Penginjilan Massal dan Masa Depan
Wawancara dengan Pdt. Aiter
Pillar kali ini berkesempatan untuk mewawancarai Pdt. Aiter. Sepanjang tahun 2006, Tuhan memakai Pdt. Aiter untuk melayani KKR di berbagai daerah di Sumatera. Apa yang membuat beliau begitu bersemangat untuk mengabarkan Injil, kalau bukan hati yang ingin menjangkau mereka yang terhilang? Kiranya melalui wawancara ini kita boleh belajar untuk memiliki hati yang sama bagi orang-orang yang belum percaya, hati yang merindukan supaya mereka juga boleh mendengar Injil dan diselamatkan. Yuk kita simak wawancara Pillar (P) dengan Pdt. Aiter (A) berikut ini.
P : Bolehkah kami mengetahui latar belakang keluarga, studi dan pelayanan Pdt. Aiter?
A : Saya dilahirkan di kota Rantauprapat, Sumatera Utara (sekitar 6-7 jam naik mobil dari kota Medan) pada tahun 1971. Sudah berkeluarga sejak tahun 2002, istri saya Go Sianny Gunawan dan kami dikaruniai seorang putera Luther Huang, lahir tahun 2004. Pada tahun 1989 setelah lulus SMA saya kuliah di STMIK Bina Nusantara Jakarta (sekarang Universitas Bina Nusantara) ambil S1 Manajemen Informatika (gelar S.Kom.). Tahun 1989-1990 saya bergereja di salah satu gereja Kharismatik terbesar di Jakarta, dan waktu itu saya sangat tertarik dengan ajaran mereka. Tahun 1990 saya mulai dikenalkan oleh seorang teman kuliah untuk bergereja ke GRII Pusat (waktu itu masih di Gedung Granadha lt.1). Sejak saat itu saya ada di GRII sampai hari ini. Tahun 1992 saya mulai masuk STRIJ (waktu itu masih di Sekolah Triana, Jakarta). Tahun 1996 saya menjadi staf pertama dan sekaligus menjadi mahasiswa Institut Reformed angkatan pertama yang dibuka untuk kaum awam di Jl. Tanah Abang III No. 1 Jakarta (diresmikan pada hari Minggu 21 Juli 1996 di Kebaktian Minggu GRII Pusat dengan mahasiswa angkatan pertama sekitar 120 orang). Pada tahun 1998, Institut Reformed dipindah ke Sunter dan berganti menjadi program full-time. Pada tahun 1998 saya menjadi mahasiswa Institut Reformed angkatan pertama ambil program M.Div. (jumlah mahasiswa angkatan pertama sekitar 26 orang). Setelah lulus saya praktek 1 tahun (4 bulan di GRII Kelapa Gading dan 8 bulan di GRII Malang), dan pada tahun 2001 saya diwisuda, lalu saya diutus menjadi Gembala Sidang di MRII Batam (1 tahun), kemudian dipindahkan ke GRII Pusat (2 tahun), dan terakhir saya diutus lagi ke MRII Batam (sampai saat ini sudah 2 tahun dan MRII Batam sekarang sudah didewasakan menjadi GRII Batam). Sejak tahun 2005 saya ditugaskan sebagai Ketua Klasis wilayah Sumatera (menjadi Gembala Sidang di GRII Batam, Gembala Sidang di MRII Medan, dan Pendeta Konsulen di MRII Palembang). Pada tahun yang sama (2005) saya ditahbiskan menjadi Pendeta.
P : Kami dengar Pdt. Aiter dan Ev. Radjali mengadakan banyak KKR sepanjang tahun 2006, boleh tolong jelaskan sedikit tentang KKR-KKR tersebut? (di mana, berapa total kegiatan, berapa yang hadir, berapa yang terima Tuhan Yesus)
A :
- Pada bulan April 2006, kami mengadakan Seminar dan KKR Paskah di Palembang dan Lampung, lalu saya juga mengadakan hal yang sama di Medan, Pematang Siantar, Rantauprapat, Pekan Baru, Batam, Pulau Tiangwangkang, dan beberapa tempat yang lainnya. Semua acara totalnya sekitar 25 kali. Total yang hadir sekitar 10.000 orang dan yang terima Yesus sekitar 80%.
- Pada bulan September–Desember 2006 kami juga mengadakan Seminar dan KKR Natal di Indralaya, Lampung, Palembang, Jambi, lalu saya juga mengadakan hal yang sama di Binjai, Medan, Kabanjahe, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Batam–Batuaji–Tanjung Piayu, Pulau Tiangwangkang, Tanjung Pinang, Selatpanjang, dan beberapa tempat yang lainnya. Selain itu kami juga mengadakan KKR masuk sekolah-sekolah untuk menjangkau siswa/i yang belum terjangkau di KKR-KKR yang kami pimpin.
Semua acara sekitar 80-an kali. Total yang hadir sekitar 28.000 orang (mayoritas yang hadir adalah non-Kristen) dan yang terima Yesus sekitar 85%.
