Judul: “Ketetapan Hati dan Nasihat bagi Petobat Muda”
Judul asli: Jonathan Edward’s Resolutions and Advice to Young Converts
Penulis: Jonathan Edwards
Pengantar dan Penyunting: Stephen J. Nichols
Penerbit: Momentum
Tebal: 64 halaman
Cetakan: Ke-1 (2005)
Buku ini merupakan hasil kompilasi dari dua naskah tulisan Jonathan Edwards yang berjudul “Ketetapan Hati” (Resolutions) dan “Nasihat bagi Petobat Muda” (Advice to Young Converts). Kedua naskah tersebut dituliskan Jonathan Edwards bukan di dalam bentuk buku. “Ketetapan Hati”, yang ditulisnya sekitar tahun 1722-1723, lebih mirip sebuah catatan harian daripada sebuah buku, di mana Jonathan Edwards menuliskan ketetapan hatinya sebagai seorang yang masih muda, dalam satu periode sedang mempersiapkan diri untuk terjun ke ladang pelayanan. Naskah yang kedua, “Nasihat bagi Petobat Muda”, juga tidak dalam bentuk buku, melainkan sebuah surat yang ditulis oleh beliau kepada seorang petobat muda yang bernama Deborah Hatheway di kota Suffield.
Penggunaan kalimat-kalimat yang pendek dan praktis serta pemaparan di dalam bentuk butir-butir ketetapan (Ketetapan Hati: 70 butir, Nasihat bagi Petobat Muda: 19 butir) menjadikan kedua naskah tersebut mudah dibaca dan dipahami. Berbeda dengan buku-buku petunjuk praktis yang laris di pasaran zaman ini, ketika membaca tulisan Jonathan Edwards ini kita dapat merasakan bahwa setiap butir-butir ketetapan yang pendek dan praktis itu mengandung kedalaman isi karena keluar dari ketaatan menyerahkan setiap aspek hidupnya untuk memuliakan Tuhan.
Di antara ketujuh puluh butir ketetapan hatinya, kita dapat membaca tekad Jonathan Edwards untuk hanya melakukan segala sesuatu yang memuliakan Tuhan, untuk tidak melakukan apapun yang ia tidak akan berani lakukan jika itu adalah saat terakhir dalam hidupnya, menjaga mulut bibirnya di dalam percakapan, mendisiplinkan hidupnya termasuk dalam pembacaan firman Tuhan, penggunaan waktunya, dan bahkan mencakup hal-hal keseharian seperti disiplin dalam hal makan dan minum.
Kita dapat belajar meneladani beliau bukan saja dari berbagai ketetapan hatinya tapi juga dari sikap kerendahan hatinya. Jonathan Edwards memulai tulisannya dengan kalimat, “Dengan kesadaran bahwa saya tidak mampu melakukan apa pun tanpa pertolongan Allah, saya dengan sungguh-sungguh merendahkan diri untuk memohon anugerah-Nya agar memampukan saya berpegang pada ketetapan hati saya ini, sejauh itu seturut dengan kehendak-Nya, demi Kristus” (hal. 29).
Stephen J. Nichols, sang penyunting buku ini, menuliskan di bagian pengantar, “‘Ketetapan Hati’ masih tetap relevan hari ini, seperti juga pada saat pertama kali Edwards menuliskannya berabad-abad silam. Membacanya secara teratur pasti akan sangat menolong kita untuk hidup sungguh-sungguh demi kehormatan dan kemuliaan Allah” (hal. 19).
Sama seperti naskah “Ketetapan Hati”, kesembilan belas butir “Nasihat bagi Petobat Muda” tidaklah dimaksudkan untuk dipublikasikan kepada umum. Nasihat-nasihat tersebut merupakan surat pribadi yang dituliskan Jonathan Edwards kepada seorang petobat muda di kota Suffield. Dengan membaca naskah ini, kita dapat menangkap sisi lain dari sang theolog dan pengkhotbah besar yang memiliki hati untuk memperhatikan kehidupan rohani orang lain, serta tidak menganggap remeh permintaan seorang petobat muda untuk mendapatkan petunjuk darinya. “Nasihat bagi Petobat Muda” ini ditujukan untuk membimbing para petobat muda dalam memulai kehidupan barunya sebagai orang Kristen.
Penggabungan yang unik dari kedua naskah karya Jonathan Edwards dalam satu buku ini, menjadikannya sangat perlu dibaca oleh setiap kita, baik yang sudah lama menjadi orang Kristen maupun bagi petobat baru, untuk hidup berkomitmen di dalam ketaatan kepada Allah.
Sudahkah kita membuat ketetapan hati secara pribadi di hadapan Tuhan? Sebagai langkah awal, kita dapat memulainya dengan menetapkan hati kita untuk membaca diary dan surat Jonathan Edwards ini.
Daniel Gandanegara
Pemuda GRII Singapura