Gerakan Reformed Injili telah memasuki dekade yang ketiga. Gerakan ini dimulai pada tahun 1984 dengan SPIK I. Mengapa SPIK menjadi perintis gerakan ini? Bagaimana dengan tahap selanjutnya? Mengapa akhir-akhir ini kita mengadakan NREYC dan NREWC selama lima tahun berturut-turut? Apakah sebabnya gerakan Reformed Injili?
Menggabungkan Reformed dan Injili bukan merupakan sesuatu yang dianggap perlu oleh orang-orang yang mengenal kedua istilah ini, karena banyak gereja Reformed menganggap diri mereka telah Injili sejak awal dan orang-orang Injili menganggap mereka telah mengadopsi tradisi Protestant melalui reformasi. Jadi mengapa harus menggabungkan Reformed dengan Injili? Suatu kali saya pernah berkhotbah di Singapura untuk Global Consultation on Evangelism. Seorang pemimpin gereja Presbyterian dari Korea Selatan memperkenalkan saya dengan berkata, ”Malam ini Firman Tuhan akan disampaikan oleh Pdt. Dr. Stephen Tong dari Gereja Reformed Injili Indonesia. Saya tidak mengerti mengapa Reformed Injili. Reformed adalah Injili dan Injili semestinya juga Reformed. Sekarang saya persilahkan Dr. Tong untuk berbicara.” Kemudian saya mulai berkhotbah dan pada akhir khotbah, saya berkata, ”Ini adalah satu-satunya jalan bagi abad ke-21 yaitu gereja dibangkitkan kembali (revival). Banyak sekali gereja Injili yang kehilangan semangat untuk menginjili dan telah kehilangan tulang punggung iman yang mula-mula. Teologi tanpa penginjilan adalah mati dan penginjilan tanpa teologi adalah lemah. Tidak ada jalan selain menggabungkan keduanya.” Pendeta dari Korea itu akhirnya berkata, ”Sekarang saya mengerti.”
Mengapa gereja Protestant menjadi mati? Kita melihat satu demi satu gereja yang menurunkan tradisi secara organisasi dari reformasi memudar, kehilangan api dan arah, dan akhirnya menjadi kocar-kacir dan disimpangsiurkan oleh ajaran yang tidak bertanggung jawab. Semestinya hal ini membuat kita menangis dan berteriak di hadapan Allah, ”Tuhan, apa yang harus aku lakukan?” Tetapi kita tidak merasakan kesedihan ataupun beban yang membuat kita seharusnya menderita.
Banyak pemuda yang memiliki cara pandang asalkan dia bisa dipakai, sudah diangkat menjadi ketua pemuda atau semacamnya, sudah merasa puas. Apakah yang kamu lakukan telah sesuai dengan Firman Tuhan dan kehendak Allah? Ada tiga macam orang dalam gerakan Reformed Injiili: pertama, orang yang benar-benar mengerti visi; kedua, orang-orang yang sekedar mencari aktifitas; dan ketiga adalah orang-orang yang ikut-ikutan saja. Orang yang mengerti visi akan meletakkan segala keuntungan, angan-angan, dan cita-citanya untuk mengikut Tuhan dan berkata, ”Hidup mati berjalan dalam kehendak Allah.” Orang yang ingin beraktifitas saja bagaikan orang yang tidak ada kegiatan yang penting, cukup puas dengan dilibatkan dalam berbagai kegiatan dan dapat menyatakan kebolehannya. Orang yang ikut-ikutan adalah orang yang sekedar mengikuti arus yang baru, apabila ada arus yang lain maka dia akan mengikuti arus itu karena hanya sekedar ikut-ikutan.
Saya tahu siapa diri saya dan saya tahu mengapa saya mendirikan Gerakan Reformed Injili, mengapa Indonesia memerlukan Gerakan Reformed Injili, siapa saja yang mampu bekerja di dalam Gerakan Reformed Injili, dan apa bahaya Gerakan Reformed Injili. Kita sedang berperang dan hal ini telah menjadi prinsip saya sejak 48,5 tahun pelayanan saya. Setiap kali naik mimbar, melayani, menginjili, berpidato, berceramah ataupun bertanya jawab, saya tahu bahwa saya sedang berperang. Konsep ini jarang ada di dalam pikiran pendeta yang tidak mau maju, atau dengan kata lain yang hanya berprinsip bahwa saya sedang menjalankan rutinitas pekerjaan yang seharusnya saya lakukan sesuai dengan tradisi gereja. Jadi di pikirannya tidak ada konsep dan mentalitas bahwa dia sedang berada dalam medan laga peperangan rohani.
