Kewajiban Gerakan Reformed dari Perspektif Pemuda GRII

Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai dua definisi untuk kata “wajib”. Definisi pertama adalah “harus dilakukan; tidak boleh tidak tidak dilaksanakan (ditinggalkan)”. Definisi ini memberikan sebuah dorongan yang tidak kompromi bagi sesuatu untuk dikerjakan, sebegitu urgennya sampai paruh pertama definisi itu harus ditekankan lagi dengan paruh kedua yang bersifat tidak memberi ruang. Namun bagi saya, definisi keduanya cukup mengejutkan, yaitu “sudah semestinya”. Jadi menurut definisi ini, kewajiban adalah sesuatu yang normal. Jikalau kita tidak menjalankan kewajiban kita, kita sedang tidak normal.

Dengan kedua definisi tersebut, kita dapat mengartikan kewajiban Gerakan Reformed sebagai yang harus dilakukan gerakan ini, yang tidak boleh tidak dilaksanakan atau ditinggalkan oleh gerakan ini, dan yang sudah semestinya dikerjakan oleh gerakan ini, yang jikalau tidak dikerjakan berarti gerakan ini tidak pada naturnya.

Untuk edisi Pillar kali ini, saya mempunyai kesempatan untuk mewawancarai beberapa pemuda GRII (Pemuda GRII Pusat dan FIRES) untuk meminta pendapat mereka perihal kewajiban gerakan ini. Perlu ditekankan di sini bahwa para responden berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Pendapat di bawah ini adalah pendapat pribadi mereka dan tidak mewakili pernyataan resmi GRII. Pada setiap responden, ditanyakan dua pertanyaan. Pertama, “Menurut Anda, apa saja kewajiban Gerakan Reformed Injili? Berikan alasan Anda. Kedua, “Seberapa jauh kesadaran Anda akan kewajiban gerakan ini mempengaruhi keputusan-keputusan yang Anda buat dalam hidup Anda, terutama yang menentukan jalan hidup Anda?” Wawancara diadakan di awal hingga pertengahan bulan ini, sehingga ketika mereka memberikan jawaban mereka, mereka belum mengikuti Simposium Theologi yang akan dimulai pada tanggal 25 Desember 2009.

Di dalam konteks modern, iman kita lebih sering ditantang, digumulkan, dan diterjemahkan di dalam aspek rasional yang berkubang di dalam kolam theologi dan filsafat. Tetapi dalam era transisi menuju post-modern yang lebih bersifat sensual ini, kita semakin ditantang untuk siap menyaksikan iman kita dalam setiap aspek kehidupan ini secara meaningful dan lively. Tidak hanya dalam aspek rasional tetapi juga dalam keseluruhan praksis dan karya hidup kita di manapun kita berada.

Untuk itu, kita harus membangun Christian Worldview yang konsisten yang mampu menjawab tantangan tersebut dan sekaligus dapat menuntun kita untuk dapat berkarya dalam konteks kita masing-masing. Setiap manusia pasti berkarya dan zaman memang berubah karena karya-karya manusia. Karena itu kita juga semakin terpanggil untuk menghasilkan karya-karya yang konsisten dengan iman kita di dalam setiap konteks dan aspek hidup kita masing-masing.

Saya berpikir ada setidaknya dua hal yang harus dikembangkan dalam menggenapi panggilan ini. Pertama adalah pembelajaran tentang firman Tuhan dalam konteks cara pandang hidup dan dunia. Kedua adalah pembelajaran untuk menerjemahkan kebenaran Firman dalam setiap karya secara lively dan meaningful kepada sesama di sekitar kita. Kedua hal ini mesti dilakukan secara komunal bersama anggota tubuh Kristus yang lain.

Dalam hal ini, kesadaran akan panggilan untuk bersaksi melalui budaya terasa semakin kuat. Tapi visi ini hanya akan menjadi angan-angan jika kesaksian kita terjebak di dalam paradigma rasionalitas modern yang teknis dan dipenuhi dengan istilah asing bagi telinga banyak orang.

