Magnificat adalah nama nyanyian pujian Maria yang dicatat di Injil Lukas (1:46-55). Dinyanyikan oleh Maria pada saat ia mengunjungi Elisabet yang waktu itu sedang mengandung Yohanes Pembaptis (1:39-45). Nama Magnificat, yang artinya “memuliakan”, diambil dari kata pertama nyanyian pujian ini dalam teks bahasa Latin (Magnificat anima mea Dominum – Jiwaku memuliakan Tuhan).
Magnificat merupakan salah satu di antara 4 nyanyian pujian atas kelahiran Yesus, yang terdapat di Lukas pasal 1 dan 2. Ke-3 nyanyian yang lainnya adalah nyanyian pujian imam Zakaria (1:68-79), malaikat (2:14), dan Simeon (2:29-32).
Nyanyian pujian Maria mirip seperti sebuah mazmur dan memiliki kesamaan dengan nyanyian pujian Hana (I Sam 2:1-10). Hana menaikkan nyanyian pujian dan syukur kepada Allah karena Allah telah mengaruniakan seorang anak laki-laki yang bernama Samuel. Karena kemiripan tersebut, maka terkadang nyanyian pujian Hana disebut sebagai “Magnificat Perjanjian Lama”.
Dalam Magnificat, Maria menaikkan nyanyian pujian atas kebaikan dan kesetiaan Allah dalam rencana keselamatan-Nya bagi umat manusia, khususnya bagi bangsa Israel. Maria mendeskripsikan karya Allah yang Maha Kuasa dan rahmat yang Ia nyatakan kepada Israel, serta penggenapan janji Allah kepada Abraham. Selain itu, Magnificat juga menunjukkan dengan jelas bagaimana respons Maria terhadap kehendak Allah yang dinyatakan melalui dirinya. Dengan sukacita ia taat menjalani kehendak Allah yang ingin memakai rahimnya. Nyanyian ini diakhiri dengan suatu jaminan bahwa Allah selalu setia kepada perjanjian dengan umat-Nya.
Karena makna yang mendalam itulah, maka sepanjang sejarah musik gereja, telah banyak karya musik yang dihasilkan oleh para komposer sehubungan dengan Magnificat ini. Mulai dari komposisi yang berharmoni sederhana sampai dengan yang dramatis, lengkap dengan musik orkestranya. Komposer-komposer tersebut di antaranya ialah Palestrina, Orlando di Lasso, Morales, dsb. Tetapi yang paling signifikan adalah “the Magnificat” hasil karya Johann Sebastian Bach (J. S. Bach).
J. S. Bach adalah seorang komposer dan musikus besar dari zaman Barok. Ia dilahirkan di Eisenach, Jerman pada 21 Maret 1685 dan meninggal di usianya yang ke-65 tahun. Ia telah menulis ratusan karya musik dan termasuk salah seorang jenius dalam musik Barok. Ia menjalani puncak masa kerjanya di gereja Lutheran di Leipzig sebagai pemain organ dan pemimpin musik. J. S. Bach ialah seorang Lutheran yang taat, dan imannya tercermin dalam musiknya. Hampir semua karyanya adalah musik sakral, yaitu musik yang bernuansa religius.
Magnificat adalah salah satu karya J. S. Bach yang ditulis dalam bahasa Latin, dan berdurasi sekitar 30 menit. Ditampilkan pertama kali dalam kebaktian Natal tahun 1723 di Gereja St. Nicholas, Leipzig. Versi pertamanya bernada dasar Es (E flat). Versi berikutnya yang lebih sering digunakan adalah bernada dasar D mayor, yang muncul sekitar tahun 1728-1730.
Keagungan karya Bach dapat dilihat dari struktur oratorio ini. Ia tidak menggunakan “Recitatives” yang merupakan pola baku yang biasanya terdapat dalam oratorio dari zaman Barok. “Recitatives” adalah bagian narasi dan dialog dalam oratorio/opera yang dideklamasikan secara musikal. Bach membagi Magnificat ke dalam 12 bagian yang terdiri dari 5 bagian koor dan 7 bagian Aria.
