Seorang penulis bernama Roger Aubrey Bullard mengatakan di dalam bukunya yang berjudul The Gospel according to Handel’s Oratorio:
The one who said “I thirst” is the one who turned water into wine …. This is the one who told the woman at the well in Samaria, “Those who drink of the water that I will give them will never be thirsty. The water that I will give will become in them a spring of water gushing up to eternal life.” (John 4:14). The … irony is never more evident than when the one who offers humanity the water of life dies in thirst, with the sour taste of vinegar on his tongue.
Kutipan ini memberikan sebuah kontras mengenai penderitaan yang dialami Kristus dengan kalimat yang Ia pernah ucapkan. Pada kutipan ini, salah satu contoh yang diangkat adalah kalimat Kristus, “Aku haus.” Sebuah pertanyaan yang bisa kita tanyakan berkaitan dengan hal ini, “Bukankah Ia yang mengatakan bahwa siapa pun yang minum air yang diberikan-Nya tidak akan pernah merasa haus lagi? Lalu kenapa sekarang ia berkata bahwa Ia haus?” Sebenarnya, setiap penderitaan yang Kristus alami dapat kita kontraskan dengan ajaran-Nya dan pasti akan memunculkan banyak pertanyaan. Misalnya, “Mengapa Ia yang mengatakan diri-Nya sebagai jalan, kebenaran, dan hidup, akhirnya mati di atas kayu salib?” Semua ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul ketika kita merenungkan penderitaan Kristus. Melalui pertanyaan seperti ini, setiap orang Kristen diajak untuk bercermin dan akhirnya berespons terhadap hal-hal tersebut.
Model perenungan seperti ini dapat kita jumpai di dalam karya-karya passion, contohnya: oratorio St. John Passion dan St. Matthew Passion karya Johann Sebastian Bach. Model passion seperti ini juga dapat kita lihat di dalam bagian Oratorio Messiah yang kita akan bahas pada artikel kali ini. Di dalam sebuah karya passion, biasanya ada bagian narasi yang dinyanyikan secara recitative yang mewakili seorang evangelis yang sedang menceritakan kisah penderitaan Kristus. Lalu diikuti dengan turba chorus, di mana paduan suara mewakili kumpulan massa pada waktu itu. Sebagai respons terhadap kisah yang diceritakan, arioso dinyanyikan oleh seorang solois.
27. Accompanied recitative: All they that see Him, laugh Him to scorn
All they that see Him laugh Him to scorn; they shoot out their lips, and shake their heads, saying: (Ps. 22:7)
Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya: (Mzm. 22:8)
Di dalam lagu ini, Handel kembali menggunakan scourging rhythm seperti yang digunakan dalam lagu He was despised pada bagian “He gave His back to the smiters” dan juga pada “Surely He hath borne our griefs”. Rhythm ini kembali digunakan karena lagu ini mengisahkan penderitaan yang Kristus alami. Namun, kali ini penderitaan yang diterima-Nya berupa hinaan dan olok-olok yang memiliki hantaman serupa dengan kedua lagu sebelumnya yang menggunakan rhythm ini, hanya saja di dalam bentuk yang lain. Biasanya solois akan menyanyikan dengan hentakan-hentakan seperti seorang yang sedang mengolok-olok.
28. Turba chorus: He trusted in God that He would deliver Him
“He trusted in God that He would deliver Him; let Him deliver Him, if He delight in Him!” (Ps. 22:8)
“Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?” (Mzm. 22:9)
Hinaan dan olok-olok terhadap Kristus dilanjutkan dengan lagu berikutnya yang dinyanyikan oleh paduan suara. Pada lagu ini Handel menggunakan fugue yang juga digunakan dalam lagu And with His stripes, tetapi digunakan di dalam konteks yang sangat berbeda. Pada lagu ini kita dapat mendengarkan fugue yang digunakan untuk menggambarkan olok-olok dari orang banyak yang ditujukan kepada Kristus. Secara khusus, kita dapat melihat olok-olok atau hinaan ini pada bagian “let Him deliver Him” dan “if He delight in Him” yang dinyanyikan secara bersahut-sahutan dengan teknik melismatik yang menggambarkan ejekan dan tawaan yang menghina Kristus. Beberapa bagian melismatik ini bahkan terdengar benar-benar seperti seorang yang sedang menertawakan Kristus.