- Pada bulan Maret-April 2007, kami juga berencana untuk mengadakan Seminar dan KKR PASKAH di sekitar 25 kota (sekitar 60an kali KKR & Seminar), seperti Pagar Alam, Lampung (Kedaton & Tanjung Karang), Metro, Palembang, Jambi, Muaraenim, Bengkulu, Lubuk Linggau. Lalu saya juga mengadakan hal yang sama di Lubuk Pakam, Medan, Pancur Batu, Belawan, Kisaran, Tanjung Balai, Aceh, Berastagi, Batam, Pulau Rempang, Dumai, Bagan Batu, Bagan Siapiapi, Panipahan, dan beberapa tempat lainnya. Selain itu kami juga mengadakan KKR di kampus-kampus dan sekolah-sekolah untuk menjangkau mereka yang belum terjangkau di KKR-KKR yang kami pimpin.
P : Mengapa memilih mengadakan KKR pada momen Natal dan Paskah?
A : Karena KKR kami banyak melayani anak-anak dan siswa/i SMP-SMA, maka kami menggunakan momen Paskah dan Natal untuk mengajak sekolah-sekolah mengirim siswa/i mereka. Biasanya pihak sekolah atau yayasan tidak begitu kesulitan mengizinkan siswa/i mereka keluar sekolah ikut acara Paskah Bersama dan Natal Bersama di aula yang kami sewa seperti: Ballroom Hotel, Aula Gedung Pemerintah, Aula Gedung Museum, Aula Wihara, Aula Sekolah, Aula Gereja, atau Lapangan Terbuka. Dalam KKR tersebut, kami menjangkau sekolah-sekolah Kristen, sekolah Islam, sekolah Buddha, sekolah negeri, sekolah swasta, mahasiswa, panti asuhan Kristen, panti asuhan Islam, panti jompo, dan masyarakat umum. Dengan kata lain, di KKR tersebut kami menjangkau dari anak TK sampai orang-orang tua yang ada di Panti Jompo.
P : Apakah ada cerita pengalaman yang unik waktu mempersiapkan KKR?
A : Di Palembang, ada puluhan orang Muslim yang hadir waktu KKR dengan lengkap pakaian muslim mereka. Ini satu pemandangan yang indah. Jika bukan Tuhan yang tarik, tidak ada seorang pun yang akan datang dengar Firman. Di Tebing Tinggi, Sumut, kami mengadakan KKR di aula Wihara dan memasang spanduk KKR 6 meter di pintu masuk dengan tema KKR Natal “Roti Hidup di Rumah Roti”. Pada waktu KKR (4 sesi) orang yang menjaga wihara hadir ikut dengar setiap khotbah, dan bahkan ada polisi yang satu tingkat di bawah Kapten ikut hadir mendengarkan khotbah-khotbah tersebut dan mengajak lagi polisi-polisi yang lain ikut hadir. Akhirnya puluhan polisi ikut hadir di KKR, dan menarik lagi mereka pun angkat tangan dan isi kartu keputusan. Lalu setelah semua acara KKR selesai mereka semua pulang tanpa minta uang sedikit pun (biasanya di tempat-tempat lain, polisi-polisi minta uang jaga keamanan). Di Kabanjahe, Sumut, saya khotbah di lapangan terbuka pasang tenda karena lagi musim hujan, dan di sesi ke-2 hujan mulai turun, saya khotbah dengan dibasahi hujan. Hari itu khotbah penuh kuasa dan Tuhan bekerja luar biasa mempertobatkan orang. Dan yang lebih menarik lagi, saya temukan banyak petobat-petobat di KKR Pdt. Dr. Stephen Tong waktu mereka masih kecil/muda (ada yang bertobat waktu SD-SMP-SMA-mahasiswa), dan mereka ini banyak tersebar di Sumatera. Mereka inilah yang sangat mendukung acara KKR yang kami lakukan. Saya menjumpai banyak petobat-petobat tersebut sekarang ada yang menjadi hamba-hamba Tuhan yang menggembalakan banyak orang, ada yang menjadi guru, dan lain-lain. Saya mempunyai kerinduan suatu hari ada acara reuni semua petobat-petobat di KKR Pdt. Dr. Stephen Tong lalu saling sharing dan semua sharing dibukukan untuk menjadi buku kesaksian yang hidup sebagai berkat bagi banyak orang.
P : Mengapa berfokus kepada KKR anak-anak dan siswa/i?
A : Pdt. Dr. Stephen Tong pernah berkata siapa yang bisa menaklukkan anak-anak berarti dia bisa menaklukkan masa depan (saya lupa kalimat aslinya). Saya amati orang-orang yang bertobat waktu mereka hadir di KKR, orang-orang itulah yang akan mendukung KKR karena mereka alami sendiri Tuhan bekerja di KKR. Tadi saya katakan mereka yang bertobat di KKR Pdt. Stephen Tong, mereka inilah yang sangat mendukung KKR kami. Berarti kalau sekarang kita terus menggarap KKR anak-anak dan siswa/i, kita sedang mempersiapkan orang-orang yang kelak akan pimpin KKR. Mereka akan didukung oleh orang-orang yang sekarang masih kecil yang bertobat di KKR yang kami pimpin.
