Saya suatu kali mendapat kabar bahwa seorang jemaat yang saya tidak terlalu kenal
dekat meninggal dunia. Alasan meninggal? Makan durian sedikit terlalu banyak padahal dia
sudah diberikan wanti-wanti oleh dokter. Tidak bisa tahan lidah yang berakibat fatal.
Salah satu hadiah pertama dari Tuhan kepada manusia di dalam Kitab Kejadian adalah
makanan! Makanan di Taman Eden pertama-tama adalah bentuk kebaikan Tuhan bagi
manusia untuk dinikmati, seperti tertulis dalam Kejadian 2:9a, “Lalu TUHAN Allah
menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan
buahnya.” Kemudian Allah juga memberikan perintah di Kejadian 2:16, “Semua pohon
dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas.”
Namun perihal makan juga merupakan sebuah ujian, “Tetapi pohon pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau
memakannya, pastilah engkau mati” (Kej. 2:17). Makan bukan urusan sepele, karena Adam
salah makan, akibatnya dia kehilangan segalanya dan terusir dari Taman Eden. Esau
kehilangan hak kesulungan karena makan semangkok kacang merah. Jadi urusan makan
adalah sebuah berkat dari Tuhan sekaligus sebuah ujian bagi kita. Dua kesalahan yang
sering kali terjadi adalah manusia hanya menekankan salah satu saja.
Kesalahan pertama ditegur oleh Rasul Paulus di Filipi 3:19 tentang orang yang hidup
sebagai seteru salib Kristus, “Tuhan mereka ialah perut mereka, … pikiran mereka semata-mata
tertuju kepada perkara duniawi.” Sering kali dampak untuk menghindari kesalahan pertama
bisa berlanjut kepada timbulnya kesalahan kedua. Ini yang terjadi pada Bapa Gereja
Agustinus. Yohanes Calvin mengkritisi pandangan Agustinus yang melihat ada orang-orang
yang tidak bisa menguasai nafsu dan terjadi ekses yang tidak terkontrol, maka Agustinus
mencoba membereskan kesalahan-kesalahan tersebut dengan hanya mengizinkan orang memakai
barang-barang fisik sejauh yg diperlukan (necessity). Necessity dimengerti
abstain dari segala hal yang mrk bisa hidup tanpanya. Misalnya pandangannya tentang seks
selain untuk melahirkan anak dipandang sebagai dosa. Kalau tentang makanan berarti seperlunya
dan memilih makanan yang paling sederhana seperti roti dan air. Bagi Calvin, itu langkah yang
terlampau ketat.
Calvin walau di satu sisi mengangguk setuju tentang bahayanya hati kita terikat oleh
hal-hal duniawi, namun ia sadar bahwa tujuan Tuhan memberikan hal-hal tersebut untuk
kebaikan dan bukan kehancuran kita. Maka ketika kita merenungkan apa yang menjadi tujuan
Tuhan menciptakan makanan, kita menemukan bahwa Tuhan tidak hanya memberikannya untuk
keperluan kita tetapi juga untuk dinikmati dan bersukacita atasnya. Calvin kemudian
memberikan contoh-contoh lain seperti bunga warna-warni yang sangat menawan untuk kita
nikmati.
Orang yang terlalu ketat tidak bisa menikmati berkat Tuhan, sedangkan orang yang terlalu
longgar membuat pelampiasan nafsu duniawi sebagai yang terutama. Calvin memberikan dua
pedoman:
1. Orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak
mempergunakannya.
2. Pedoman moderasi dan berhemat.
Semua berkat yang Tuhan percayakan pada kita, suatu hari harus kita pertanggungjawabkan
di hadapan Tuhan. Semoga kesadaran ini yang membuat kita terus menjaga keseimbangan
perihal makanan sebagai berkat yang delightful namun juga sebuah ujian yang
dangerous.