Pengetahuan bukan hal yang sederhana. Sebuah koin tidak bisa dipahami hanya dengan melihat satu sisi saja. Masih ada sisi lainnya untuk kita pelajari agar mengerti secara utuh. Begitu juga dengan ilmu pengetahuan. Banyak aspek, sudut pandang, dan cara berpikir yang harus kita pelajari untuk mengerti sebuah ilmu secara lebih utuh. Orang yang bodoh adalah orang yang hanya mengerti sebagian, lalu berpikir sudah mengerti secara keseluruhan. Ini adalah sebuah kecelakaan di dalam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, mentalitas untuk terus menggali, menyelidiki, dan membandingkan setiap informasi adalah mental yang sangat penting bagi seorang ilmuwan.
Multiaspek atau multifaceted merupakan salah satu karakter dari ilmu atau kebenaran yang memiliki banyak aspek di dalamnya. Tentu saja ini bukan berarti kebenaran itu bersifat relatif, tetapi justru karakter ini menjadi “jejak” untuk menyatakan keterbatasan manusia dalam mengerti kebenaran yang tidak terbatas. Seluruh kebenaran, baik wahyu umum maupun wahyu khusus, memiliki karakter multifaceted ini. Apalagi saat kita mengenal akan Allah yang adalah sumber kebenaran itu sendiri. Banyak aspek yang perlu kita gali untuk mengerti dengan baik tentang Allah yang dinyatakan oleh Alkitab.
Hal ini tercermin juga di dalam part 1 Oratorio Messiah. Berita sukacita akan nubuat kelahiran Sang Mesias tidak serta-merta menjadi berita sukacita bagi semua orang, karena kedatangan Sang Mesias bisa jadi merupakan ancaman bagi orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat. Bagi mereka, kehadiran Kristus mengusik kehidupan mereka yang dianggap sudah nyaman, walaupun sebenarnya sedang berkubang dalam dosa.
Kebenaran yang mereka lihat di dalam Kristus adalah pernyataan murka Allah terhadap mereka, sehingga mereka merasa tidak tenang, ketakutan, dan terancam. Kehadiran Sang Mesias adalah kehadiran dari Allah yang mahakudus, oleh karena itu setiap ketidakbenaran atau dosa akan dimurnikan. Inilah yang menjadi ancaman bagi orang-orang yang nyaman di dalam dosa.
Salah satu lagu dalam Oratorio Messiah yang sangat jelas menggambarkan hal ini adalah lagu “But Who May Abide”. Handel menggambarkan kehadiran Mesias dengan suasana yang cukup mencekam bagaikan api yang berkobar-kobar, memurnikan sekaligus menghanguskan. Di dalam Alkitab, setidaknya ada dua istilah berkaitan dengan Allah sebagai api, yaitu api yang memurnikan umat-Nya, sehingga mereka bisa kembali kepada Bapa, dan api yang menghanguskan, dalam pengertian membersihkan orang-orang yang bukan umat-Nya. Di dalam implikasi yang kedua, di bagian Alkitab yang lain, digunakan istilah consuming fire atau api yang menghanguskan.
Pengenalan akan Allah sebagai refiner’s fire dan consuming fire harus kita mengerti secara utuh. Sebagai api yang memurnikan, Allah menuntut hidup kita untuk terus mengejar kekudusan, membereskan seluruh aspek hidup kita dari segala bentuk dosa. Sebagai api yang menghanguskan, kita perlu menyadari betapa krusialnya Kristus di dalam keselamatan. Tanpa pertobatan dan menerima Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat, tidak ada yang dapat lolos dari api Allah yang menghanguskan. Semua orang yang berdosa akan dibakar hingga hangus atau dibinasakan. Oleh karena itu, sebagai orang yang sudah diselamatkan, kita harus pergi memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal Sang Mesias. Kiranya Tuhan menolong kita untuk makin hidup menjadi persembahan yang harum bagi-Nya.
Simon Lukmana
Pemuda FIRES