Mengapa sejak dari permulaan saya dapat berpikir bahwa saya sedang berperang? Karena saya sedang merebut seseorang keluar dari tangan Iblis agar orang itu berada di dalam tangan Tuhan. Hal ini pasti menimbulkan pemberontakan dari setan yang luar biasa. Siapakah saya? Mungkinkah saya mengalahkan setan? Tidak mungkin, setan telah berpengalaman beribu-ribu tahun menipu manusia. Orang yang berada di dalam tangan setan telah merasakan keamanan dan kenikmatan melalui rayuannya. Lalu, alasan apa yang cukup bagi saya untuk merebut mereka keluar? Apabila mereka telah direbut keluar, apakah mereka akan merasa telah mendapatkan jaminan yang lebih baik dengan mengikuti apa yang telah saya tawarkan? Tidak. Jangan lupa bagaimana Musa berjuang mati-matian sampai umat Israel dapat keluar dari tanah Mesir, setelah dengan terpaksa dilepaskan oleh Firaun. Sewaktu mereka tiba di padang gurun, mereka tidak merayakannya ataupun mengucap syukur kepada Tuhan karena mereka telah dilepaskan dari perbudakan, tetapi mereka berkeluh kesah dan mengenang kenikmatan dan kecukupan hidup mereka sebagai budak, serta mempersalahkan Musa karena telah membawa mereka ke padang gurun. Mereka tidak puas, bersungut-sungut, dan marah kepada Tuhan. Itulah yang dialami Musa sebagai orang yang menjalankan visi Tuhan. Sejak awal saya tahu bahwa saat menjalankan gerakan ini, saya akan menjadi salah satu orang yang paling kesepian di dunia. Bahkan orang-orang yang sangat dekat dengan saya tidak mudah mengerti apa yang saya kerjakan, kecuali apabila pada suatu hari mereka mengerti bahwa itu merupakan visi dari Tuhan dan bukan ambisi manusia.
Setiap orang pasti mempunyai cita-cita untuk melakukan sesuatu yang besar, kemudian meminta kepada Tuhan untuk melebarkan tendanya dan memberkatinya dengan memakai doa Yabez. Tuhan mengajarkan kepada kita untuk berdoa seperti demikian, ”… Dipermuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga. … karena Engkaulah yang mempunyai kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.” Di dalam Doa Bapa Kami tidak terdapat ambisi manusia, hanya meminta kepada Tuhan untuk memberikan makanan secukupnya pada hari ini yaitu kebutuhan dasar dari tubuh jasmani. Meminta kepada Tuhan untuk memenuhi kebutuhan, tetapi tidak ada penggenapan ambisi, aspirasi, dan rencana diri yang besar. Yang menjadi pusat pemintaan adalah nama, kerajaan, kehendak, kuasa, dan kemuliaan Allah nyata di bumi. Soli Deo Gloria.
Orang Israel tidak mengetahui hal itu, mereka hanya mengetahui hidup berkecukupan dan nyaman, walaupun dalam status sebagai budak. Zaman sekarang, banyak orang bersedia menjadi budak bagi orang kaya asalkan mendapat gaji yang besar, tetapi tidak mau melayani Tuhan. Siapakah yang engkau layani? Siapakah tuanmu? Siapakah pemilikmu dan siapakah yang berhak memakai bakat dan talenta yang telah Tuhan berikan kepadamu? Kalau menjadi pendeta hanya mendapatkan gaji yang kecil, tetapi kalau bekerja di bank bisa mendapatkan gaji yang besar. Orang yang mengerti visi akan meninggalkan keuntungan, ambisi, dan kemauan diri untuk menuruti kehendak Allah. Saya tetap tidak puas apabila yang datang menghadiri kebaktian yang saya pimpin mencapai 100.000 orang, karena tidak ada sedikit pun ambisi untuk menjadi pendeta yang besar dengan menarik jumlah massa yang besar, kemudian bermegah diri dan sombong. Masih sangat banyak orang yang belum mendengarkan kebenaran Firman Tuhan. Walaupun 1 juta orang menghadiri kebaktian yang saya pimpin, saya tetap merasa tidak puas karena masih begitu banyak orang yang belum kembali kepada Tuhan. Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu.
Mengapa menggabungkan gerakan Reformed dan Injili? Manusia memerlukan tulang punggung untuk dapat berdiri tegak. Tanpa tulang punggung tidak akan ada struktur postur tubuh. Demikian juga halnya dengan gereja. Gereja tidak mungkin tanpa teologia dan tidak boleh tanpa keyakinan serta tidak berpendirian, karena gereja berdiri di tengah angin topan yang menakutkan. Tetapi jika hanya memiliki kerangka yang dapat berdiri sekokoh beton saja tidaklah cukup. Akan sangat menyeramkan jika pacar kita datang menemui kita hanya dalam bentuk kerangkanya saja. Apakah kita mau? Tidakkah kita takut? Struktur yang di dalam adalah penting untuk membuat kita dapat berdiri tegak, berkonstruksi dan menopang kita. Itulah teologia. Teologia membentuk kepercayaan yang bertanggung jawab, keyakinan yang mandiri, memberikan kepastian yang tidak berkompromi, dan membuat kita dapat berdiri tegak di tengah angin topan kesimpangsiuran ajaran yang tidak bertanggung jawab.
