Kita telah melihat bagaimana Tuhan membangkitkan Yohanes Pembaptis untuk melanjutkan pelayanan seperti yang telah dilakukan oleh Elia dalam Perjanjian Lama. Elia merupakan nabi yang boleh dikatakan sebagai wakil dari semua nabi dalam Perjanjian Lama setelah Musa. Elia tidak pernah menulis buku, tidak seperti Yesaya atau Yehezkiel. Namun dia adalah orang yang sungguh-sungguh berjuang, berperang sepanjang hidup untuk membela kebenaran dan membawa manusia agar kembali kepada Tuhan. Keberanian dan kuasa pengurapan Tuhan atas Elia hampir tidak ada bandingannya. Ketika Elia melayani, bukan tidak ada nabi-nabi yang akademis, yang belajar banyak, tetapi mereka tidak berani berperang seperti Elia. Ada banyak sekolah nabi saat itu, tetapi tidak menghasilkan nabi yang setia kepada Tuhan dan berani berperang demi kebenaran dan kemuliaan Tuhan. Demikian juga ketika Elia diperintahkan oleh Tuhan untuk mengurapi penggantinya, Elia tidak disuruh oleh Tuhan ke salah satu sekolah nabi untuk mengurapi salah satu mahasiswa di situ atau dosen di situ, tetapi Tuhan mengutus Elia untuk mendatangi Elisa, seorang petani yang sedang membajak sawahnya. Saya tidak pernah habis mengerti mengapa begitu banyak sekolah nabi, tetapi tidak satu pun dari mereka yang Tuhan mau pakai. Bukankah ini suatu ironi?
Ada tiga jabatan penting di dalam Perjanjian Lama, yaitu Raja, Imam, dan Nabi. Seorang raja harus diurapi oleh nabi atau imam baru bisa menjabat; seorang imam juga harus diurapi sebelum bisa menjabat; tetapi tidak setiap nabi diurapi terlebih dahulu. Demikian juga Tuhan menjanjikan raja harus dari keturunan Daud; dan imam harus dari keturunan Harun yang kemudian dipersempit harus dari keluarga Zadok; tetapi tidak demikian dengan nabi. Raja menguasai bidang politik; imam menguasai bidang agama; nabi berbicara di semua bidang karena ia harus menjadi pembawa pesan Allah kepada seluruh manusia. Nabi berbicara berkenaan dengan masyarakat, politik, etika, agama, bahkan ekonomi. Maka nabi memiliki pelayanan yang sangat unik. Ia harus sangat peka akan suara Roh Kudus dan harus menyampaikan perkataan yang sesuai dengan pimpinan dan kehendak Tuhan serta kebutuhan zaman. Setelah ia mengatakan hal itu, mungkin sekali ia akan dibenci, dipenjara, dianiaya, disiksa, atau bahkan dibunuh. Tuhan tidak memilih seseorang dari sekolah nabi, bukan orang yang lulus sekolah theologi dengan cum laude atau summa cum laude, tetapi orang yang memiliki hati yang hanya diketahui oleh Tuhan sendiri. Inilah Elisa. Ketika Tuhan memanggil dia, dia membuang semua dan mengikuti Elia.
