Saat Teduh

Saat teduh tidak bisa tidak dikaitkan dengan membaca Alkitab. Alkitab adalah buku yang paling banyak dicetak dalam sejarah dan juga buku yang paling banyak diterjemahkan (lebih dari 1200 bahasa dan dialek). Kita dapat membaca dan membeli Alkitab dengan leluasa di zaman ini. Padahal di dalam sejarah, setiap tokoh Kristen yang memulai penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Inggris, Spanyol, Perancis, Belanda, Jerman, dan lain-lain mendapatkan penganiayaan dan banyak yang mati martir karenanya. Kita akan melihat 2 tokoh yang menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris: John Wycliffe dan William Tyndale. 

John Wycliffe (1324-1384), Bapa Alkitab Inggris ini menyelesaikan Perjanjian Baru pada tahun 1380 dan Perjanjian Lama dua tahun kemudian pada tahun 1382 dari Alkitab Vulgate yang berbahasa Latin. Berikut adalah argumennya untuk melawan Roma Katolik yang berkata masyarakat tidak seharusnya mempunyai Alkitab dalam bahasa mereka: “Engkau berkata adalah sebuah kesesatan untuk mempunyai Alkitab dalam bahasa Inggris; Engkau memanggilku sesat karena aku menerjemahkan Alkitab dalam bahasa yang dimengerti oleh masyarakat umum. Tahukah engkau siapa yang engkau kutuk? Bukankah Roh Kudus yang pertama-tama memberikan Firman Allah kepada bangsa-bangsa dengan bahasa mereka masing-masing? Mengapakah engkau menentang Roh Kudus? Engkau berkata gereja Tuhan dalam bahaya karena buku ini. Bagaimana mungkin? Bukankah melalui Alkitab kita belajar bahwa Tuhanlah yang menetapkan gereja dalam dunia. Bukankah Alkitab yang menjadi dasar otoritas gereja? Bukankah melalui Alkitab kita belajar siapa yang menjadi Pendiri yang memiliki kedaulatan atas gereja? Dan juga hukum-hukum apa yang mengatur gereja dan apa hak-hak bagi anggota gereja? Tanpa Akitab, dasar apa yang Gereja dapat perlihatkan untuk semua itu? Engkaulah yang menempatkan gereja dalam bahaya dengan menyembunyikan Jaminan Ilahi, pesan tertulis dari Raja Gereja bagi otoritas dan iman gereja.”

William Tyndale (1484-1536), adalah orang yang pertama menerjemahkan Alkitab Inggris dari bahasa Yunani dan Ibrani sehingga orang Kristen mendapatkannya langsung dari sumber yang paling murni. Suatu hari ketika dia berdebat dengan seorang uskup Katolik yang berkata, “Kita lebih baik mempunyai perintah Paus daripada Alkitab.” Tyndale langsung menjawab, “Kalau Tuhan masih memberiku kesempatan hidup lebih lama, dalam beberapa tahun aku akan membuat seorang anak petani lebih mengenal Firman Tuhan daripadamu.”