Teologia Reformed memberikan tulang punggung bagi iman kita, menjadikan sistematis ajaran dalam Alkitab, dan membuat kita berdiri kokoh dalam menghadapi segala macam masalah. Tanpa teologia Reformed, gereja tidak akan mungkin kuat. Banyak gereja pada saat-saat tertentu berkompromi, tertidur, terantuk, dan mengikut arus karena tidak dapat menjawab tantangan-tantangan dunia, tantangan-tantangan yang muncul dari pemikir-pemikir yang sangat mutakhir dan tajam di bidang filsafat. Apakah pemimpin-pemimpin Kristen telah membaca setiap buku filsafat yang paling canggih dan paling melawan kekristenan? Apabila telah membacanya, apakah memiliki jawabannya? Terkadang pemimpin gereja adalah orang-orang yang paling tidak mengerti cara Tuhan bekerja. Mereka hanya menghafalkan ayat-ayat Alkitab dan membacanya seperti orang Farisi, tetapi tidak mengerti bagaimana menerapkan ayat-ayat itu. Saat membaca buku Musa, kita dapat melihat bahwa dia mengerti. Setidaknya ada dua belas macam batu yang boleh dipasang pada dada para imam besar dan kedua belas macam batu itu adalah batu yang paling mahal. Musa juga mengetahui dan dapat membedakan daging binatang apa yang boleh dimakan dan yang tidak, yang mana bila dimakan dagingnya akan membuat kulit bersih dan yang mana dapat mengotori darah manusia. Saat membaca kitab Ayub, kita juga melihat bahwa dia mengetahui berbagai macam bintang di langit. Meskipun hal-hal tersebut merupakan wahyu dari Tuhan, namun Tuhan mewahyukannya kepada orang-orang yang mempunyai pikiran yang sehat, bukan kepada orang yang berpikiran kabur. Bila kita membaca kitab Daniel dan Yesaya, kita dapat melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat terpelajar. Namun sekarang ini, banyak pemimpin gereja yang hanya menghafalkan ayat-ayat yang mereka baca secara fragmental, yang apabila dikhotbahkan akan mampu menghasilkan banyak uang dari persembahan dan menyenangkan jemaatnya. Mandat budaya, yaitu bagaimana mempengaruhi intelektualitas dan kemampuan untuk menggugah orang penting, sudah tidak ada. Yang ada hanyalah usaha menipu orang-orang dan mengumpulkan banyak orang agar gereja kelihatan besar.
Kita bersyukur bahwa selama 450 tahun teologia Reformed telah menjadi mercusuar untuk mengarahkan gereja, manantang filsafat-filsafat yang paling kejam menentang kekristenan, dan mempertahankan kekristenan agar tidak jatuh ke dalam arus apapun. Ini adalah tantangan pertama, tantangan dari filsuf-filsuf intelek dan para pemikir-pemikir. Pada waktu mereka memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang tajam yang mencoba merobohkan fondasi kita, dengan harapan bahwa bila fondasi telah dihancurkan maka dengan mudah seluruh ide akan dapat dirobohkan, pada saat itulah mereka akan mengetahui bahwa fondasi kekristenan bukanlah terbuat dari kayu, tetapi dari beton. Fondasi yang begitu kuat, yang melebihi kekuatan alat yang mereka pakai untuk merobohkannya. Teologia Reformed telah menghasilkan orang-orang seperti John Calvin. Bahkan 500 tahun setelah bukunya ditulis, kita masih belum dapat menemukan kalimat-kalimat yang bertentangan satu sama lain. Tulisannya begitu konsisten, kuat, dan menyatu dari kalimat pertama sampai kalimat terakhir. John Calvin adalah salah satu pemikir paling konsisten sepanjang sejarah kekristenan.