Sekarang banyak orang kaya yang mau dipanggil Tuhan, tetapi tidak mau melepaskan dagangannya. Mau ikut melayani tetapi tidak mau melepaskan dagangannya, alasannya adalah untuk kepentingan anak dan isterinya. Tetapi kita melihat di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, orang-orang yang dipakai Tuhan dengan luar biasa memiliki ciri khas yang sama, yaitu mereka meninggalkan semua milik mereka dan mengikuti Tuhan. Apakah ini bukan suatu tema yang penting untuk abad ini? Sekarang banyak pendeta Karismatik yang masih berdagang, melakukan investasi, dan memiliki kekayaan yang luar biasa banyak dari usahanya. Hal ini mulai masuk ke dalam Gerakan Reformed, di mana orang mau ikut Reformed tetapi tidak mau melepaskan semua untuk mengikut Tuhan. Kalau memang tidak memiliki panggilan, silahkan engkau tetap menjadi pengusaha dan boleh belajar theologi, tetapi engkau bukan orang yang dipanggil dalam pekerjaan Tuhan sepenuh waktu. Saya tidak setuju orang yang mau menjadi pendeta sekaligus berdagang. Mau naik mimbar, sekaligus mau jual-beli saham dan sebagainya. Silahkan engkau menjadi orang awam atau tua-tua atau majelis yang mengerti theologi Reformed, memelihara dan menjaga ketat kepercayaan Kristennya, karena orang tidak bisa membedakan siapa manusia yang menyerahkan diri seluruhnya untuk melayani Tuhan atau manusia yang masih mau separuh-separuh. Seorang guru bertanya kepada muridnya: “Apakah kalian mau menjadi seperti Lazarus atau seperti orang kaya?” Tidak ada yang berani menjawab. Lalu untuk kedua kalinya guru ini bertanya lagi pertanyaan yang sama. Seorang anak menjawab: “Waktu hidup mau seperti orang kaya, waktu mati mau seperti Lazarus.” Hari ini begitu banyak orang mau memilih jalan ini. Kita memiliki wadah untuk orang awam yang mau belajar theologi, yaitu di STRI, dan kita memiliki sekolah untuk mereka yang terpanggil dan mau dilatih menjadi hamba Tuhan full–time, yaitu Institut Reformed. Kita mengizinkan orang awam belajar theologi supaya mereka mengawasi doktrin sambil memiliki jabatan dalam masyarakat. Tetapi mereka yang terpanggil dan mau menjadi hamba Tuhan harus melepaskan semua hal untuk hidup dalam pelayanan pekerjaan Tuhan.
Mengapa Tuhan menyuruh Elia mencari Elisa? Dari pelayanan dan teladan Elisa sampai akhir, kita melihat bahwa Tuhan tidak salah memilih Elisa. Elisa memiliki niat dan kuasa seperti Elia. Orang seperti ini di Perjanjian Baru adalah Yohanes Pembaptis. Ketika Elisa dipilih, ia tidak menjadi sombong. Dia tahu Tuhan memilih dan mau memakai dia, tetapi dia juga tahu bahwa waktunya belum tiba maka ia menunggu dengan taat. Kita harus menunggu hingga momen Tuhan tiba. Elisa dipanggil Tuhan, tetapi Elisa dipanggil dengan syarat yang lambat laun kelihatan, yang pada awalnya sama sekali tidak diberitahu apa-apa. Elia disuruh melantik dan memanggil Elisa. Elia adalah seorang yang tidak banyak bicara. Seorang yang terlalu banyak bicara selalu membuang waktu dan membocorkan banyak rahasia kekuatan Tuhan. Orang yang betul-betul mau mengamati pimpinan Tuhan, jarang berbicara. Elisa tidak banyak bicara, Elia juga tidak banyak bicara. Sejak Elisa dipanggil sampai Elia dipanggil kembali oleh Tuhan naik ke surga, diperkirakan memakan waktu cukup lama, mungkin 5 hingga 7 tahun. Alkitab hanya menuliskan bahwa selama itu Elisa hanya menjadi seperti budak Elia yang menuang air untuk Elia. Sekarang banyak murid yang baru belajar dua semester sudah mau menjadi seperti pengkhotbah besar, merasa lebih hebat dari gurunya. Belum sempat membalas budi sudah memberontak melawan gurunya, atau mencuri khotbah gurunya lalu mengkhotbahkan sehingga orang memuji dan memandang kepadanya sambil melupakan gurunya. Elia mungkin dianggap kejam atau terlalu ketat karena tidak memberikan kesempatan bagi Elisa untuk melayani. Sepertinya Elisa tidak diberi kesempatan sama sekali, tetapi ini adalah cara Alkitab. Elisa menjadi orang yang menuang air untuk Elia sehingga bisa diam dan terus mengamat-amati gurunya. Ia belajar memandang kepada gurunya, belajar mencontoh, dan merendahkan diri sendiri, menanti dengan sabar hingga waktu Tuhan tiba.