P : Acara-acara lain apa saja yang juga diadakan?
A : Selain seminar pra-KKR, kami juga mengadakan KKR anak-anak, KKR siswa/i, KKR mahasiswa, dan KKR umum. Dalam 1 hari bisa 3-4 kali KKR. Kalau KKR yang dipimpin Pdt. Stephen Tong “grosiran”, maka kami yang baru mulai ini masih “eceran”.
P : Siapakah yang menjadi panitia KKR dan dari mana dananya?
A : Untuk wilayah Sumatera Selatan (Sumsel), kami membentuk panitia KKR dari MRII Palembang. Untuk wilayah Sumatera Utara (Sumut), panitia KKR dari MRII Medan. Untuk wilayah Kepulauan Riau (Kepri), panitia KKR dari GRII Batam. Jadi kami membentuk 3 kelompok panitia, dan semua panitia termasuk pengkhotbah ikut memberikan janji iman. Di setiap kota kami juga membentuk tim kerja dari orang-orang kota setempat yang nantinya bertugas sebagai tim Humas dan publikasi untuk kota bersangkutan. Kami tidak menulis surat ke gereja-gereja/yayasan/pribadi untuk meminta dana karena ini bukan semangat Reformed. Puji Tuhan, hasil dari KKR Natal tahun ini setelah dikurangi semua biaya ± Rp. 130 juta, masih ada kelebihan Rp. 152 juta, dan semuanya sudah dipersembahkan untuk pembangunan gedung gereja GRII Pusat.
P : Kapan Bapak mulai mendapat beban mengadakan KKR seperti ini?
A : Waktu saya masih menjadi mahasiswa di Institut Reformed, Sunter, saya pernah berdoa kepada Tuhan suatu saat saya ingin keliling 30 hari KKR terus di Pulau Sumatera dengan setiap hari isi KKR dari satu kota ke kota lain. Saya bersyukur untuk KKR Natal 2006 kami sudah mengadakan KKR hampir di 20 kota dan lebih dari 25 tempat/aula. Kalau dihitung-hitung dari bulan Sep-Des 2006, kalau semuanya dipadatin berarti hampir 30 hari full KKR.
P : Siapakah yang paling mempengaruhi Bapak dalam mengadakan KKR seperti ini?
A : Siapa lagi kalau bukan Pdt. Dr. Stephen Tong. Beliau sering mendorong dan memotivasi kami waktu kami masih mahasiswa Institut Reformed untuk berani mengadakan KKR-KKR, berani masuk ke sekolah-sekolah mengadakan KKR, dan berani buat KKR untuk anak-anak. Lalu setiap kali beliau memimpin KKR seperti itu, kami selalu ikut hadir melihat bagaimana caranya memimpin KKR kepada anak-anak, siswa/i, mahasiswa, dan umum. Hal yang sama juga beliau katakan di dalam rapat-rapat hamba-hamba Tuhan Reformed Injili. Beliau sangat mengharapkan jika semua mahasiswa dan hamba-hamba Tuhan mempunyai keberanian membuat/memimpin KKR sendiri, bukan karena diundang orang dan terima amplop. Lalu cara bentuk panitia, janji iman panitia, dan dalam 1 hari ada beberapa kegiatan, semuanya kami ikut cara Pdt. Dr. Stephen Tong.
P : Tantangan apa yang dihadapi dalam mengadakan KKR?
A : Dalam persiapan KKR kami menemukan bahwa orang-orang yang menghambat siswa/i dengar Injil justru bukan orang non-Kristen, melainkan pendeta, majelis, dan juga guru agama Kristen. Kalau ada yang mendukung itu sudah wajar, tetapi inilah keanehan yang kami temukan di lapangan. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu” (Mat. 9:37-38). Ironisnya, para pekerja bertarung dengan pekerja yang lain, para pekerja tidak melayani Tuhan semestinya dan para pekerja tidak berdoa kepada Tuhan untuk minta lebih banyak lagi pekerja, melainkan menghambat pekerja yang lain, serta para pekerja tidak melihat betapa banyaknya tuaian yang masih harus dituai.
P : Apa harapan Bapak?
A : Saya sangat berharap jika semua cabang Gereja Reformed Injili Indonesia ikut memikirkan KKR anak-anak dan siswa/i di kota-kota sekitar cabang tersebut berada, berarti dalam 1 tahun kita bisa menjangkau ber-ratus-ratus ribu orang yang dengar Injil dan bahkan meresponi panggilan Injil. Kalau semua cabang GRII/MRII/PRII khususnya di Indonesia sama-sama garap KKR ini secara maksimal, mungkin bisa menjangkau jutaan orang. Saya sangat optimis ini sesuatu yang mungkin. Mari kita berdoa untuk hal ini.
Wawancara oleh Redaksi Pelaksana PILLAR