Di dalam kesempatan sebuah retreat, saya pernah diajak untuk menerima baptisan Roh Kudus. Walaupun saat itu saya tidak mengetahui apa artinya ’baptisan Roh Kudus’ tapi teman-teman terus mendorong saya untuk maju ke depan, akhirnya saya pun maju. Sebelum baptisan Roh Kudus dilakukan, kami terlebih dulu dijelaskan artinya dan pentingnya baptisan Roh Kudus. Waktu itu saya belum memahami Alkitab secara mendalam, sehingga penjelasan yang diberikan cukup masuk akal bagi saya pada saat itu.
Acara Baptisan tersebut dimulai dengan menyanyikan worship songs, lalu berdoa. Sambil berdoa, lagu terus dimainkan dan teman-teman yang tidak maju terus bernyanyi. Setelah beberapa saat, saya mulai mendengar banyak orang berdoa dengan ”bahasa-bahasa” aneh yang diulang-ulang (mereka mengidentifikasikan bahasa tersebut sebagai bahasa Roh), dan tidak lama kemudian semua orang di ruangan itu melakukan hal yang sama. Lalu saya didekati oleh pelayan yang bertugas pada saat itu dan dia menumpangkan tangannya di atas kepala saya sambil terus berdoa dengan ”bahasa Roh”. Dia meminta saya untuk terus berdoa dan meminta agar Roh Kudus turun serta memenuhi saya. Karena saya belum ber-”bahasa Roh” maka banyak teman-teman mulai mendekati saya dan menumpangkan tangan mereka di atas kepala saya sambil terus berdoa dalam ”bahasa Roh”. Melihat saya yang masih belum juga bisa ber-”bahasa Roh”, maka teman saya mulai menyuruh saya untuk mencoba mengikuti cara mereka berdoa.
Saya sempat mencoba meniru cara mereka berdoa, tetapi akal sehat saya berusaha menghentikan saya untuk meniru, karena saya berpikir, ”Kalau memang itu datang dari Tuhan, kenapa saya harus meniru mereka? Seharusnya hal itu datang dengan sendirinya.” Jadi saya hanya berdoa di dalam hati meminta Roh Kudus masuk ke dalam hati saya. Akhirnya, saya dianggap belum mendapatkan Roh Kudus dan mereka menganjurkan agar saya ikut kembali baptisan Roh Kudus di retreat yang akan datang. Inilah pengalaman pribadi saya sewaktu saya masih di dalam gereja Kharismatik. Pengalaman ini bukanlah pengalaman yang unik, karena setelah saya bertemu dengan beberapa teman yang pernah mengikuti baptisan Roh Kudus, mereka juga melewati proses yang sama.
Apakah sebenarnya baptisan Roh Kudus itu? Istilah baptisan Roh Kudus dimulai dari seseorang bernama John Fletcher1 yang menyatakan perlunya berkat kedua (second blessing) setelah pertobatan2. Dia menyatakan bahwa pertobatan dan baptisan air saja tidak cukup, selain itu kita juga harus melewati suatu pengalaman khusus di mana Roh Kudus masuk ke dalam hati kita serta memenuhi hati kita. Peristiwa ini ditandai dengan karunia Roh berupa ber-”bahasa Roh”.
Baptisan Roh Kudus mengambil latar belakang peristiwa Pentakosta di dalam Kisah Para Rasul pasal 2. Alkitab mencatat, saat itu Roh Kudus turun dan terlihat berupa lidah-lidah seperti nyala api dan ketika para rasul dipenuhi dengan Roh Kudus, mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa asing, tujuannya adalah agar Injil yang diberitakan dapat dimengerti oleh bangsa-bangsa lain yang hadir pada saat itu (Kis. 2:7-13). Hal inilah yang ditekankan oleh Alkitab ketika berbicara mengenai karya Roh Kudus. Roh Kudus selalu membawa orang semakin mengenal dan mencintai Firman Tuhan. Di dalam Alkitab, Paulus pun tidak pernah menyinggung tentang peristiwa baptisan Roh Kudus ini di dalam surat-suratnya.
Teologi Reformed percaya bahwa peristiwa Pentakosta terjadi hanya satu kali untuk menggenapi nubuatan di dalam Perjanjian Lama seperti apa yang dikhotbahkan oleh Petrus pada saat Pentakosta (Kis. 2:14). Tetapi inti dari khotbah Petrus bukanlah peristiwa Pentakosta itu sendiri, melainkan seruan untuk bertobat dan menyerahkan diri untuk dibaptis dalam nama Tuhan Yesus Kristus (Kis. 2:38). Dengan adanya peristiwa Pentakosta, maka Roh Kudus telah datang untuk menolong umat pilihan Tuhan dan tinggal diam bersama kita untuk selama-lamanya (Yoh. 14:16).
Sekarang pertanyaannya adalah: apakah kita membutuhkan “Second Blessing”? Benarkah kita akan diberikan “Second Blessing”? Apakah kata Alkitab tentang hal ini?