Saya ingin saudara perhatikan, saat itu murid di sekolah nabi juga memiliki kepekaan dan mereka mengetahui bahwa Elia akan dipanggil Tuhan sehingga bukan sekolah itu yang salah mendidik. Mereka mendidik dengan baik dan murid-muridnya memiliki kepekaan seperti Elisa. Elisa juga bukan sekedar seorang pembantu, tetapi ia juga belajar dan memiliki kepekaan akan pimpinan Tuhan. Kita melihat bahwa para murid di sekolah nabi juga mengetahui tentang kepergian Elia. Tetapi dari semua murid di sekolah nabi, Elisa adalah murid pribadi yang dididik oleh guru pribadi, yaitu Elia. Dan Elisa memiliki kepekaan seperti yang dimiliki oleh mereka yang sekolah theologi. Orang yang masuk sekolah theologi tidak boleh menghina mereka yang tidak sekolah theologi, dan orang yang tidak masuk sekolah theologi tidak boleh rendah diri. Ketika muda, banyak rekan saya pergi sekolah ke luar negeri, saya tidak bisa pergi karena saya tidak memiliki kewarganegaraan (stateless) dan miskin sekali. Saya bertumbuh menjadi anak yang miskin dan minder. Tetapi saya bersandar kepada Tuhan dan selangkah demi selangkah mendapatkan kekuatan rohani untuk menjadi hamba Tuhan yang diakui di dunia. Elisa terus mengikuti gurunya sekalipun Elia berusaha untuk memisahkan diri dari Elisa, tetapi Elisa bersikeras untuk senantiasa mengikuti sang guru. Kita harus terus mengikut Tuhan dan setia mengikut Tuhan walaupun banyak hambatan yang berusaha menghentikan langkah kita. Ketika Elia terus berusaha untuk memisahkan diri, Elisa semakin teguh mengikuti gurunya. Di sini saya melihat betapa hamba Tuhan yang begitu gigih mau mengikuti Tuhan adalah hamba Tuhan yang akan dipakai Tuhan dengan besar. Yakub begitu gigih mempertahankan Malaikat yang bergumul dengan dia dan akhirnya dia diberkati oleh Tuhan. Kita juga harus sungguh dan gigih bertekad mengikut Tuhan dan tidak mau melepaskan-Nya sedikit pun. Kiranya kita mempunyai niat yang kuat sehingga menghasilkan suatu kegigihan. Niat yang kuat untuk mau dipakai Tuhan, mau diberkati, niat untuk tidak mau kompromi, dan tidak mau dibuang oleh Tuhan. Orang yang sungguh-sungguh gigih dalam hal yang berkenan di hadapan Tuhan akan sangat diperkenan Tuhan. Murid di sekolah nabi banyak, tetapi yang gigih hanya satu. Ini yang membedakan Elisa dari yang lain. Banyak pendeta puas dengan apa yang dia sudah capai, puas sudah lulus ujian, puas sudah bisa menggembala gereja kecil, akhirnya pelayanannya menjadi kendur. Semua titik omega harus segera ditransformasi menjadi titik alfa yang baru. Barulah dengan demikian hari depan kita akan senantiasa cerah.
Ketika saya sudah mencapai usia 50 tahun, saya menjadikannya sebagai awal untuk berjuang mengerjakan panggilan Tuhan dalam Gerakan Reformed Injili ini; ketika menginjak usia 60 tahun, saya minta kekuatan dari Tuhan untuk melayani 5 negara setiap minggu; dan kini di usia 70 tahun, saya mau mulai memperluas Gerakan Reformed Injili ini bukan hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Siapa yang menjadikan hari wisudanya sebagai akhir segala sesuatu, celakalah dia. Saya akan terus mentransformasi titik omega menjadi titik alfa yang baru hingga kematian tiba. Kekuatan detik terakhir adalah potensi yang bisa besar sekali, jauh melampaui potensi pertama kita berjuang. George Whitfield, ketika pertama kali berkhotbah yang hadir sebanyak dua ratus orang; hari kedua sebanyak seribu orang; hari ketiga sebanyak empat sampai lima ribu orang, hari keempat sebanyak sepuluh ribu orang, dan hari kelima sebanyak dua puluh ribu orang. Berarti kenaikan hari terakhir adalah sepuluh ribu orang. Peningkatan ini sepuluh kali lebih besar dari peningkatan hari pertama ke hari kedua. Seringkali di saat kita merasa paling lemah, paling lelah, di situ Tuhan bekerja semakin dahsyat dan semakin besar. Banyak orang yang semakin tua menjadi semakin kehilangan semangat. Saya berjuang untuk semakin hari semakin bersemangat.