Tidak hanya pikiran dari luar yang menyerang, bidat juga menyerang kekristenan dari dalam. Banyak orang tidak menyadari bahwa terkadang kehancuran bukan hanya diakibatkan oleh musuh dari luar, tetapi dari ajaran dalam kekristenan sendiri. Pada tahun 1920, Will Durant menulis sebuah buku yang menjadi buku filsafat bestseller pertama sepanjang sejarah yaitu ‘The Story of Philosophy’. Di dalam bukunya, Will Durant mengatakan bahwa kerajaan Romawi tidak dirobohkan oleh kekuatan militer dari luar, tetapi oleh sistem dari dalam yang keropos karena ketidakdisiplinan. Kekristenan mungkin dirobohkan dari luar, tetapi lebih sering dirobohkan dari dalam. Diri kita adalah musuh yang paling besar. Dan yang paling menakutkan adalah diri kitalah yang merobohkan diri kita sendiri. Bidat-bidat, ajaran-ajaran yang salah, dan penyimpangan makna sesungguhnya dari Alkitab merupakan hal-hal yang merobohkan kekristenan.
Siapa yang betul-betul mengerti kekuatan yang ada dalam diri kekristenan sehingga mempunyai kekuatan dalam diri sendiri dan tidak dirobohkan di dalam, itulah mereka yang sungguh-sungguh mengenal Firman Tuhan. Agama lain tidak berani seperti kekristenan. Agama lain berusaha menyimpan semacam mistik agar kepercayaan mereka terlindungi. The more you don’t understand, the more you believe. Itulah agama lain. Jadi kalau mengaji, apa yang dikajikan? Tidak tahu. Mengapa begitu? Ini Firman Tuhan, pokoknya kita percaya. Jadi mereka believe because they don’t understand. Tetapi agama Kristen seperti yang dikatakan sanctus augustinus, “I believe in order to understand, and I understand for more understanding, for more believing.” Ini menjadi dasar kekristenan, jadi Firman Tuhan dapat dikhotbahkan dengan sejelas mungkin, dipertanggungjawabkan dengan serasional mungkin, diberi pengertian sampai seintelektual mungkin, tidak usah takut karena di sini mengandung konsistensi dan kekekalan dari Firman Tuhan sendiri. Firman Tuhan adalah sumber kebenaran. Firman Tuhan tidak takut diselidiki orang-orang pintar. Orang yang makin pintar, makin menyelidiki Firman Tuhan, makin takluk. Semakin hebat pikiranmu, semakin engkau akan meyakini kebenaran yang lebih tinggi dan lebih hebat. Waktu saya membaca tentang Nietzsche yang melawan Alkitab, saya membaca betapa dia salah mengerti tentang Kejadian 3. Dia adalah orang terpintar dalam abad ke-19, mempunyai filsafat paling tinggi, dan paling menyerang kekristenan. Waktu saya membaca tulisannya, saya baru mengerti kalau dia adalah seorang idiot yang intelek, orang pintar yang begitu tolol. Dia mengartikan bahwa Tuhan tidak mau manusia mengetahui akan pengetahuan, maka Tuhan melarang manusia makan dari pohon itu. Namun pohon itu bukanlah pohon pengetahuan, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat. Mengetahui baik dan jahat, baik tidak? Boleh tidak? Apakah Allah mau manusia mengetahui baik dan jahat? Kenapa Dia melarang manusia untuk memakan buah itu? Allah bukan mengatakan, “Aku melarang kamu memakan buah pohon pengetahuan baik dan jahat.” Kalau Allah tidak memperbolehkan manusia makan dari pohon yang mempunyai buah yang dapat membedakan baik dan jahat, kalau Allah tidak mau manusia mengetahui baik dan jahat, kenapa seluruh Kitab Suci penuh dengan ajaran apa itu baik dan jahat? Jadi Allah mau manusia tahu, tetapi tidak boleh tahu sebelum mempunyai hidup dari Tuhan. Boleh tidak orang yang akan menikah tahu tentang rahasia seks? Boleh tahu apa fungsi organ seks? Caranya sexual activity? Boleh, kenapa tidak? Tetapi kalau belum waktunya tidak boleh. Kalau baru umur 13 tidak boleh tahu. Dan kalau saatnya tahu, dia harus tahu dari sumber yang benar, bukan dari orang yang tidak menghargai hidup atau mempermainkan anak kecil. Jadi Tuhan ingin manusia mengetahui the tree of knowledge of good and evil through the authority God himself, according to the time set by Him. Itulah yang manusia tidak mengerti. Jadi ahli filsafat yang melawan kita, orang yang mengaku pendeta, sebelum mengerti Alkitab telah dipendetakan, lalu khotbahnya salah, tidak karuan, membuat roboh kekristenan karena dalamnya keropos.