Pertanyaan “sejauh apa pengaruhnya” [dalam hidup saya] merupakan pertanyaan yang sulit karena ada “progressive sanctification”. Progres merupakan sesuatu yang berdinamika dan sulit diukur. Namun demikian, per hari ini, kesadaran akan hal tersebut sedikit atau banyak telah mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan saya, mulai dari hal yang bersifat paradigma hingga ke berbagai hal praksis dalam keseharian. Karena kesadaran ini juga, saya jadi bergumul untuk melanjutkan pendidikan, yaitu ke dalam bidang pendidikan atau theologi dengan tujuan untuk memperlengkapi diri untuk bermandat budaya. Namun yang pasti, pengaruh akan kesadaran ini di dalam hidup saya, belum sejauh kasih dan kesabaran Tuhan bagi saya.

(Niko Surya)

Menurut saya, kewajiban seorang dalam Gerakan Reformed Injili adalah terus berjuang untuk kembali berespon setia hanya kepada Allah dan kehendak-Nya saja. Inilah perjuangan tiada henti untuk senantiasa menjadikan Kristus sebagai pusat dalam setiap inci hidupnya. Kewajiban ini adalah kewajiban yang melingkupi seluruh aspek hidupnya secara utuh sehingga seluruh detail hidupnya harus senantiasa dipimpin oleh Sang Kebenaran.

Implikasi dari kewajiban di atas adalah orang tersebut akan mengutamakan pengenalan akan Allah lewat pendengaran akan Firman. Ia akan dengan rendah hati tunduk dan senantiasa kembali kepada Firman. Ia akan berusaha mati-matian dalam mempertahankan iman kepercayaan yang solid dan bertanggung jawab. Bukan hanya itu, ia juga rindu agar Injil Kerajaan Allah boleh dinyatakan dalam diri orang lain karena memang Allah layak menerima segala hormat dan kuasa. Inilah usaha untuk beranjak dari diri sebagai pusat menuju Allah yang menjadi pusat.

Kesadaran inilah yang mendorong saya untuk bertindak sebagai manusia yang hidup di hadapan Allah, khususnya dalam hal pengambilan keputusan dan jalan hidup yang saya tentukan. Apakah sungguh-sungguh didasari atas respons terhadap kehendak dan waktu Tuhan ataukah malah didasari oleh tekanan situasi, suka/tidak suka, rasionalisasi Firman, ataupun emosi yang salah. Memang, ketika diri kita ini diperhadapkan dengan kebenaran Firman maka pedang Firman itu akan “membelah” diri ini dan menuntut respons kita. Dan ketika hal itu tiba, dituntut hati yang sungguh-sungguh jujur dan hancur dipersembahkan seutuhnya hanya kepada Tuhan.

Harus jujur dikatakan bahwa perjuangan ini sangat sulit dijalankan. Dan seringkali jalan keluar dari kesulitan ini hanya bisa disikapi dengan meringkuk berdoa dan kemudian berdiri serta kembali mengerjakan kewajiban itu. Ini sebetulnya adalah panggilan agung bagi setiap orang berdosa yang telah ditebus oleh darah Anak Domba, Tuhan kita Yesus Kristus. Biarlah setiap kita dengan konsisten terus mengerjakan panggilan agung ini dan minta Tuhan terus beranugerah kepada kita. Ekklessia reformata semper reformanda est!

 (Andre Tirta Winoto)

Kewajiban Gerakan Reformed Injili adalah membentuk setiap umat Kristen untuk terus menerus mencari kehendak Allah melalui Kitab suci dan menjalankan setiap kehendak Allah yang telah dibukakan bagi kita, karena Reformed berarti terus menerus me-reform diri sehingga kita dapat semakin mengerti akan pribadi Allah. Hal ini akan menyebabkan kita dapat semakin mengetahui akan kehendak Allah bagi hidup kita. Semakin kita mengenal dan mengetahui kehendak Allah maka kita harus makin menghidupi setiap kehendak Allah yang Allah nyatakan bagi kita.

Sewaktu saya akan mengambil keputusan, saya akan kembali melihat kepada kehendak Allah. Contohnya: pagi-pagi sewaktu saya memilih baju, saya cenderung berpikir waktu saya pake baju ini bisa efektif gak dalam waktu dan tempat yang Tuhan siapkan. Maka, setiap keputusan saya itu selalu berkait dengan masalah waktu dan tempat Tuhan yang Tuhan siapkan. Ini karena kesadaran bahwa Tuhan menempatkan kita di dalam waktu dan tempat tertentu pasti ada kehendak Dia. Demikian juga kewajiban Gerakan Reformed Injili yang harus meresponi kehendak Tuhan dalam konteks zaman ini secara ruang dan waktu.