29. Accompanied recitative: Thy rebuke hath broken His heart
Thy rebuke hath broken His heart; He is full of heaviness. He looked for some to have pity on Him, but there was no man, neither found He any to comfort Him. (Ps. 69:20)
Cela itu telah mematahkan hatiku, dan aku putus asa; aku menantikan belas kasihan, tetapi sia-sia, menantikan penghibur-penghibur, tetapi tidak kudapati. (Mzm. 69:21)
Setelah lagu yang mengisahkan hinaan dan olok-olok terhadap Kristus, langsung diikuti dengan lagu yang mengisahkan dampak atau akibat dari hal-hal ini kepada Kristus. Di dalam lagu ini kita bisa merasakan suasana yang begitu sedih. Handel banyak menggunakan chord minor bahkan chord diminished yang biasa digunakan untuk menggambarkan kesedihan yang mendalam. Harmoni ini diberikan untuk menggambarkan penderitaan Kristus seperti yang ditulis dalam Mazmur 69:21. Selain harmoni, iringan lagu pun menggunakan sustain string chord dengan harmoni yang terdengar suram dan sedih. Biasanya, solois tenor akan menyanyikan recitative bagian ini dengan begitu dramatis. Hal ini cukup unik karena recitative biasanya tidak dinyanyikan dengan dramatis. Namun, pada lagu ini Handel merangkainya sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah lagu yang terdengar sangat dramatis.
30. Arioso: Behold, and see if there be any sorrow like unto His sorrow
Behold, and see if there be any sorrow like unto His sorrow! (Lam. 1:12)
Pandanglah dan lihatlah, apakah ada kesedihan seperti kesedihan yang ditimpakan TUHAN kepadaku. (Rat. 1:12)
Ini adalah sebuah arioso yang sangat singkat karena hanya 15 birama saja. Namun di dalam 15 bar ini, kita dapat merasakan kesedihan yang mendalam, seperti yang dikatakan seorang theolog bahwa di dalam lagu ini terkandung “anguish of the whole world”. Salah satu kata yang menjadi highlight adalah kata “behold” yang diulang hingga empat kali. Bagian ini dinyanyikan dengan loncatan nada yang cukup tinggi, dan hingga pengulangan terakhir kata ini mencapai nada tertinggi di dalam lagu ini. Bukan hanya di dalam bagian solois saja, tetapi iringan orkestra pun berulang kali menggunakan loncatan nada ini di dalam bagian mereka. Hal ini menjadi penekanan untuk membawa seluruh fokus kepada Kristus yang mengalami penderitaan yang begitu berat. Semua itu dilakukan-Nya untuk menebus kita yang berdosa.
Sebenarnya bagian ini masih dikaitkan dengan dua lagu berikutnya, He was cut off out of the land of the living dan But Thou didst not leave His soul in hell, yang akan kita bahas di artikel berikutnya. Seluruh rangkaian ini menceritakan penderitaan Kristus hingga akhirnya Dia mati. Semua ini membawa kita untuk merenungkannya sebagai bagian dari perjalanan spiritualitas kita sebagai orang Kristen. Perenungan akan bagian ini akan kita bahas di artikel selanjutnya.
Simon Lukmana
Pemuda FIRES
Daftar istilah:
- Fugue: Salah satu tipe dari komposisi yang berdasarkan tema. Biasanya komposisi ini dimulai dari tema yang dinyanyikan sendiri lalu diikuti dengan bagian lain. Dan di sepanjang lagu, tema tersebut akan muncul di tempat yang berbeda.
- Melismatik: Cara menyanyikan rangkaian not atau nada dalam satu suku kata atau frasa.
- Turba chorus: Secara literal ini berarti “crowd chorus”. Chorus ini biasa muncul di dalam karya passion yang merupakan bagian dari narasi yang dinyanyikan oleh paduan suara.