Teologi Reformed telah berperan secara diam-diam selama 450 tahun membuktikan bahwa teologi ini dapat bertanggungjawab, sanggup menantang semua tantangan dari luar, sanggup membatasi racun dan kerusakan dari dalam. Kira-kira tahun 1965, saat baru lulus dari sekolah teologi, saya memperhatikan perbedaan antara buku-buku Liberal dan Reformed. Liberal menggunakan istilah-istilah yang dalam sekali, kelihatan akademis, tetapi keropos dan tidak ada imannya. Di lain pihak, buku Reformed mempunyai keyakinan penuh dan juga mempunyai istilah-istilah yang sangat kental. Di situ saya melihat bedanya. Saya menemukan buku-buku Liberal menyebut Yesus hanya Yesus, di depannya hampir tidak pernah memakai istilah Tuhan Yesus, karena mereka tidak percaya. They reduced the lordship of Christ and increased the importance of the morality of Christ. Karena tidak beriman, maka mereka tidak mungkin memiliki keyakinan yang sungguh-sungguh.
Di dalam perkembangan saya melayani Tuhan, saya melihat dua hal yang menggerogoti kekristenan, yaitu Liberalisme dan Kharismatik. Liberalisme menggerogoti kekristenan dari “tidak beriman”, Kharismatik menggerogoti kekristenan dari “beriman kepada hal-hal yang tidak penting yang radikal dan salah”. Pada waktu permulaan gerakan Pantekosta, mereka ingin membangunkan kekristenan, mereka melihat bahwa mereka harus kembali kepada iman rasuli, tetapi iman rasuli yang mereka anggap adalah karunia lidah, kesembuhan, mujizat dan tanda ajaib (mengusir setan). Inilah yang dianggap menjadi iman rasuli karena zaman saat para rasul masih berada di dunia, para rasul melakukan hal-hal di atas. Ini beberapa hal supranatural yang dianggap sebagai iman dari para rasul. Tetapi bagi orang Protestant, iman rasuli bukanlah gejala-gejala itu, melainkan pengakuan iman rasuli yang kita baca setiap minggu, “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Maha Kuasa ….” Jadi yang ditekankan bukanlah semacam gejala pelayanan tetapi mutu dan inti dari kepercayaan berdasarkan Kitab Suci. Dari situlah mulai perpecahan. Selama beberapa puluh tahun kemudian mereka menekankan hal itu terus-menerus, hingga sampai pada waktu Kharismatik muncul, kemampuan ber-glossolalia sebagai satu-satunya bukti bahwa orang itu telah dipenuhi oleh Roh Kudus dan dibaptis oleh Roh Kudus. Loncatan dari karunia menjadi tanda, karunia Roh Kudus menjadi tanda sudah dibaptiskan Roh Kudus. Dengan berjuang ke situ maka mereka sebenarnya bukan mencari Roh Kudus, melainkan mencari karunia untuk membuktikan mereka ada Roh Kudus dan iman kepercayaan mulai dibuang. Tahun 1950-an di Indonesia masih banyak orang Pantekosta yang mementingkan Injil, tetapi memasuki tahun 1990, Injil tidak lagi dikabarkan, yang dikabarkan adalah teologi kemakmuran. Penggeseran semakin lama semakin nyata, semakin lama semakin menyeleweng. Sehingga saya meneguhkan, “Liberalism cannot represent true Christianity; Charismatic movement cannot represent true Christianity, either.” Lalu saya bertanya, “Kalau begitu di Indonesia perlu apa?” Perlu satu kubu kekristenan yang sungguh-sungguh berdiri di tengah arus yang begitu simpang siur. Di sini adalah satu kota benteng, mari semua kembali ke sini, mulai lagi mengikut kepada Tuhan, maka gerakan Reformed Injili didirikan.
Ini bukanlah suatu kesempatan untuk menonjolkan diri, bukan suatu kesempatan untuk mengisi waktu luang, bukan suatu tempat untuk kamu melatih aktifitas supaya giat. Ini adalah tempat di mana kita sama-sama membangun kota benteng, mendirikan kubu yang bisa menantang arus yang menghancurkan kekristenan, dan kita bertanggung jawab menjadi terang dan garam dunia. This is a very glorious invitation. Saya menantang dan mengundang kalian untuk sama-sama mengerjakan hal yang penting. Visi adalah pembagian Allah tentang rencana-Nya yang kekal kepada orang yang Dia pilih. The sharing of God’s eternal plan to His chosen people. Dia memberi tahu, “Lihat, inilah rencana-Ku” Barangsiapa yang berbagian di dalam Allah yang telah men-sharing isi hati dan rencana kekal-Nya kepadanya, orang itu adalah orang yang mengerti visi. Tidak ada satu orang pun yang menjalani visi Allah lepas dari definisi ini. Yesaya, Musa, Elia, Daniel, Yehezkiel, Yeremia, semua nabi-nabi yang menjalankan visi, mereka tahu apa yang menjadi rencana Allah dan rencana Allah harus dikerjakan di zaman itu, saat mereka menerima panggilan.