Oratorio ini diawali dengan koor pembuka yang diyakini sebagai salah satu koor spektakuler dari zaman Barok. Di bagian tengah, terdapat koor yang berstruktur fuga, yaitu “Fecit Potentiam” (No.7). Di bagian akhir (No.12) setelah koor menaikkan Doxology, oratorio ini ditutup dengan bagian yang bermelodi sama dengan bagian awal di No.1. Seolah-olah menggemakan musik sesuai dengan kalimatnya – Sicut erat in principio (sebagaimana ada pada awalnya).
Bagian-bagian Magnificat karya J. S. Bach adalah sebagai berikut :
1. Chorus
Magnificat anima mea Dominum.
Jiwaku memuliakan Tuhan
2. Aria (soprano 2)
Et exultavit spiritus meus in Deo salutari meo.
Dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku
3. Aria (soprano 1)
Quia repexit humilitatem ancillae suae; ecce enim ex hoc beatam me dicent.
Sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala
keturunan akan menyebut aku berbahagia.
4. Chorus
Omnes generationes.
Segala keturunan.
5. Aria (bass)
Quia fecit mihi magna qui potens est, et sanctum nomen eius.
Karena yang Maha Kuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya
adalah Kudus.
6. Aria (Duet – alto,tenor)
Et misericordia a progeniein progenies timentibus eum.
Dan rahmat-Nya turun temurun atas orang yang takut akan Dia.
7. Chorus
Fecit Potentiam in brachio suo, dispersit superbos mente cordis sui.
Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang
yang congkak hatinya.
8. Aria (tenor)
Deposuit potentes de sede et exaltavit humiles.
Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhta-Nya dan meninggikan orang-orang yang
rendah.
9. Aria (alto)
Esurientes implevit bonis et divities dimisit inanes.
Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi
dengan tangan hampa.
10. Aria ( trio – sopranos 1 & 2, alto)
Suscepit Israel puerum suum recordatus misericordiae suae.
Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya.
11. Chorus
Sicut locutus est ad Patres nostros, Abraham et semini eius in saecula.
Seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya
untuk selama-lamanya.
12. Chorus
Gloria Patri, Gloria Filio, Gloria et Spiritual Sancto !
Sicut erat in principio et nunc et semper et in saeculat saeculorum. Amen.
Kemuliaan hanya bagi Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus.
Sebagaimana ada pada awalnya, demikianlah ada pada saat ini dan selamanya:
Dunia yang tiada akhir. Amin.
Melihat keagungan karya J. S. Bach dan makna yang terkandung dalam Magnificat ini, maka tak heran jika oratorio tersebut sering dipentaskan. Jakarta Oratorio Society (JOS) – suatu koor yang dibentuk oleh Pdt. Stephen Tong dan beranggotakan jemaat dari beberapa gereja – saat ini sedang berlatih dan mempersiapkan diri untuk menampilkan karya ini dalam konser sakral tahun 2006.
Secara rutin JOS mengadakan konser sakral minimal 2 kali dalam setahun. Hal ini dilakukan untuk menggarap mandat budaya dalam bidang musik. Pdt. Stephen Tong sebagai pendiri JOS dan Gerakan Reformed Injili, memiliki beban untuk membawa zaman ini, khususnya pemuda pemudi, dapat mengenal dan mencintai musik yang bermutu, yang telah teruji selama ratusan tahun.
Sekali lagi karya J. S. Bach ini akan dikumandangkan di kota Jakarta. Bagi kita, momen ini bukan hanya untuk sekedar menikmati keindahan dan keagungan karya sang komposer besar tersebut, dan juga bukan hanya untuk sekedar mengagumi Maria yang telah mengekspresikan imannya secara luar biasa. Tetapi melalui oratorio ini, biarlah kita dibawa untuk menikmati Allah, melihat kebesaran dan keagungan karya-Nya dalam sejarah umat manusia. Terutama sehubungan dengan rencana keselamatan yang ditetapkan-Nya sejak dari kekekalan, dan bagaimana Ia dengan setia menepati janji-Nya, yaitu dengan mengutus Yesus Kristus. Melalui kelahiran Kristus, maka genaplah janji Allah akan datang-Nya Mesias, Sang Juruselamat dunia. Marilah kita bersama-sama menaikkan syukur kepada Allah.
Segala kemuliaan hanya bagi Allah – Soli Deo Gloria