Pelayanan Penuh Waktu

Telah kita bahas sebelumnya bahwa pelayanan Tuhan memiliki dua elemen, yaitu pelayanan penuh waktu (full-time) dan pelayanan awam (part-time), yang keduanya saling melengkapi. Namun pelayanan awam tidak sama dengan pelayanan penuh waktu.

Banyak orang tidak tahu panggilan Tuhan untuk menjadi pelayan penuh waktu. Ada juga orang-orang yang takut menjadi pelayan penuh waktu. Mereka takut berpenghasilan kurang, takut menjadi miskin jika menjadi seorang pendeta. Mereka berpikir lebih enak jadi pedagang sukses lalu belajar theologi. Dengan demikian dia bisa berkhotbah sambil memberikan persembahan yang besar ke gereja. Hal ini dianggap lebih baik daripada berkhotbah lalu menerima uang, apalagi setelah itu dihina oleh majelis. Ini tidak benar. Bagaimana kalau Stephen Tong lebih memikirkan jadi pedagang lalu jadi pengkhotbah part-time saja? Apakah ini lebih baik daripada saya sepenuh hidup memikirkan pekerjaan Tuhan, berkhotbah, dan melayani gereja Tuhan dengan seluruh potensi dan talenta saya? Banyak orang ingin saya menjadi full-time (pelayan penuh waktu) tetapi ia sendiri tidak mau dipanggil. Ini sungguh tidak adil.

Ada anggapan bahwa Paulus adalah pelayan paruh waktu karena ia juga seorang pembuat tenda. Itu tidak benar. Paulus menjadi pembuat tenda karena dia tidak mungkin mendapatkan subsidi untuk seluruh biaya pelayanan dan hidup dari gereja induknya. Gereja di Yerusalem terlalu miskin, dianiaya luar biasa, sehingga tidak mungkin mempunyai biaya hidup yang cukup, hal ini mengakibatkan Paulus harus mencari nafkah sendiri. Dengan demikian ia tidak perlu memohon uang dari orang kafir, karena jika ia meminta uang kepada orang kafir sambil memberitakan Injil, pasti ia akan dihina. Oleh sebab itu, Alkitab tidak memberikan peluang satu rupiah pun untuk orang kafir berbagian di dalam pekerjaan Tuhan, sehingga mereka tidak bisa mengambil keuntungan atau menghina pemberitaan Injil. Prinsipnya adalah hidup untuk melayani. Saya mencukupkan hidup supaya bisa menyambung kehidupan untuk bisa terus melayani. Tujuan Paulus bukanlah untuk menjadi pelayan paruh waktu (part-timer), tetapi justru untuk menjadi pelayan penuh waktu (full-timer). Dengan demikian ia ingin seluruh pelayanannya bisa memuliakan Allah dan benar di mata Tuhan. Ini namanya pelayanan “sepenuh hati” (full-hearted). Yang melayani sepenuh hati lebih baik daripada yang sepenuh waktu. Orang yang penuh waktu tapi bercabang hati, celakalah dia. Maka, setelah sepenuh hati baru menjadi sepenuh waktu. Ada tiga prinsip utama dalam mengerti panggilan pelayan sepenuh waktu.

Pertama, kesadaran bahwa menjadi hamba Tuhan itu susah dan berkewajiban berat (Flp. 2:13). Engkau harus rela menerima aniaya, rela menempuh kesulitan-kesulitan yang sulit ditanggung secara manusia. Engkau tetap menjalankan kehendak Tuhan sekalipun itu mendatangkan penghinaan, kesulitan, dan penganiayaan. Kalau sudah menyadari adanya kesulitan dan penderitaan tetapi tetap ada keinginan kuat untuk menjadi hamba Tuhan, maka kita bisa melihat bahwa ini adalah tanda panggilan Tuhan. Tuhan terus-menerus mendorong engkau untuk menjadi hamba-Nya. Engkau melarikan diri dan sadar bahwa melarikan diri adalah kegagalan. Orang tidak mau menjadi pendeta karena menjadi pendeta tidak mudah membela diri, sering dikritik dan dihina, termasuk oleh orang Kristen sendiri, sehingga orang Kristen tidak mau menjadi pendeta. Banyak orang Kristen mau menjadi part-timer sehingga bisa berkhotbah sambil mencari uang. Bagi saya, orang yang bisa bekerja hebat sehingga seharusnya mendapat gaji 100 juta tetapi karena menjadi hamba Tuhan dibayar hanya 20 juta, maka ia telah memberikan persembahan 80 juta setiap bulan. Tapi kalau orang yang tidak berkualitas, yang hanya digaji 2 juta di luar, lalu karena menjadi hamba Tuhan mendapatkan 10 juta, maka ia sudah mencuri 8 juta uang Tuhan. Tuhan berhak atas otak-otak yang terbaik, talenta-talenta terbaik, orang-orang yang berpotensi terbaik, dan mereka yang berkarakter paling baik untuk kemuliaan-Nya. Kekristenan sedang membawa kebenaran ke tengah dunia. Maka Institut Reformed harus mendidik dan melatih orang-orang yang berjuang untuk theologi Reformed dan iman yang sejati ini. Gereja Reformed harus sungguh-sungguh mengajarkan firman Tuhan dan memberitakan Injil ke mana-mana. Hal ini tidak boleh dikompromikan.