Indonesia sangat memerlukan gerakan Reformed Injili. Pada saat saya mengatakan saya akan mendirikan Gerakan Reformed Injili, dan kalau Tuhan pimpin, saya mendirikan Gereja Reformed Injili, langsung pemimpin-pemimpin yang dulu teman akrab saya, yang paling mendukung saya, satu per satu marah dan mulai meninggalkan saya. Saya tahu karena saya memiliki jiwa kenabian. Dari dulu saya tahu bahwa saya akan menjadi orang yang tersendiri. Ini adalah suatu saringan agar saya tahu siapa yang Tuhan kirim yang betul-betul kawan, betul-betul mau mendukung dengan sungguh-sungguh. Di situ mereka tulis surat, marah-marah pada saya, “Pak Tong yang saya hormati berpuluh-puluh tahun, sekarang saya baru tahu kalau engkau punya ambisi sendiri, mau buat gereja sendiri untuk melawan semua gereja.” Kalau saya membaca surat semacam ini, saya tidak berkata, “Kalau begini saya perlu bertobat.” Saya cuma mengatakan, “Tuhan ampunilah dia, karena dia tidak tahu apa yang dia tulis.”
Saya tidak mendirikan gereja untuk saya. Kalau saya mau jadi pendeta bisa saja, karena New York, Tokyo, dan Hongkong mengundang saya menjadi uskup sejak tahun 1975. Mengapa saya harus menunggu sampai tahun 1984 baru mendirikan gereja? Begitu mendirikan suatu gereja Reformed, saya harus berhenti berkhotbah di luar negeri yang mengundang saya. Bagi saya itu bukan suatu keuntungan. Indonesia negara apa? Kalau saya berada di lndonesia, orang akan bertanya engkau dari mana? Dari Amerika? Wah hebat. Dari mana? Malang. Di mana Malang? Indonesia. Oh…. Buat saya itu kerugian. Saya bukan orang biasa. Saya terkenal di dunia. Saya sudah berkhotbah di 1.500 gereja. Saya sudah menjadi anggota konsultan Internasional dari Lausanne Committee. Saya sudah bisa menjadi uskup pada tahun 1975. Saya sudah diundang ke LA untuk menjadi Ketua menggantikan Andrew Gih. Lalu buat apa saya di Indonesia mendirikan GRII, sinodenya tidak ada dan uang tidak ada. Selama dua tahun saya tidak mendapatkan honor yang cukup untuk menanggung 9 orang keluarga saya. Makan dari mana pun saya tidak tahu. Itulah awalnya Gerakan Reformed Injili. Kenapa? Bukan ambisi dan kemauan manusia. Ini semua adalah suatu perjuangan yang sengit dan sulit luar biasa. Untuk apa? Untuk kemuliaan Tuhan, untuk kerajaan Tuhan, agar iman Kristen bisa tetap tegak di dalam dunia ini.
Beberapa tahun yang lalu setelah kita mengadakan NRC/NYC, saya merasa sasarannya belum tercapai. Saya terlalu mengira rekan-rekan saya sudah mengerti. Semua yang telah dikerjakan sangat baik tetapi belum menuju kepada sasaran. Belum menuju sasaran bagi orang biasa berarti belum mencapai sesuatu yang baik. Bagi saya itu adalah dosa. Perhatikan, you miss the target, kamu bilang it does not yet come, we have not yet make our target become true. Bagi saya it is sin, hamartia, tidak mencapai sasaran Tuhan—itu berbuat dosa. Karena itu NRC/NYC berhenti beberapa tahun lalu dan mulai lagi dengan sasaran asli, dari visi asli yang Tuhan berikan, kembali ke original, yaitu mendekatkan doktrin, mengajarkan prinsip-prinsip dan arah gerakan ini. Maka mulai tahun lalu, selama lima tahun berturut-turut kita akan membentuk kembali sekelompok pemuda dan hamba Tuhan yang mau berjuang untuk menegakkan kubu Reformed ini. Saudara tidak mau di gereja ini, tidak apa-apa, silakan kembali ke gerejamu masing-masing. Tetapi berjuanglah sampai gerejamu menjadi Reformed Injili, kalau tidak bisa dan malah dianiaya, maka mungkin engkau harus membuat gereja sendiri, tetapi pakailah teologi Reformed dan pakailah semangat Injili untuk merombak dunia ini. Tidak ada jalan lain.
Gerakan Reformed Injili adalah suatu gerakan yang dibutuhkan secara urgent, tidak bisa ditunda. Gerakan Reformed Injili adalah satu-satunya jalan yang kuat dan lincah sehingga membuat gereja Tuhan yang asli dapat hidup kembali. Gerakan Reformed Injili adalah satu-satunya gerakan yang menantang agama dari luar, filsafat dari orang intelektual, dan bidat dari dalam yang paling ampuh. Tidak ada jalan lain.
