Reflection on Oratorio Messiah (20): Welcoming the Glorious King

34. Secco Recitative: Unto which of the angels said He at any time: Thou art My Son

Unto which of the angels said He at any time: “Thou art My Son, this day have I begotten Thee?” (Heb. 1:5)

Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: “Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?” (Ibr. 1:5)

35. Chorus: Let all the angels of God worship Him

Let all the angels of God worship Him. (Heb. 1:6)

Semua malaikat Allah harus menyembah Dia. (Ibr. 1:6)

Melanjutkan lagu-lagu sebelumnya, “But Thou didst not leave” dan “Lift up your heads”, kedua lagu ini menyatakan pengagungan kepada Kristus dengan menyatukan beberapa tema sekaligus, yaitu kemuliaan-Nya di dalam kebangkitan, kenaikan, diakui-Nya sebagai Anak Allah, dan pujian pengagungan oleh para malaikat. Rangkaian lagu ini menjadi sebuah respons terhadap scene “Christ’s humiliation” (lagu 27-30). Hal ini mengonfirmasi ajaran Yesus sendiri yang mengatakan, “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Hal ini juga senada dengan yang dinyatakan di dalam Filipi 2:8-10, bahwa Yesus merendahkan diri-Nya sebagai bentuk ketaatan-Nya kepada Allah Bapa, dan karena ketaatan-Nya inilah Allah meninggikan Dia, dan memberikan-Nya nama di atas segala nama, sehingga segala yang ada di langit, termasuk malaikat, dan di bumi bertekuk lutut kepada-Nya. Pengakuan dari Allah dan juga pujian malaikat inilah yang dinyatakan di dalam kedua lagu ini.

Di dalam pengakuan Allah bahwa Kristus adalah Anak Allah, Handel menggunakan sebuah recitative yang mengutip dari Ibrani 1:5. Untuk memberikan penekanan pada pernyataan Allah, Handel menggunakan nada tinggi pada kata-kata “Thou art My Son, this day have I begotten Thee.” Biasanya solois akan menyanyikan bagian ini dengan penekanan, seperti seorang yang sedang memberikan pernyataan yang penting.

Sebagai respons terhadap pernyataan Allah ini, secara langsung choir dan orchestra masuk menggambarkan respons dari para malaikat yang memuji Allah. Tanpa adanya pendahuluan, choir dan orchestra mulai secara bersamaan dengan tegas dan declamatory style menyanyikan “Let all the angels of God worship Him.” Setelah bagian ini, biola memainkan dua birama musik yang menjadi dua tema dari lagu “Let all the angels” yang menggunakan teknik fugue. Tema kedua dari lagu ini merupakan tema pertama yang dimainkan dengan lebih cepat. Kedua tema inilah yang dihadirkan secara berulang-ulang di sepanjang lagu ini dengan kunci yang berbeda-beda, sehingga lagu ini menjadi sebuah respons malaikat yang dirangkai dengan kompleks untuk menyatakan pengagungan kepada Sang Anak Allah.

36. Aria: Thou art gone up on high

Thou art gone up on high, Thou has led captivity captive, and received gifts for men, yea, even for Thine enemies, that the LORD God might dwell among them. (Ps. 68:18)

Engkau telah naik ke tempat tinggi, telah membawa tawanan-tawanan; Engkau telah menerima persembahan-persembahan di antara manusia, bahkan dari pemberontak-pemberontak untuk diam di sana, ya TUHAN Allah. (Mzm. 68:18)

37. Chorus: The Lord gave the word

The Lord gave the word, great was the company of the preachers (Ps. 68:11)

Tuhan menyampaikan sabda; orang-orang yang membawa kabar baik itu merupakan tentara yang besar. (Mzm. 68:11)

38. Aria: How beautiful are the feet of them that preach the gospel of peace

How beautiful are the feet of them that preach the gospel of peace and bring glad tidings of good things. (Isa. 52:7; Rom. 10:15)

Betapa indahnya kedatangan mereka yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik. (Yes. 52:7; Roma 10:15)

39. Chorus: Their sound is gone out into all lands

Their sound is gone out into all the lands, and their words unto the ends of the world. (Rom. 10:18)

Suara mereka sampai ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. (Roma 10:18)

Di dalam empat lagu ini, Oratorio Messiah mengisahkan mengenai kenaikan Kristus dan juga pengabaran Injil. Dari aria “Thou art gone up on high”, Jennens mengambil teks mengenai kenaikan Kristus dan juga mengenai Roh Kudus sebagai pemberian Allah dan Kristus bagi Gereja. Maka pada bagian ini, Jennens menyatukan beberapa tema besar di dalam sejarah kekristenan, yaitu kenaikan Kristus, turunnya Roh Kudus sebagai pemberian terbesar Allah dan Kristus bagi Gereja, dan lahirnya Gereja. Meskipun beberapa tema besar ada di dalam satu lagu ini, secara musikalitas tidak terlalu banyak yang bisa digali di dalam lagu ini. Beberapa ahli musik menyatakan bahwa di dalam oratorio, tidak semua lagu dapat “text-led” (teks lagu menjadi standar di dalam menggubah lagu), tetapi ada juga bagian-bagian teks yang cukup abstrak sehingga musik harus digubah dengan cara “music-led” (musik tidak terlalu berkaitan dengan teks). Namun, tetap ada beberapa hal yang bisa kita perhatikan di dalam lagu ini. Misalnya, pada bagian kata-kata “Thou art gone up on high”, rangkaian melodi cenderung mengarah ke nada tinggi. Lalu pada kata “received”, Handel menggunakan melismatic yang cenderung menurun, seperti anugerah yang tercurah dari atas. Kemudian pada kata “dwell” digunakan melismatic yang cukup panjang, seolah-olah menggambarkan Roh Kudus yang turun dan tinggal di tengah-tengah dunia, khususnya bagi Gereja Tuhan.