Kedua, jika sudah ada dorongan kuat di dalam diri, maka kemudian timbul damai sejahtera Tuhan di dalam diri yang akan mendorong seluruh langkah (Kol. 3:15). Biarlah sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu. Orang yang sudah dipanggil menjadi full-timer tetapi menolak dan melarikan diri, ia akan kehilangan damai sejahtera. Tuhan akan mengusik engkau. Ketika engkau taat, maka damai sejahtera Tuhan akan menyertai. Inilah tanda kedua Tuhan memanggil engkau.

Ketiga, jika kita tetap tidak mau taat, maka panggilan Tuhan di tingkat ketiga akan berupa pukulan yang membuat engkau gagal atau sakit atau seperti orang gila (Ibr. 12:10). Tuhan akan memukul sampai akhirnya engkau mau belajar taat. Ketika panggilan Tuhan tiba pada saya di usia 17 tahun, saya tetap tidak mau menyerahkan diri hingga usia 20 tahun. Selama tiga tahun itu saya telah berkhotbah 862 kali. Dan saya, yang part-timer berkhotbah, bisa sedemikian menyentuh dan mempertobatkan banyak orang; sedangkan yang full-timer kalau berkhotbah membuat orang mengantuk dan tertidur. Saya telah mengembangkan teknik pidato yang sangat sulit, yaitu no time-gap, sehingga orang akan terpaku dari awal hingga akhir. Kemampuan khotbah atau orator seperti ini tidak banyak dimiliki oleh para pemimpin dunia. Jadi saat itu saya tidak merasa perlu menjadi full-timer (penuh waktu). Tetapi Tuhan memukul saya dengan penyakit selama dua bulan hingga akhirnya saya menyerah. Saya merasa gaji saya di usia 17 tahun besarnya dua kali lebih besar dari gaji pendeta senior di gereja saya yang usianya sudah lebih dari 50 tahun dengan jemaat hampir 1.000 orang. Maka saya merasa tidak perlu menjadi full-timer. Tetapi Tuhan memukul saya begitu hebat. Ketika masuk sekolah theologi saya merasa apa yang diajarkan terlalu biasa karena saya merasa bisa mengembangkan pengertian itu jauh lebih dari apa yang diajarkan. Khotbah pertama saya di kampus menggemparkan seluruh kampus. Dosen homiletika saya mengatakan bahwa, “Engkau tidak perlu menyerahkan naskah khotbah terlebih dahulu untuk dikoreksi sebelum latihan khotbah.” Di usia 26 tahun saya telah berkhotbah kepada lebih dari 10.000 orang. Saya telah mengunjungi dan berkhotbah di lebih dari 1.500 gereja sebelum usia 40 tahun. Kita harus belajar taat kepada panggilan Tuhan. Jika tidak mau taat, Tuhan akan memukul kita dengan keras.

Jika ketiga hal di atas telah kita alami, maka kita tidak boleh lari lagi dari panggilan Tuhan. Dan ketika engkau masuk ke dalam gerakan ini, Gerakan Reformed Injili, engkau harus sungguh-sungguh belajar mematuhi kehendak dan perintah Tuhan. Berulang kali saya mengatakan, “Anda tidak datang untuk menolong atau berkontribusi. Anda datang untuk belajar dan untuk melayani. “Come to learn and come to serve.” Inilah prinsip yang benar. Kita adalah pelayan Tuhan. Kalau kita datang dengan semangat membantu, kita bukan menempatkan diri kita sebagai pelayan.

