Renungan Mingguan Khusus Pillar Online
Ketika menyaksikan sebuah adegan perang di zaman kuno, ketika senapan dan meriam belum ditemukan, saya sering kagum melihat keberanian pasukan yang berlari menerjang ke barisan musuh. Ketika pasukan lawan seperti semut berlari menyerang, pihak yang lain memajukan para pemanah mereka. Ribuan panah dilepaskan dengan sudut diagonal yang tepat dengan mengukur kecepatan angin dan kecepatan lari pasukan musuh, dan hujan panah pun turun tepat pada posisi barisan depan musuh. Yang mengagumkan saya lebih daripada keakuratan para pemanah adalah: Mengapa para penyerang itu nekat maju padahal mereka tahu hujan panah menunggu mereka?
Salah satu jawaban yang paling penting tentu adalah iman dan harapan untuk menang. Minggu lalu, kita sudah merenungkan pola serangan pasukan Kristus terhadap musuh Kristus, yaitu dengan gerakan pemberitaan Injil. Namun, kita harus menyadari bahwa ketika kita melakukan gerakan serangan ini, setan-setan mengarahkan panah api mereka, dan kita tidak perlu meragukan keahlian dan akurasi para pemanah mereka. Jika tidak berhati-hati maka banyak orang Kristen dapat jatuh dalam hujan panah api itu.
Serangan seperti apakah panah api si jahat itu? Panah api membuat kita putus asa dalam kehidupan Kristen kita. Ia begitu menakutkan dan menciutkan kita. Dalam jerih lelah kita, sering kali, kita putus pengharapan terhadap pimpinan Tuhan. Kita takut melangkah karena seolah-olah Tuhan tidak lagi menyertai kita. Pandangan kita kepada Tuhan terhalang oleh rapatnya panah api di angkasa yang sedang mengarah kepada kita.
Pernahkah Anda kehilangan keberanian ketika sebuah pelayanan membutuhkan langkah iman? Ikutilah nasihat Paulus: “dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat” (Ef. 6:16).
Agustus 2012
Silakan memberikan tanggapan, saran ataupun komentar di bawah.
Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan ataupun mencabut komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah ataupun berisi kebencian.
1. Bersyukur untuk Sidang Tahunan Sinode (STS) GRII yang diadakan pada tanggal 28-30 Desember 2020. Berdoa kiranya melalui STS ini, setiap cabang GRII dapat mengerti visi dan misi Gerakan Reformed Injili dan dimampukan Tuhan untuk bekerja sama satu dengan yang lainnya demi mencapai visi dan misi tersebut. Berdoa untuk setiap pemimpin Gerakan Reformed Injili, kiranya Roh Kudus mengurapi mereka dalam memimpin dan melayani zaman ini dengan kepekaan dan pengertian akan kehendak dan isi hati Tuhan.