Selanjutnya di dalam tiga lagu berikutnya, Oratorio Messiah mengangkat tema penginjilan. Dimulai dengan lagu “The Lord gave the word”, yang dibuka dengan sebuah pernyataan atau deklarasi mengenai bangkitnya para pengabar Injil. Pada bagian frasa “The Lord gave the word”, kur bernyanyi seperti seorang pembawa berita kerajaan yang membawa pesan dari sang raja. Pesan ini adalah mengenai besarnya jumlah orang yang mengabarkan Injil. Untuk menggambarkan hal ini, Handel menggubah musik pada bagian kata “company” menggunakan melodi melismatic, seolah-olah menggambarkan pengabaran Injil yang berkesinambungan dan tidak pernah berhenti.

Selanjutnya di dalam lagu “How beautiful are the feet of them that preach the gospel of peace”, Jennens membawa kita untuk melihat indahnya pekerjaan para pemberita Injil. Keindahan ini dapat kita rasakan di dalam rangkaian melodi yang dinyanyikan oleh solois sopran. Handel memberikan penekanan di dalam bagian “How beautiful” yang dinyanyikan dengan berulang untuk menyadarkan kita akan indah dan pentingnya pengabaran Injil.

Lalu scene ditutup dengan lagu “Their sound is gone out”. Lagu yang mengangkat tema mengenai Injil yang dibawa hingga ke ujung dunia ini dapat kita rasakan di dalam bagian “gone out” dan “unto the ends of the world”. Pada kata “out”, Handel menggunakan nada yang harus ditahan cukup panjang. Lalu pada bagian “unto the ends of the world”, Handel menggambarkan mengenai Injil yang disebarluaskan, dengan menggunakan scaling melody yang naik turun, bagaikan Injil yang dibawa baik jauh ke pegunungan maupun ke dalam pedalaman.

Refleksi

Karya keselamatan yang Kristus lakukan di dalam dunia adalah karya teragung yang pernah ada di dalam sejarah manusia. Karena melalui karya inilah arus sejarah umat manusia diputarbalikkan, dikembalikan kepada arah yang seharusnya yaitu kemuliaan Allah. Untuk menjalankan misi yang agung ini, Kristus harus merendahkan diri-Nya sedemikian rupa, hingga untuk ukuran manusia pun, Ia berada di dalam titik yang begitu rendah. Semua ini Ia jalankan demi menggenapkan rencana keselamatan Allah yang dinyatakan bagi umat pilihan-Nya.

Terhadap karya yang agung ini, respons apakah yang seharusnya diberikan? Di dalam beberapa lagu Messiah yang kita bahas di atas, setidaknya ada beberapa respons yang dapat kita lihat. Pertama, respons dari Allah Bapa adalah menyatakan pengakuan-Nya bagi Sang Anak. Ia tidak membiarkan manusia merendahkan Kristus, sehingga kepada manusia beberapa kali Ia menyatakan kebesaran Sang Anak, dan memerintahkan mereka untuk mendengarkan dan menyembah-Nya. Reaksi yang kedua adalah dari para malaikat yang memuji dan mengagungkan Kristus. Respons dari malaikat ini dianggap penting karena keberadaan malaikat sering kali dikaitkan dengan keagungan dan kemuliaan yang dinyatakan secara jelas dan mencolok. Kemuliaan Sang Anak yang sering kali dinyatakan secara tersembunyi, disingkapkan kepada khalayak dengan kehadiran dari pujian dan pengagungan malaikat.

Respons ketiga adalah dari manusia, khususnya Gereja sebagai tubuh Kristus, yaitu dengan memberitakan Injil. Banyak hal yang bisa kita gali mengenai alasan Gereja harus menginjili. Salah satu alasan yang bisa kita pelajari dari Oratorio Messiah ini adalah sebagai respons dari karya keselamatan yang Kristus lakukan. Hal ini berarti dengan menginjili, kita menghormati, menghargai, dan mengagungkan karya keselamatan Kristus yang telah dinyatakan kepada kita. Dengan menginjili, berarti kita mengakui betapa krusialnya karya keselamatan yang Kristus kerjakan. Maka sudah sepatutnya kita menginjili sebagai bagian dari kehidupan Kristen yang berespons kepada Kristus dan karya keselamatan yang telah Ia genapkan bagi kita. Kiranya Tuhan menolong kita untuk terus mendorong dan melatih diri kita dalam menginjili orang di sekitar kita.

Simon Lukmana

Pemuda FIRES