Kita bersyukur kepada Tuhan kalau selama 450 tahun gerakan ini telah menyatakan kebolehannya dan menyatakan pernyertaan Tuhan dengan sungguh-sungguh. Tetapi memasuki abad ke-21, kita mempunyai tantangan yang berbeda. Dulu tidak ada New Age Movement, yang ada hanya Rasionalisme, ideologi-ideologi, evolusi, logical positivism, dan komunisme. Tetapi mulai dari relativism Einstein sampai sekarang kemutlakan itu ditolak. Orang sekuler akan mengatakan the only absolute thing is that there is nothing absolute. Inilah pemikiran zaman sekarang.
Maka sewaktu engkau melihat orang-orang yang setuju gereja jangan ditutup, mereka itu kawan kita kan? Mereka tidak mau gereja ditutup kan? Tetapi lihatlah ada orang Islam yang berkata bahwa gereja harus ditutup karena ini gereja-gereja liar. Sebenarnya yang mau gereja itu ditutup itu semangatnya sama dengan kita. Yang tidak mau tutup itu melawan kita. Kenapa begitu? Yang tidak setuju menutup gereja, setuju bahwa tidak ada kemutlakan. Yang mengatakan harus ditutup, mempercayai Islam itu mutlak dan kita percaya bahwa Reformed Injili memegang kemutlakan. Kita tidak percaya bahwa ada juruselamat ke-dua, tidak ada jalan lain ke-dua, kita percaya ada yang mutlak. Mutlak kita kepada Kristus, mutlak mereka tidak di dalam Kristus, tetapi sama-sama percaya mutlak. Jadi orang yang memusuhi kita, kebanyakan pada saat tertentu jiwanya adalah sama seperti kita. Kita lebih setuju kepada orang yang tidak setuju gereja ditutup, karena kalau gereja tidak ditutup kita juga tidak ditutup kan? Lebih baik buat kita. Tetapi kalau gereja tidak ditutup, itu artinya semua boleh, artinya tidak mutlak, artinya relatif. Pada waktu Vietnam jatuh ke tangan komunis, orang yang takut dengan komunis adalah orang yang lari terlebih dahulu. Bagi saya merekalah yang paling setuju komunis. Mengapa? Kalau mereka menyetujui komunis secara tidak sadar mereka pergi karena mereka berpikiran bahwa Vietnam harus dikuasai komunis, sehingga mereka pergi untuk membiarkan komunis datang. Karena itu saya berpikir bahwa saya tidak boleh keluar dari Indonesia. Karena saya juga tidak setuju, maka saya harus mendirikan gereja walaupun saya lebih dihormati di luar, mendapat profit di luar. Saya tetap di sini, sampai mati menggarap Gerakan Reformed Injili. Yang mengerti ini, silakan ikut; yang tidak, tidak usah datang.
Bagaimana pun sulitnya, tetapkan kebenaran yang engkau percayai itu mutlak. Tetapi orang yang menganggap diri percaya kepada yang mutlak, mungkin dia sedang mempercayai hal yang sebenarnya tidak mutlak. Percaya ini mutlak, mungkin percaya yang itu tidak mutlak. Tapi kamu salah percaya, sehingga yang tidak mutlak kamu mutlakkan. Itu namanya memutlakkan yang tidak mutlak, artinya mutlak salah. Tetapi salah pun mutlak karena dia setuju yang mutlak. Tetapi jika yang mutlak tidak engkau mutlakkan, engkau juga mutlak salah, karena engkau tidak percaya terhadap mutlak yang sejati. Jadi, jika engkau memutlakkan yang tidak mutlak, itu mutlak salah; engkau tidak memutlakkan yang mutlak, engkau juga salah.
