya. Semenjak itu dinasti Zhou kehilangan keagungannya.
Sementara itu, kekuasaan negara bagian menjadi semakin kuat. Para raja negara bagian saling bersaing (dengan jalan militer) untuk menjadi yang tertinggi di antara raja muda lainnya. Negara bagian yang satu dengan yang lain saling bersekutu dan berperang. Pada zaman kaisar Ji Xiexin (gelar Lingwang), lahirlah Confucius di negeri Lu (551 SM). Peristiwa penting saat itu adalah pecahnya perang antara negara Jin dan Qi. Keadaan ini terus memuncak sampai memasuki suatu masa yang bernama masa perang antar kerajaan yang terjadi pada masa pemerintahan kaisar Jiren (gelar Yuan Wang). Keadaan kaisar Zhou semakin diperburuk dengan perebutan kursi kaisar di antara sesama putra mahkota. Berbagai intrik dan skandal pembunuhan di dalam istana silih berganti terjadi sampai pada suatu saat administrasi Dinasti Zhou harus terbagi dua, yaitu Dinasti Zhou memiliki kaisar di Chengzhou, seorang bangsawan Timur (Dongzhou) yang berpusat di Luoyang, serta seorang bangsawan Barat (Xizhou) di sebelah Selatan Sungai Kuning.
Pada zaman Kaisar Ji Xi (gelar Liewang), lahirlah filsuf besar seperti Mengzi (Mencius) dan Zhuangzi. Pada saat itu, seorang pencatat sejarah Dinasti Zhou pergi mengunjungi Raja Qin Xiangong dan menyebutkan mengenai sebuah ramalan yang berbunyi bahwa Qin dan Zhou ditakdirkan untuk bersatu, serta Qin akan menjadi negara terkuat pemegang hegemoni dalam kurun waktu 17 tahun berikutnya. Pengganti kaisar adalah Ji Bian yang bergelar Xianwang. Ia menghaturkan selamat pada raja Qin Xiaogong dengan tujuan agar Qin tidak menyerang negerinya. Sebagai tambahan, kaisar kembali mengirim duta militer dan sipil ke negeri Qin. Shang Yang, seorang ahli administrasi negara dari aliran Legalisme memulai pengabdiannya di istana Qin pada tahun 361 SM. Kita akan melihat bahwa Shang Yang sangat berjasa dalam menjadikan Qin sebagai negara adidaya sehingga sanggup menyatukan seluruh Tiongkok pada saat mendatang. Akan tetapi, reformasi Shang Yang ini dipandang terlalu kejam oleh orang sezamannya sehingga banyak orang yang memusuhinya. Kendati mengalami akhir hidup yang tragis, reformasi yang dicanangkannya itu telah berhasil menjadikan Qin sebagai negara terkuat saat itu.
Seabad kemudian, masing-masing negara tidak lagi menghormati kekuasaan kaisar Dinasti Zhou. Bangsawan Hui dari Wei menggelari dirinya sebagai Wang, yakni gelar yang sama dengan kaisar Dinasti Zhou. Tindakan ini segera diikuti oleh negara-negara bagian lainnya. Sebagai negara terkuat, Qin kemudian melakukan unjuk kekuatan dengan mengumpulkan seluruh raja bawahan Dinasti Zhou pada tahun ke-25 pemerintahan Kaisar Xianwang.
Raja terakhir Dinasti Zhou adalah Ji Yan (gelar Nanwang) dan semasa pemerintahannya, ibukota Zhou dipindahkan ke Xizhou hal mana menunjukkan bahwa bangsawan penguasa Dinasti Zhou belahan Barat memiliki kekuasaan dan pamor yang melebihi kaisar Dinasti Zhou sendiri.
Pada tahun 257 SM, tiga negara bagian yang terdiri dari Han, Zhao, dan Wei melakukan aliansi untuk melawan Qin, sedangkan Zhou memilih untuk bersikap netral. Pada tahun berikutnya, Qin merebut Yangcheng dari kerajaan Han. Bangsawan penguasa dinasti Zhou belahan Barat kemudian meninggalkan sikap netralnya dengan bergabung melawan Qin. Raja Qin marah dan menyerang Zhou. Kaisar dan bangsawan penguasa Dinasti Zhou belahan Barat terpaksa pergi ke perkemahan Qin untuk meminta maaf dan menyerahkan 36 kota yang dikuasainya sebagai kompensasi. Belakangan, Qin tetap menyerang ibukota Zhou pada tahun 221 SM serta membuang kaisar dan bangsawan penguasa Dinasi Zhou sebelah Barat ke Lingxian. Pihak Qin merampas harta pusaka dinasti Zhou yang berupa 9 bejana perunggu. Peristiwa ini mengakhiri era Dinasti Zhou yang telah berkuasa selama kurang lebih delapan abad.
Disadur oleh,
Agus Suprapto
Pemuda FIRES
Referensi:
- Taniputera, Ivan. History of China, Ar-ruzzmedia, Yogyakarta, 2008.
- http://id.wiki.detik.com/wiki/Zhou
- http://minghui-school.net/
- http://www.tionghoa.com/