Ketika Elisa begitu gigih mengikuti Elia, akhirnya Elia memperkenankan Elisa ikut. Ketika tiba di tepi sungai dan tidak ada jembatan maka Elia berdoa dan sungai pun terbelah lalu mereka berjalan menyeberang. Pengalaman seperti ini tidak akan pernah dialami Elisa apabila ia menyerah dan meninggalkan Elia. Maka akhirnya hanya Elisa yang melihat bagaimana gurunya diangkat dengan kereta dan kuda api. Jika tidak, ia tidak pernah membayangkan dan tidak pernah mengetahui betapa besar kuasa gurunya, dan betapa besar kuasa Allah yang menyertai gurunya. Ketika Haydn mementaskan “Die Schöpfung” di Vienna, Beethoven hadir. Dia sebenarnya kurang menghargai Haydn, gurunya ini, karena dia lebih menghargai Mozart. Ketika pentas selesai, Haydn menyatakan bahwa apa yang dipentaskan sungguh adalah anugerah Tuhan, lalu ia terjatuh pingsan di podium. Beethoven maju dan mengangkat bangkit gurunya yang sudah sangat tua. Dia mengakui bahwa pada awalnya dia berpikir bahwa gurunya sudah tidak memiliki apa-apa, tetapi ternyata masih banyak hal yang belum dia ketahui tentang gurunya ini. Setelah itu, dia begitu menghargai gurunya. Ternyata Haydn masih memiliki musik, inspirasi, gairah, dan keindahan. Ketika kita rendah hati, kita bisa belajar banyak dari orang-orang yang sudah tua yang sering kali tidak kita sadari. Jika Elisa beranggapan bahwa dia sudah cukup mengenal Elia maka ia akan kehilangan momen, sebuah kesempatan indah melihat bagaimana Allah mengangkat Elia.
Ketika Elia sudah mau pergi, ia menawarkan apa yang Elisa harapkan dari dirinya. Elisa bukan seorang yang kecil hati. Ia tidak meminta hal-hal sepele untuk kepentingan dirinya. Ia meminta “Roh yang menggerakkan Elia dilipat dua kali ganda untuk menggerakkan dirinya.” Ini adalah sebuah permintaan yang luar biasa. Tidak ada orang yang berdoa dan memohon seperti ini. Elisa mau melayani lebih besar, lebih luas, lebih berat, dan lebih banyak dua kali dari Elia. Ia minta digerakkan oleh Roh Kudus dua kali ganda kekuatannya untuk melayani Tuhan. Ketika saya memikirkan ayat ini, saya pernah ingin masuk ke ruang Dr. Andrew Gih dan meminta untuk didoakan agar saya mendapatkan Roh yang menggerakkan saya dua kali lebih besar dari yang menggerakkan Dr. Gih. Ketika itu saya berpikir di zaman Dr. Gih orang yang mendengar khotbahnya belum sebanyak zaman saya. Maka di zaman saya dibutuhkan pelayanan dua kali lebih giat dan lebih luas. Kalau pengetahuan orang di zaman Dr. Gih belum sedemikian banyak, maka di zaman saya orang-orang yang harus dilayani memiliki pengetahuan yang jauh lebih banyak. Maka dibutuhkan kekuatan dan gerakan dua kali ganda untuk bisa melayani zaman saya. Kini saya sudah menggerakkan Gerakan Reformed Injili. Saya berharap murid-murid saya ada yang berkerinduan dan bertekad minta digerakkan oleh Roh Kudus dua kali lebih besar dan lebih kuat dari yang sudah saya kerjakan. Niat dan kuasa Tuhan ini yang menjadi tanda dari manusia-manusia yang rindu melestarikan dan menggarap Kerajaan Tuhan di dunia ini di sepanjang sejarah. Akhirnya kita melihat bagaimana Tuhan mengabulkan permohonan Elisa. Paling tidak kita melihat jika Elia melakukan tujuh kali mujizat maka Elisa melakukan empat belas kali mujizat. Elia membangkitkan seorang anak maka Elisa membangkitkan anak perempuan Sunem, dan setelah Elisa mati, tulangnya masih berkuasa membangkitkan orang mati. Orang kalau miskin uang tidak apa-apa, tetapi jangan dia miskin iman, miskin pengharapan, miskin kasih, miskin kuasa, dan miskin pelayanan. Jika demikian maka ia betul-betul miskin adanya.