Di Manado ada seseorang menulis surat yang berisi suatu pertanyaan yang sangat tajam kepada saya. ”Mengapa engkau memperdewa/memperallahkan Yesus hanya karena Dia bisa melakukan mujizat, padahal Dia manusia?” Saya langsung menjawab dengan kalimat (waktu itu saya berumur 26), ”Kenapa kamu berani menjadikan Yesus yang adalah Allah, sebagai manusia, meskipun kamu tahu dia bisa melakukan mujizat?” Yesus telah menyatakan Dia Allah dengan cara mujizat, dia masih berani menjadikan-Nya manusia. Dia memutlakkan yang tidak mutlak. Apa artinya mujizat? Apa bahasa aslinya? Tanda. Tanda apa? Tanda Allah. Enak saja mengatakan ”hanya karena Yesus bisa melakukan mujizat.” Hanya? Coba lakukan sendiri. Istri bilang, ”Engkau hanya cari makan saja. Saya harus jaga anak.” Hanya? Muhammad tidak pernah melakukan mujizat. Bagaimana bisa berani bilang bahwa Yesus hanya melakukan mujizat saja? Sebenarnya, di dalam Al Quran dua kali dikatakan bahwa Yesus adalah tanda yang luar biasa. Pertama, ”Hai Maria, dengan siapa kamu tidur sampai hamil?” Maria menjawab, ”Tunggu sampai Dia lahir, Dia akan menjawab sendiri.” Nah itu tanda dari Allah, bayi itu bisa bicara. Orang Islam harus mengakui bahwa nabi Isa mempunyai kuasa seperti itu. Maka Muhammad mengatakan nafasku pun berada di dalam tangan nabi Isa. Kedua, pada waktu orang menganiaya Dia, Yesus langsung mengambil tanah liat, lalu membentuknya menjadi burung, dan meniupnya seperti Benny Hinn. Bedanya, kalau Yesus meniup, burung terbang, kalau Benny Hinn meniup, orang tidur. Begitu ditiup, burung terbang. Ini adalah tanda untuk mereka tahu bahwa Dia adalah Pencipta. Kalau bukan Allah, lalu siapa? Allah yang mencipta, bukan? Saya tidak perlu memakai Al Quran untuk menunjang khotbah saya. Saya memakai Alkitab sudah cukup. Tetapi engkau harus percaya, di dalam bukumu Dia melakukan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Dia adalah Allah. Mengapa engkau tidak percaya bahwa Dia Allah? Karena tertulis bahwa Allah tidak diperanakkan dan tidak beranak. Allah tidak beranak dan Allah tidak diperanakan? Itu wahyu dari siapa? Al Quran. Al Quran dari siapa? Dari Gabriel, bukan malaikat lain. Tidak ada malaikat lain yang memberikan wahyu kepada Muhammad, selain Gabriel. Dan yang mengatakan ”tidak diperanakkan dan tidak beranak” adalah satu-satunya yang mengatakan, ”Hai Maria, yang akan kaulahirkan akan disebut Anak Allah yang Mahatinggi.” Jadi satu-satunya malaikat yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus Anak Allah adalah Gabriel. Satu-satunya yang mengatakan kepada Muhammad bahwa Allah tidak punya Anak adalah Gabriel. Kalau begini Tuhan mengirim Gabriel supaya lidahnya pecah jadi dua? Di sini bilangnya A, di sana bilangnya B. Kalau begini apakah Allah bohong? Tetapi siapa yang lebih dulu? Alkitab digenapi pada abad pertama, sedangkan Muhammad baru lahir tahun 570, dan meninggal tahun 632. Mengapa berbeda? Alkitab adalah Firman Tuhan. Di situlah perbedaannya. Saya tidak gampang menjadi Kristen. Saya tidak ikut-ikutan. Siapa pun yang berbicara, saya akan pikir baik-baik dan tidak ikut-ikutan. Tetapi kalau saya mengerti bahwa itu kebenaran, mati-matian saya akan berkorban untuk membela kebenaran.
Kita perlu menegakkan iman gerakan ini. Yang mutlak jangan tidak dimutlakkan, yang tidak mutlak, jangan dimutlakkan. Saya tahu cara saya menjadi manusia seperti itu. Sebenarnya saya ingin damai dengan semua orang. Saya hampir tidak pernah sembarangan cekcok dengan orang. Siapa mau menang silakan dia menang. Tapi saya menjadi orang bagaimana orang telah damai pun saya tetap memegang percaya kepada iman kepercayaan keyakinan yang tidak mau saya kompromikan.
Gerakan Reformed Injili diperlukan. Gerakan Reformed tidak cukup, maka digabungkan dengan Injili. Reformed Injili menjadi satu-satunya yang bertulang punggung dan berdarah daging. Reformed Injili menjadi satu-satunya yang mempunyai pendirian tidak berkompromi dan terus mempunyai gairah untuk membawa manusia kembali kepada Tuhan. Without evangelization, there is no growth of the church. Without theology, there is no strength of belief.
NREC akan diadakan untuk tahun kedua, dan tahun pertama saya mulai merasa banyak yang mulai sadar kenapa gerakan ini penting. Siapa yang ikut tahun lalu dan berasa tidak berbeda? Kita dengan terang-terangan dan gamblang menjelaskan mengapa harus Gerakan Reformed Injili. Ini pertama kalinya saya mengadakan kebaktian kecil seperti ini, supaya saya bertemu dengan orang-orang yang penting, the coming important leaders of the future.
Engkau sudah mendengar kalimat yang penting sekali. What are you going to do? What are you going to sacrify? Are you going to involve yourself? And what is the purpose?
Ditranskrip dari: Sharing Visi Gerakan Reformed Injili oleh Pdt.Dr.Stephen Tong
Tgl. 30 Des 2005 di Institut Reformed Jakarta