(Susanto)

Jika kita ditanya tentang kewajiban Gerakan Reformed Injili, kita akan menjawab dalam hal yang paling “sederhana” yaitu melaksanakan mandat Allah di atas muka bumi ini, yaitu mandat Injil dan mandat budaya tanpa ada yang terfragmentasi. Karena inilah yang menjadi salah satu kekuatan dari theologi yang melihat Firman dan rasio dengan tiada timpang. Theologi Reformed menjadi tulang punggung kekristenan yang membuat kita bisa berdiri tegak, terstruktur, dan memberikan postur yang jelas. Theologi Reformed yang dipadukan dengan penginjilan yang berdasarkan theologi ini menjadikan gerakan ini berakar ke bawah dan berbuah ke atas. Maka tentunya, gerakan ini tidak hanya mendidik para hamba Tuhan yang siap bertarung memerangi kanker  yang saat ini menggerogoti Gereja Tuhan tanpa disadari, tapi juga mempersiapkan orang-orang Kristen dalam dunia politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya untuk memimpin dunia ini melalui supremasi Kristus di dalam terang Firman Tuhan. Sehingga sungguh gerakan ini berjuang semata-mata hanya demi kemuliaan Allah di segala bidang kehidupan.

Bagi saya yang sedang belajar mengerti apa yang dikerjakan gerakan ini, pembelajaran dimulai dalam hal memilih kue coklat atau kue keju demi kaitan dalam gerakan ini. Kenapa saya mengatakan dalam hal memilih kue ada hubungannya? Ini karena pilihan kita itu menyatakan sikap kita dalam pemakaian uang yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Apakah untuk kepuasan diri atau untuk menyatakan fokus hidup kepada pekerjaan Tuhan. Belajar dimulai dalam hal belajar memikirkan apa yang dipikirkan Allah dan belajar merasakan apa yang dirasakan Allah di dalam melihat zaman yang bengkok ini melalui Gerakan Reformed Injili dalam hal sehari-hari yang paling sederhana dan belajar mengerjakan bagian dari panggilan hidup saya, taat hari ke hari. Kiranya Tuhan memberikan kita anugerah untuk belajar dan melayani-Nya. 

(Rebecca Puspasari)

Secara sederhana kewajiban Gerakan Reformed Injili adalah mendalami dan menyatakan kebenaran Injil yang utuh dan konsekuen dengan cara pandang yang sesuai dengan prinsip Alkitab. Di zaman sekarang dengan maraknya pemikiran post-modern yang menyangkal kebenaran mutlak Alkitab maupun pemikiran dari kaum liberal yang menyangkal otoritas Alkitab, maka makna dan maksud dari suatu bagian dari Alkitab pun dipertanyakan otoritas dan kebenaran-Nya. Dalam konteks seperti inilah Gerakan Reformed Injili dinyatakan untuk melawan kedua arus pemikiran yang melawan Alkitab ini. Selain itu, kewajiban lainnya adalah mengabarkan Injil kepada seluruh dunia dengan pesan yang sesuai dengan isi Alkitab. Hal ini disebut sebagai mandat Injil yang seharusnya pula berjalan berdampingan dengan mandat budaya. Mandat budaya sendiri adalah menebus dan menggarap setiap bidang/aspek yang Tuhan berikan kepada manusia sebagai makhluk berbudaya agar kembali kepada seperti yang seharusnya sesuai kehendak Tuhan.