Di dalam Perjanjian Baru, Tuhan membangkitkan Yohanes Pembaptis yang memiliki niat dan kuasa pelayanan yang sama. Alkitab tidak mencatat apapun yang Yohanes kerjakan hingga usianya yang ketigapuluh. Di usia 30 tahun ia bangkit dan berseru: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Allah sudah dekat.” Dia menunggu hingga usia 30 tahun baru melayani, ia tidak pernah mau lebih cepat. Hari ini banyak orang tua mau anaknya cepat-cepat sukses, akhirnya membuat banyak anak stress dan depresi. Anak saya pernah saya minta untuk tinggal kelas agar dia memiliki keleluasaan untuk bisa mempelajari banyak hal dengan tanpa tertekan dan depresi. Tunggu, jangan sembarangan mau cepat. Yohanes baru muncul di usia 30 tahun, Tuhan Yesus juga mulai melayani di usia 30 tahun. Kita harus menanti waktu Tuhan yang tepat untuk mulai. Orang yang tidak mengerti theologi Kairos (theology of time), tidak akan bisa dipakai Tuhan secara besar. Saat ini gereja lebih sibuk dengan urusan administrasi dan sistem organisasi, bukan bagaimana peka akan pimpinan Tuhan dan menanti waktu Tuhan. Gereja Reformed Injili Indonesia tidak mau terjebak di dalamnya. Gereja-gereja seperti itu kehilangan visi, kehilangan dinamika, kehilangan panggilan, dan kehilangan kesegaran, keinginan dan niat untuk melayani Tuhan dengan urapan Roh Kudus. Kita melihat bagaimana cabang-cabang GRII sekarang berkembang tanpa perlu dukungan dari Pusat. Mereka bisa kuat dan mampu untuk menggarap pekerjaan Tuhan dari awal secara mandiri. Yohanes Pembaptis melayani dengan niat, tanpa dukungan pemerintah, dukungan bait Allah, atau dukungan politik dan lainnya. Ia hidup sederhana di padang gurun dan melayani Tuhan dengan kuasa yang luar biasa. Mungkin ketika Yohanes mulai melayani, orang tuanya sudah tidak ada karena Yohanes dilahirkan pada saat orang tuanya sudah cukup tua maka ia harus betul-betul berjuang sendiri. Orang-orang yang dipakai Tuhan kebanyakan adalah orang-orang yang memahami dan pernah mengalami kepedihan, kesulitan, berbagai macam kesusahan atau kesengsaraan. Saya mendidik anak-anak saya untuk belajar mengerti dan mengalami berbagai macam kesulitan sehingga dia bisa semakin dipakai Tuhan. Kesulitan-kesulitan itu akan membangkitkan niat perjuangan yang kuat di dalam dirinya. Dengan demikian mereka bisa menjadi orang-orang yang berguna karena dipakai Tuhan. Ketika orang bertanya apakah anak saya akan menggantikan saya, maka dengan tegas saya mengatakan bahwa saya tidak pernah berpikir bahwa anak saya akan mengambil-alih posisi saya. Kecuali engkau merasa dia memiliki kualitas yang cukup maka biarlah dia tetap belajar dari nol dan bertumbuh atau melayani menjadi misionaris di tempat lain baru dipakai oleh Tuhan.
