Liputan KKR Papua 2010

KKR PAPUA 2010
Pdt. Dr. Stephen Tong
5 – 9 November, Wamena – Jayapura – Sentani

God Makes His Plan Possible

Tahun ini kota Jayapura memperingati 100 tahun Injil masuk pertama kali di sebuah pulau, yang bernama Pulau Metu Debi, sebuah pulau kecil di seberang Teluk Youtefa di mana seorang misionaris Pdt. F.J.F. Van Hasselt, pada tanggal 10 Maret 1910, mendarat di Tanah Tabi dan memberitakan Injil di Papua. Selain Van Hasselt, ada beberapa misionaris lain yang juga berdatangan ke Papua, mulai dari daerah kepala burung – Manokwari, lalu menyusuri pantai, hingga masuk ke gunung-gunung di pedalaman. Papua terdiri dari ratusan suku dengan bahasa dan dialek yang berbeda-beda, sehingga bahasa menjadi salah satu hambatan terbesar dalam menyebarkan Injil ke dalam pulau tersebut, sampai sekarang penerjemahan Alkitab masih terus dilakukan. Namun hal tersebut tidak menghentikan pekerjaan Tuhan, Pekabaran Injil masih harus terus dikerjakan dan Papua menjadi ladang yang amat luas untuk penginjilan.

Seiring berjalannya waktu, Papua juga menjadi ajang penginjilan dari berbagai macam denominasi, dan setiap denominasi pun gencar dalam mengerjakan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) mereka, terutama di kota Jayapura, Wamena, Sentani, dan sekitarnya. Setiap minggu tidak kurang dari satu KKR diselenggarakan di daerah sana. Namun, dengan banyaknya KKR, di mana seharusnya Injil yang diberitakan menjadi titik pertobatan, tetapi ternyata tidak mengubah gaya hidup di sana.

Konteks Papua dilatarbelakangi dengan budaya multi-suku yang saling berperang satu dengan lain. Dalam konteks politik, Papua yang notabene tertinggal, juga menjadi ajang “permainan” politik. Dua latar belakang ini cukup untuk menanamkan rasa curiga dan luka batin dalam masyakarat Papua. Belum lagi, penduduk asli Papua harus bersaing dengan para pendatang. Setiap minggu paling sedikit 600 orang pendatang yang mendarat di sana dan mereka menguasai perekonomian di sana. Hal-hal tersebut menimbulkan rasa keputusasaan di antara penduduk Papua asli, dan menjadikan Papua sebagai ajang misi dari KKR-KKR kesembuhan ilahi dan theologi kemakmuran yang menawarkan berbagai macam pemulihan yang kurang bertanggung jawab.

Pdt. Dr. Stephen Tong pernah mengunjungi Papua 19 tahun yang lalu, dan tahun ini beliau kembali ke Papua dengan misi yang sangat jelas. Di tengah maraknya KKR kesembuhan ilahi, STEMI menjawab dengan membawa KKR kembali kepada hakekatnya. Kebangunan rohani bukan sebuah pesta pemborosan uang, bukan ajang mencari tender, dan bukan acara pengerahan massa layaknya kampanye partai politik. Kebangunan rohani tidak akan pernah ada jika tidak ada pemberitaan Firman yang sejati. Bukankah iman tumbuh dari pendengaran akan firman Kristus? Maka dalam rangkaian KKR PAPUA 2010, selama tiga hari KKR Jayapura, Pdt. Dr. Stephen Tong membahas akan pekerjaan atau karya Allah Tritunggal: Allah Bapa – Allah Anak – Allah Roh Kudus. Khotbah yang tajam dan jelas menjadi sebuah apologetika yang kuat serta meletakkan dasar iman Kristen yang kokoh bagi setiap pendengarnya. Mengapa hal ini menjadi hal yang sangat penting? Karena jika kekristenan tertidur dengan nina bobo kesembuhan ilahi dan theologi kemakmuran tanpa mau meletakkan dasar yang kuat dalam iman dan apologetika, maka kekristenan di Papua akan segera tergilas oleh tantangan-tantangan dan kesulitan-kesulitan di masa depan. Jika kekristenan tidak membawa berita pertobatan sejati lalu sibuk dengan urusan psikologis kepahitan batin saja dan tidak sanggup membawa terang Injil dalam bidang politik, pemerintahan, perekonomian, dan pendidikan, maka tidak lama lagi kekristenan akan sekedar menjadi aksesoris salib yang dipakai di kalung-kalung anak muda. Kita patut bersyukur untuk Gerakan Reformed Injili yang mengusung mandat Injil dan mandat budaya ini.