Kewajiban ini merupakan suatu hal yang sudah cukup umum diketahui, namun dalam menjalankannya secara utuh merupakan suatu tantangan tersendiri. Untuk melakukan ini semua tidak terlepas dari pergumulan pribadi dengan Tuhan dalam setiap konteks kehidupan yang Tuhan berikan. Dalam konteks kehidupan kuliah misalnya, bagaimanakah seharusnya orang Kristen bersikap dalam kuliah? Bagaimanakah ia melihat setiap hal yang dipelajarinya dan mengkaitkannya dengan kebenaran Alkitab, untuk melihat apakah itu sungguh suatu kebenaran yang sesuai dengan prinsip Alkitab atau tidak? Dalam konteks keluarga misalnya, sungguhkah Kristus yang dinyatakan di dalam relasi antar anggota keluarga ataukah sekadar ego, karakter, ataupun kebiasaan lama yang ditonjolkan? Kedua contoh di atas hanyalah merupakan sebagian kecil dari seluruh aspek yang Tuhan berikan dalam kehidupan. Menyadari setiap kelemahan dan keberdosaan kita serta mau bergumul dan berjuang dalam menyatakan kemenangan Kristus dalam setiap aspek, merupakan suatu proses pergumulan seumur hidup. Dalam proses ini adalah penting untuk menyadari dan terus mengingat untuk takut akan Tuhan. Dalam mengambil suatu keputusan yang mungkin terlihat sederhana sekalipun, apakah kita dapat menyadari bahwa Tuhan pun melihat dan akan menghakimi setiap keputusan kita? Menyadari hal ini akan menjadikan hidup ini utuh karena tidak memisahkan antara kehidupan sehari-hari dengan kehidupan bergereja dalam sikap hati yang terus berespons kepada Tuhan. Hal ini merupakan bagian di dalam menjaga kekudusan hidup. Selain itu, kita pun harus mengetahui panggilan hidup kita secara spesifik yang Tuhan ingin kita kerjakan sebagai bagian dari tubuh Kristus. Hal ini pun menjadi suatu arah dan tujuan bagi kita dalam menjalani kehidupan ini yang berbeda dengan orang yang tak mengenal Tuhan. Dan saat kita mencapai sesuatu pengertian ataupun keberhasilan dalam melaksanakannya pun, adalah penting untuk menyadari bahwa sesungguhnya Tuhanlah yang beranugerah dan memampukan kita dalam mengerjakan semua itu.

(Leonardo)

 —

Kewajiban Gerakan Reformed Injili menurutku telah dengan jelas disebutkan pada namanya secara literal, yaitu: Pertama, mengembalikan diri sendiri dan diri orang-orang lain yang dipercayakan Tuhan kepada kita kepada Alkitab dan theologi yang benar yaitu Theologi Reformed. Kedua, selalu memiliki semangat untuk memberitakan Injil.

Sejauh mana ini sudah mempengaruhi hidupku? Waduh… mengenai mengembalikan diri kepada kebenaran, aku masih terus belajar untuk mencintai firman Tuhan bukan “sekadar” buku theologi. Aku ingin mengenal Firman seperti para pendahuluku mengenal Firman. Tanpa bermaksud menihilkan teladan iman mereka, aku ingin imanku bersandar kepada Tuhan bukan kepada ikon-ikon kekristenan (misalnya Pdt. Dr. Stephen Tong), tetapi melihat mereka sebagai teladan yang memacuku terus untuk menjadi serupa seperti Kristus. Aku tidak ingin merasa sudah Reformed hanya karena aku bergereja di GRII dan aktif di sini. Aku juga bergumul mengenai orang-orang yang Tuhan tempatkan di sekelilingku: temen-temen kos, temen-temen kantor, bos-bosku, junior di kampus, atau yang ditemui sekilas. Aku tahu mereka adalah orang-orang yang Tuhan percayakan untuk aku perdengarkan berita Injil. Fiufff… ini yang paling berat. Dalam hal ini aku gagal parah. Lebih merasa “berani” PI ke pasien-pasien Rumah Sakit atau ke Panti Asuhan/Jompo daripada orang-orang sekitar. Klise, takut dianggap orang religius yang aneh. Tetep aja ya, yang lebih penting adalah semangkuk kacang merah penerimaan orang daripada hak kesulungan dalam menginjili. 

Mengenai pemakaian uang dan waktu… tidak mungkin tanpa mempersoalkan atau menggelisahkan mengenai apakah sudah menggunakan uang dengan benar, apakah ini terlalu banyak, apakah ini waktu yang tepat, dan sebagainya. Namun masih juga bisa membangkang.

Menjadi Reformed seperti mengenakan kacamata baru untuk melihat dan menilai banyak hal: buku yang dibaca, film yang ditonton, khotbah yang didengar, kuliah dosen, atau bahkan sekadar opini teman. Tadinya dengan hati yang dingin dan sok bener, sekarang belajar dengan kasih yang sungguh dan tulus. Heheheya, ini juga susah karena lebih suka dikasihani daripada mengasihi. Waks waks….