Elia juga tidak pernah memanjakan Elisa. Yohanes Pembaptis juga tidak dimanjakan oleh orang tuanya. Yohanes Pembaptis makan belalang dan madu hutan, melayani di padang gurun, tetapi sama sekali tidak pandang bulu, tidak tergiur dengan orang kaya, tidak menyenangkan politikus ataupun bersandar pada kuasa militer. Dia adalah orang yang sepenuhnya bersandar kepada Tuhan dan berkhotbah dengan berani dan tegas tanpa kompromi menegur Herodes. Dia memberikan penghiburan dan petunjuk serta memberi pengharapan hadirnya Kerajaan Allah. Dia menuntut agar setiap orang bertobat dari dosa mereka. Ketika orang Farisi yang munafik datang maka dengan berani dia menegur mereka bagai ular beludak. Selama lebih dari 400 tahun orang tidak pernah lagi mendengarkan khotbah yang jujur, berani, dan sedemikian tegas. Yohanes Pembaptis dengan niat yang sungguh dan kuasa urapan Tuhan menyatakan kebenaran dengan begitu berani, rela menderita, rela bekerja keras tanpa upah. Ketika seorang pendeta bertanya: “Apakah engkau mau bekerja untuk Tuhan 11 jam dengan upah 1 dinar, atau lebih memilih kerja untuk Tuhan 1 jam dapat 1 dinar?” Hampir semua jemaat memilih yang kedua, hati saya begitu sedih. Gerakan Reformed Injili akan hancur jika jemaat Reformed hanya mau bekerja 1 jam untuk Tuhan untuk mendapat upah 1 dinar. Ternyata banyak orang Kristen yang mau tidak usah bekerja untuk Tuhan, tetapi mendapat banyak berkat dari Tuhan. Kalau punya sikap seperti ini, apa bedanya dengan maling? Saya mau bekerja berat untuk Tuhan walau hanya mendapatkan sedikit upah. Mungkin orang akan menganggap saya orang bodoh, tetapi justru Tuhan berkenan atas orang-orang yang rela mengabdikan hidup untuk Tuhan walau tidak dijanjikan upah apapun. Ketika kita sungguh-sungguh mengabdikan hidup kita untuk Tuhan sepenuhnya, Tuhan juga tidak tentu rela membuat kita tersiksa. Ia akan memberkati kita dan berkenan akan kita. Dari sejak remaja saya sudah membiasakan diri tidak menggunakan uang dari orang tua. Dari penghasilan saya, saya selalu menyisihkan 20% untuk penginjilan. Saya membeli traktat, tiket kereta Surabaya-Probolinggo pulang pergi hanya supaya saya bisa membagikan traktat di dalam kereta. Saya juga membeli piringan hitam bekas untuk musik-musik klasik, lalu mendengarkan dan menghafal satu per satu setiap concerto, oratorio, opera, cantata, sonata, dan symphony yang paling penting di dalam sejarah sampai saya mengumpulkan lebih dari 600 piringan hitam. Ketika saya masuk sekolah theologi, saya serahkan kembali semua piringan hitam itu secara gratis ke toko di mana dulu saya membelinya. Dari dulu saya suka arloji, dan ketika saya berusia 15 tahun saya membeli dua arloji baru, satu untuk diri sendiri dan satu untuk kakak. Ketika saya masuk ke sekolah theologi, ada bisikan dalam hati saya bahwa saya masih memiliki satu arloji berlapis emas yang mahal dan paling saya cinta. Mengapa tidak menyerahkan itu juga untuk Tuhan? Maka dengan sangat berat hati saya menjual arloji itu dan seluruh uangnya saya persembahkan untuk pekerjaan Tuhan. Saya telah menyerahkan segalanya untuk Tuhan. Tuhan melihat itu semua dan kini Dia menggantikan semua itu berlipat kali ganda untuk kembali saya persembahkan untuk museum, concert hall, dan semua pekerjaan Tuhan lainnya. Tuhan tidak pernah merugikan umat-Nya yang sungguh-sungguh mencintai Dia dan mau mengorbankan diri bagi-Nya. Jikalau engkau sungguh-sungguh mencintai Dia dan mau menyerahkan semua, jujur hidup miskin, pada akhirnya Tuhan mengembalikan semua itu kepada kamu. Alangkah indahnya orang yang hidupnya di dalam tangan Tuhan. Alangkah indahnya orang Kristen yang memikirkan bukan rencanaku atau hari depanku atau profit-ku, melainkan yang memikirkan kehendak Tuhan terjadilah, Kerajaan Tuhan tibalah, dan nama Tuhan dipermuliakan, karena Tuhan yang empunya kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan sampai selama-lamanya.
Mari kita memperbaiki kerohanian kita; mari kita membersihkan motivasi pelayanan kita; mari kita mengoreksi semua penyelewengan kita; mari kita meminta kepada Tuhan untuk membenahi pelayanan kita sampai kita betul-betul menjadi orang yang berkenan di tangan Tuhan. Mari kita berdoa: “Tuhan, dengan niat seperti ini kiranya Engkau memenuhi aku dan memberikan kuasa-Mu kepadaku. Amin.”