Dalam anugerah Tuhan, di tengah sempitnya waktu dan keterbatasan panitia, Tuhan memungkinkan pekerjaan-Nya dilaksanakan untuk mengobarkan kembali semangat dan terang Injil yang pernah masuk menerangi Papua. Tuhan sendiri yang telah menyediakan para pekerja-pekerja-Nya. Ketua KKR di Wamena adalah seorang pendeta yang sewaktu SMA pernah mendengar khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong di Wamena 19 tahun yang lalu. Dengan tidak menggunakan otoritas apapun, ada beberapa panitia, seorang kepala sekolah, dan juga sekelompok teman-teman muda dari Asrama Mansinam yang terbeban dalam KKR Siswa ini yang digerakkan Tuhan untuk mengantar surat, meminta konfirmasi, dan menjemput mereka di sekolah. Mereka bukanlah orang yang ahli humas, bukan orang yang ahli lobby, tapi hanyalah anak-anak muda sederhana dari kampung yang sedang kuliah di Jayapura, tapi Tuhan memakai mereka untuk kemuliaan pekerjaan-Nya. Puji Tuhan!

Dalam KKR Siswa, Tuhan menghantar lebih dari 5.000 siswa di bawah terik matahari pagi (di Papua, jam 7-8 pagi matahari sudah cukup terik), suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. KKR Umum di Wamena melayani 2.500 jiwa. KKR Umum di Jayapura hari pertama melayani 2.300 jiwa, hari kedua 3.500 jiwa, dan hari ketiga 3.300 jiwa. Seminar Khusus melayani 600 jiwa. KKR Umum di Sentani melayani 3.500 jiwa. Kebangunan rohani bukan hanya dirasakan oleh para jemaat yang hadir saja tapi dampaknya juga dirasakan oleh para panitia lokal yang mempersiapkannya. Dalam perjalanan ini para panitia lokal mengalami perubahan paradigma dan cara pandang dalam melihat apa itu prinsip pelayanan dan kerelaan berkorban bagi pekerjaan Tuhan. Masih banyak lagi keajaiban penyertaan Tuhan yang dinyatakan melalui persiapan dan pelaksanaan KKR PAPUA 2010 ini yang tidak dapat diceritakan satu per satu. Kiranya ribuan orang yang telah Tuhan kumpulkan, boleh dibangunkan imannya dan menjadi laskar Kristus di Papua.

Dengan selesainya rangkaian KKR di Papua yang telah di pimpin Tuhan dengan luar biasa ini, bukan berarti pekerjaan kita sudah selesai, sebab jumlah yang besar menuntut tanggung jawab yang besar juga. Panitia harus terus mem-follow-up para petobat baru dan juga mereka yang menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan. KKR-KKR yang kurang bertanggung jawab akan terus datang ke Papua dan tantangan-tantangan lain juga akan terus berdatangan, Iblis tidak tinggal diam melihat pekerjaan Tuhan yang begitu besar, sehingga tugas kita sebagai orang Kristen Reformed Injili tidak berhenti sampai di sini, tetapi masih banyak pekerjaan Tuhan yang harus kita kerjakan di masa-masa yang akan datang. Jangan biarkan kesuksesan dari KKR ini membuat diri kita terlena, tetapi biarlah kita mempunyai kesensitifan dalam melihat pimpinan Tuhan dan memohon agar Tuhan terus mengobarkan api penginjilan di dalam hati setiap orang Kristen. HIS Truth is marching on! Sola gratia… Soli Deo gloria…!

Dewi Arianti Winarko

Mahasiswi Institut Reformed Jakarta