Iman Reformed juga menjadi arah saat harus memilih pekerjaan. (Waktu pilih kuliah, [aku] belum Reformed). Waktu udah kerja juga digangguin terus sama tuntutan Coram Deo itu.

Iman Reformed juga membuat jadi lebih tersendiri, susah cari temen yang sepikiran, yang sepergumulan. Harus eksklusif tetapi juga harus reachable untuk semua orang agar tidak menutup kesempatan menginjili.

(Dini Rachman)

Kewajiban Gerakan Reformed Injili adalah membawa orang-orang yang belum percaya untuk berjumpa dengan Tuhan dan mengerti kebenaran Firman yang sesungguhnya. Masih terlalu banyak orang yang belum pernah mendengar kebenaran firman Tuhan. Selain itu, gerakan ini juga perlu untuk menjangkau orang-orang Kristen yang selama ini memiliki konsep berpikir yang salah mengenai kebenaran firman Tuhan. Begitu banyak orang yang mengaku dirinya Kristen namun tidak mengerti atau tidak mengalami kelimpahan firman Tuhan yang sesungguhnya. Mereka hanya mengerti kelimpahan berkat atau pengalaman supranatural yang dianggap sebagai pengalaman rohani. Ajaran yang simpang siur di zaman ini perlu dikembalikan ke ajaran yang benar. Gerakan Reformed Injili juga memiliki kewajiban untuk me-redeem seluruh bidang kehidupan kembali kepada Tuhan. Tidak hanya dalam hal theologi melainkan juga dalam hal musik, pendidikan, ekonomi, seni, arsitek, kesehatan, hukum, sosial, politik, dan lain-lain. Hal ini mutlak diperlukan agar semua bidang sungguh kembali digarap untuk kemuliaan Tuhan.

Kesadaran akan kewajiban Gerakan Reformed Injili ini mempengaruhi saya terutama dalam bagaimana saya memandang sesuatu. Sebelumnya saya cenderung untuk memandang kepada diri dan merasa yang penting hidup saya benar. Namun di dalam gerakan ini saya belajar untuk  memandang kepada Kerajaan Allah bukan diri. Jujur, dalam hal ini saya masih perlu banyak sekali belajar karena keakuan dalam diri saya masih sangat besar.  Gerakan Reformed Injili pun terus menggelisahkan saya untuk terus menggumuli panggilan yang sebenarnya Tuhan ingin saya kerjakan. Untuk saat ini saya berusaha untuk menghasilkan yang terbaik di tempat di mana saya ditempatkan. Saya berharap ke depannya saya dapat lebih peka dengan apa yang Tuhan ingin saya kerjakan dalam hidup saya dan kerelaan untuk mempersembahkan diri saya lebih lagi untuk berbagian dalam pekerjaan Tuhan dalam zaman ini.

(Albert Kurniawan)

Gerakan Reformed Injili memiliki kewajiban untuk menjalankan pekerjaan Tuhan yang dimandatkan Tuhan kepadanya di zaman ini di dalam keterkaitan dengan zaman-zaman sebelumnya dan sesudahnya. Pekerjaan yang Tuhan berikan itu dari zaman ke zaman selalu bersifat “peperangan” untuk meninggikan Kristus. Sepanjang zaman, Tuhan membangkitkan hamba-hamba-Nya yang setia untuk mengembalikan zamannya kepada Allah dan Firman-Nya. Demikian juga Gerakan Reformed Injili hadir di ujung abad ke-20 dan di awal abad ke-21 melalui hambaNya Pdt. Dr. Stephen Tong yang diutus untuk memimpin kekristenan mulai dari Indonesia sampai ke semua benua, meneruskan pekerjaan nabi dan rasul dan semua hamba Tuhan yang setia di dalam sejarah. Maka, Gerakan Reformed Injili hadir dalam satu panggilan yang mulia untuk terus memelihara ajaran yang paling ortodoks dan mempertajamnya, menginjili sebagai life style, serta bersumbangsih bagi dunia dalam pendidikan, seni, dan dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat.