Teologi Reformed percaya kepada lima Sola yaitu Sola Scriptura, Solus Christus, Sola Gratia, Sola Fide, dan Soli Deo Gloria. Artinya, demi kemuliaan Allah, seseorang diselamatkan hanya karena anugerah melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus seperti yang dicatat di dalam Alkitab. Di dalam teologi Reformed kita percaya Roh Kuduslah yang menurunkan Firman dari surga, baik Firman yang menjadi daging (Tuhan Yesus Kristus) maupun Firman yang tertulis (Alkitab) dan Roh Kudus jugalah yang melahirbarukan, memberikan iman pertobatan dan menguduskan hidup umat pilihan. Sehingga, ketika kita mengaku percaya, “Yesus adalah Tuhan,” itu pun adalah pekerjaan Roh Kudus yang ada di dalam hati kita (1 Kor. 12:3). Itulah baptisan Roh Kudus yang sejati, manusia berdosa diciptakan kembali untuk kembali beribadah kepada Penciptanya di dalam Kristus Yesus.
Pada waktu kita menerima baptisan air sebagai pengakuan iman kita, sesungguhnya kelima Sola ini oleh Roh Kudus ditegakkan. Karena itu, kita tidak menerima konsep baptisan Roh Kudus seperti yang dimengerti oleh gerakan Kharismatik. Baptisan Roh Kudus sebagai Second Blessing berarti anugerah keselamatan di dalam Kristus tidak cukup, berarti juga baptisan Roh Kudus harus dilakukan secara berulang-ulang. Dan baptisan Roh Kudus yang berulang-ulang adalah penghinaan terhadap karya Allah yang bersifat ‘sekali untuk selamanya’, tuntas, dan cukup.
Sola Scriptura: The Scripture Alone is the Standard |
Solus Christus: By Christ’s Work Alone are We Saved |
Sola Gratia: Salvation by Grace Alone |
Sola Fide: Justification through Faith Alone |
Soli Deo Gloria: For the Glory of God Alone |
Karunia berbahasa Roh yang dicatat di dalam I Kor. 12 dan 14 harus dilihat secara menyeluruh. Rasul Paulus menegaskan bahwa tidak ada gunanya jika bahasa Roh dipraktekkan namun tidak ada seorang pun yang dapat mengerti artinya. Dan rasul Paulus justru banyak memberikan peringatan tentang penggunaan karunia bahasa Roh kepada jemaat di Korintus (1 Kor. 14) karena telah terjadi kekacauan di dalam pertemuan jemaat akibat penggunaan bahasa Roh yang tidak saling membangun (1 Kor. 14:26), bahkan rasul Paulus juga memerintahkan jemaat yang berbahasa Roh untuk berdiam diri bila tidak ada orang yang dapat menerjemahkannya (1 Kor. 14:28). Jadi, semua karunia yang diberikan Tuhan kepada kita bertujuan untuk saling membangun, dan bukan sebagai tanda baptisan Roh Kudus versi Gerakan Kharismatik.
Di dalam Kisah Para Rasul 2:4, para murid dipenuhi oleh Roh Kudus sebelum mereka berbicara dalam bahasa-bahasa asing, akan tetapi peristiwa dipenuhi Roh Kudus tidak harus disertai dengan kemampuan berbicara dalam bahasa-bahasa asing. Orang yang dipenuhi Roh Kudus mempunyai satu ciri yang pasti yaitu memuji perbuatan – perbuatan besar yang telah dilakukan Allah (Kis 2:11b) dan akan terus menerus hidup memuliakan Tuhan di dalam pimpinan Roh Kudus dengan seluruh prinsip-prinsip di dalam Alkitab. Karena itu, kita sebagai orang Kristen harus senantiasa mempunyai hidup yang dipenuhi oleh Roh Kudus, dengan demikian kita akan tidak habis-habisnya membagikan kebenaran yang melimpah kepada orang-orang di sekitar kita sebagai terang dan garam dunia. Pdt. Stephen Tong menggambarkan hidup yang dipenuhi dan dipimpin Roh Kudus seperti sebuah gelas yang diisi air sampai meluber keluar. Marilah kita berdoa agar mempunyai hidup yang dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus, hidup yang berpusat pada Sumber Kehidupan yaitu Kebenaran dalam Kristus (Yoh. 14:15-31) dan hidup yang seperti itu ditandai dengan hati dan pikiran yang senantiasa taat kepada kebenaran Firman Tuhan.
1 Prof. Dr. Hans Maris, Gerakan Karismatik dan Gereja Kita; Momentum, 2004, Hal. 13
2 Pengertian tentang perlunya Second Blessing dicetuskan oleh John Wesley. John Wesley menyatakan bahwa setelah seseorang menerima anugerah keselamatan (First Blessing), masih diperlukan lagi anugerah pengudusan (Second Blessing).