Gerakan Reformed Injili terus-menerus mencari pimpinan Tuhan yang berlainan dengan cara semua gereja lain. Kita terus mau kembali kepada prinsip-prinsip Alkitab yang sering kali tidak diikuti oleh banyak gereja. Unsur-unsur yang paling penting, yaitu otoritas dan kebenaran firman Tuhan; kerinduan untuk selalu mau mendapatkan pimpinan Roh Kudus dan menaatinya; merupakan hal-hal yang terus kita perhatikan. Banyak gereja dengan tradisi ratusan tahun memiliki banyak uang, organisasi yang kuat, tetapi lebih berjalan dengan pertimbangan manusia, tidak mengutamakan kerohanian dan otoritas Alkitab sebagai satu-satunya kebenaran di dalam hidup bergereja, sehingga akhirnya terus merosot. Gereja harus hanya menyenangkan hati Tuhan. Gereja harus hanya mempraktekkan prinsip kebenaran Alkitab. Gereja harus memiliki motivasi yang murni untuk kemuliaan Tuhan. Gereja harus menaati Tuhannya setiap menit dan setiap detik. Yang paling besar adalah Roh Kudus dan Firman, dan itu membawa iman dan pelayanan yang berapi. Saya berharap bisa mewariskan api pelayanan, api penginjilan, pengorbanan, kesetiaan, dan kemurnian motivasi pelayanan saya bagi generasi ini dan generasi berikutnya. Hingga saat ini, api saya tidak pernah padam. Api inilah yang saya harapkan terus ada di setiap hati yang mencintai Tuhan dan theologi Reformed. Api ini yang saya harap juga berada di setiap orang yang mengikuti gerakan ini. Bagi saya, yang terpenting adalah adanya pimpinan Tuhan, adanya semangat. Engkau tidak datang untuk menolong, tidak datang untuk menikmati, tidak datang untuk berkontribusi, tidak datang untuk mengkritik, tidak datang untuk menghakimi, tidak datang untuk minta dimanjakan. Gerakan ini bukan gerakan untuk menghibur. Gerakan ini adalah gerakan yang mau menjalankan perintah Tuhan.

Kita belajar dari Musa yang setelah studi begitu hebat, oleh Tuhan dibiarkan berkeliaran di padang selama 40 tahun sebelum Tuhan memanggil dan memakainya. Orang yang memiliki pengetahuan yang begitu banyak, punya talenta, dan kemampuan begitu banyak, oleh Tuhan disuruh mengurus kambing domba. Inilah cara Tuhan melatih seseorang. Tuhan bisa mengerjakan pekerjaan-Nya dengan cara yang begitu unik, yang tidak terpikirkan oleh manusia. Mungkin engkau adalah orang yang Tuhan pakai untuk meneruskan gerakan ini. Api seperti apa yang engkau miliki? Gerakan Reformed Injili merupakan wadah di mana kita bisa memberitakan dan mengajarkan kebenaran firman Tuhan tanpa perlu diundang dan diatur oleh gereja-gereja yang hanya mencari kesenangan, keinginan manusia, demi mendapatkan lebih banyak pengikut. Gerakan ini mengajar kita berdiri tegak menyatakan kebenaran dan ketaatan kepada Firman.

Yohanes Pembaptis adalah orang yang memilih padang belantara sebagai tempat ia berkhotbah. Jika ia berkhotbah di Bait Allah, dia akan mengalami kesulitan dan ditentang oleh para imam. Di situ ia bisa berteriak: “Bertobatlah kamu! Kerajaan Allah sudah dekat.” Tidak ada dukungan organisasi, tidak ada gedung, tidak ada mimbar yang kelihatan, tidak ada artis dan hiburan, tetapi ribuan orang datang dan mendengar firman Tuhan. Inilah kuasa firman Tuhan, inilah kuasa dari pekerjaan Roh Kudus. Gerakan ini adalah gerakan yang lain. Ketika saya mau mulai gerakan ini, ada orang datang menawarkan posisi menjadi gembala di sebuah gereja besar dengan imbalan yang cukup besar. Tetapi saya sama sekali tidak mau mempertimbangkan hal itu, karena panggilan Tuhan jelas untuk saya memulai gerakan ini. Kalau saya mau mencari keuntungan dan hidup nyaman, maka itu adalah pilihan yang menggiurkan. Juga kalau gerakan ini mempunyai cabang, tidak ada pusat mengirimkan uang ke cabang untuk mendukung mereka. Ini bukan cara GRII. Kita melatih setiap cabang untuk bisa berdiri sendiri. Jangan dibantu sebelum dilatih. Inilah prinsip gerakan yang berbeda. Setiap kita perlu dikirim ke medan peperangan, berani menghadapi musuh, berani mengalami sengsara dan aniaya, untuk bisa dipakai Tuhan. Saya sangat senang melihat para pendeta di gereja ini begitu bersemangat mau terus belajar, mau terus maju. Kita harus menyadari bahwa kita tidak cukup berkualitas untuk melayani Tuhan. Orang-orang kaya di GRII harus belajar baik-baik untuk melayani. Kita tidak memandang apakah engkau memiliki jabatan politik yang tinggi, atau memiliki kekayaan yang besar; jika engkau tidak sungguh-sungguh melayani, engkau tidak dihormati. Yang penting di sini adalah kesungguhan pelayanan yang mau mengabdi, mau berkorban, dan sikap sedemikian akan mendapatkan penghormatan dari setiap orang yang takut akan Tuhan. Setiap kita harus sangat berhati-hati. Pelayanan adalah mengerjakan pekerjaan Tuhan dan kita sedang melayani Tuhan. Mari kita belajar baik-baik, berjuang baik-baik, melayani baik-baik. Kiranya kita boleh mempersembahkan seluruh tubuh dan hidup kita menjadi persembahan yang kudus di hadapan-Nya. Amin.