Pergumulan saya saat ini adalah saya masih terfokus kepada hal-hal yang kelihatan di dalam gerakan ini, misalnya event, komunitas, dan job-desc. yang lain. Namun banyak hal yang tidak kelihatan yang saya tidak peka, misalnya mendoakan setiap pergumulan panitia, pengurus, hamba Tuhan, menabung uang untuk mendukung pekerjaan Tuhan, self-study, dan setiap kesempatan yang Tuhan berikan untuk makin mengenal-Nya melalui gerakan ini. Banyak hal yang telah saya buang dan tidak sadar. Keputusan untuk ikut event sangat mudah, tetapi memutuskan untuk menginjili atau masuk kepada pergumulan yang ‘tidak pasti’ itu tidak mudah. Padahal melalui itulah kesempatan bagi saya mengenal iman saya sampai di mana. Pembelajaran demi pembelajaran harus menjadi bagian dari hidup saya dalam gerakan ini.

(Kias Yohanes Wuysang)

Saya memandang kewajiban Gerakan Reformed Injili sebagai kewajiban setiap orang Kristen yang berada di dalam gerakan ini, di mana lewat gerakan ini ia dipertemukan dengan Kristus dan Kebenaran-Nya. Gerakan ini adalah anugerah yang Tuhan berikan. Di dalam masa di mana iman Kristen yang benar tidak lagi dipedulikan dan gereja-gereja mulai berkompromi dengan dunia, Tuhan menegakkan suatu gerakan yang dengan berani menyatakan kebenaran Firman dan menuntut ketaatan penuh tanpa kompromi kepada-Nya. Saya sendiri walaupun sudah menjadi Kristen sejak kecil, merasa seperti baru bertemu dengan Kebenaran yang absolut, kokoh, dan menuntut – Allah itu sendiri – di dalam gerakan ini.

Tetapi di mana anugerah diberikan begitu berlimpah, di situ dituntut suatu respons untuk mempertanggungjawabkannya dan saya pikir untuk itu (walaupun sangat penting) tidak cukup hanya dengan belajar dan menganalisis Alkitab sedalam-dalamnya. Gerakan ini sering diakui sangat rasional dalam “membedah” Firman. Namun jika akhirnya kita memandang Alkitab sebagai sekumpulan teks untuk dianalisis dan kemudian dalam berbagai kesempatan kita hanya menyerang dan membombardir (misalnya) orang Karismatik yang kita ajak bicara dengan doktrin-doktrin Alkitab, maka pada saat itu sebenarnya kita sedang kehilangan visi dari gerakan ini, yaitu membawa Gereja kembali kepada Tuhan. Membawa satu orang untuk bertemu Tuhan tidak pernah cukup hanya dengan memberikan “informasi theologis”, melainkan harus ada hidup yang diubahkan oleh Firman dan tanpa kompromi, doa-doa tulus untuk pekerjaan Roh Kudus yang menggelisahkan hati manusia supaya seluruh hidupnya dengan segala aspeknya – rasio, emosi, dan kehendak – dipertobatkan.

Saya yakin masing-masing dari kita memiliki pengalaman bertemu dengan Tuhan dan dipertobatkan, dan masing-masing berkesan pula. Untuk saya sendiri, saya harus terus bertanya apakah pengalaman indah saya ketika bertemu dan bergaul dengan Tuhan cukup berkesan untuk membawa orang lain mengalami pengalaman mereka sendiri bersama Tuhan? Jika Tuhan berkenan, bagaimana Tuhan ingin memakai saya sebagai bagian dalam gerakan ini untuk melakukan hal itu? Atas setiap anugerah Tuhan dalam gerakan ini, mari kita bertanggung jawab dengan memakai mulut, lutut, dan seluruh keberadaan hidup kita dalam segala aspeknya untuk mempertemukan manusia berdosa di sekitar kita dengan Allah sejati melalui Firman-Nya.

(Chrissie Martinez)

Demikianlah kewajiban Gerakan Reformed Injili menurut teman-teman yang saya wawancarai. Mari kita doakan generasi muda yang ada di dalam gerakan ini. Semoga pergumulan dan kesadaran akan kewajiban itu serta implikasinya dalam hidup kita akan bertumbuh dengan semakin matang dari waktu ke waktu sehingga gerakan ini tidak putus dalam rantai regenerasinya. Kiranya Tuhan juga terus membangkitkan lebih banyak pemuda yang sadar sehingga gerakan ini menjadi gerakan yang terus bergerak dan menggerakkan dan memberikan pengaruh bagi zaman ini. Soli Deo Gloria.

 

Erwan

Redaksi Umum PILLAR