Menangkap Wahyu: Markus 4:1-20

Injil Markus mengisahkan seseorang bernama Yesus yang berasal dari Nazaret, tanah Galilea (1:9). Markus ingin mengungkapkan bahwa Yesus ini adalah Kristus dan Anak Allah (1:1). Yesus membawa kabar baik dari Allah mengenai Kerajaan Allah (1:14-15). Sampai kepada pasal tiga, Yesus terus-menerus mewahyukan (mengungkapkan) diri-Nya sebagai Raja yang mendatangkan Kerajaan Allah ke dunia ini. Ia mewahyukan diri-Nya kepada orang-orang di tanah Galilea melalui pelbagai cara: melalui baptisan-Nya, pengusiran setan, mujizat penyembuhan, pengampunan dosa, pengajaran, dan perbuatan-Nya.  

Namun, jika Yesus membawa kabar baik dan Ia terus-menerus mewahyukan diri-Nya, mengapa hanya ada segelintir orang yang menangkap wahyu dari Dia? Mengapa hanya ada keduabelas murid dan sedikit orang saja yang menerima dan mengikut Dia? Kebanyakan orang hanya mencari Yesus untuk mengalami mujizat (3:8). Lebih parahnya lagi, keluarga-Nya sendiri serta petinggi-petinggi agama Yahudi menolak Dia (3:22-35). Yesus memberikan jawaban atas pertanyaan ini melalui perumpamaan Empat Jenis Tanah yang dicatat di Markus 4:1-20.

Markus 4:1-20 dapat dibagi ke dalam empat bagian: latar belakang (ay. 1-2), perumpamaan Empat Jenis Tanah (ay. 3-9), alasan Yesus berbicara dalam perumpamaan (ay. 10-12), penjelasan perumpamaan Empat Jenis Tanah (ay. 13-20).

Dikatakan di ayat 1-2, Yesus mengajar banyak orang menggunakan perumpamaan dan perumpamaan pertama yang Yesus ajarkan adalah perumpamaan Empat Jenis Tanah.

Perumpamaan Empat Jenis Tanah adalah perumpamaan yang lazim diketahui oleh banyak orang Kristen. Perumpamaan ini adalah mengenai penabur yang menaburkan benih dan benih tersebut jatuh di empat tanah yang berbeda. Demikianlah perumpamaan itu:

“Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia
dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik,
ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat.” Dan kata-Nya: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” (Mrk. 4:3-9)

Perumpamaan ini dimulai dengan kata “Dengarlah” (ay. 3) dan ditutup dengan peringatan mengenai “mendengar” (ay. 9). Maka, kita tahu bahwa perumpamaan ini adalah mengenai dengar-mendengar.

Berikutnya, murid-murid bertanya kepada Yesus mengenai arti dari perumpamaan ini (ay. 10). Sebelum Yesus menjelaskan arti perumpamaan ini, Yesus terlebih dahulu menjelaskan maknanya mengajar menggunakan perumpamaan (ay. 11-12). Di sini kita akan mendapatkan jawaban atas pertanyaan “Mengapa hanya ada sedikit
orang yang menangkap wahyu dari Tuhan Yesus?”

Yesus menjelaskan di ayat 11 bahwa rahasia Kerajaan Allah hanya diberikan kepada keduabelas murid dan pengikut-pengikut-Nya (mereka yang di “dalam”). Sedangkan, bagi orang-orang di “luar” yang tidak mengikut Yesus, kepada mereka hanya diberikan perumpamaan. Kata “rahasia” di sini memiliki arti “hal yang tadinya tersembunyi, sekarang disingkapkan”. Jadi, seseorang yang hanya mendengarkan perumpamaan tidak dapat mengerti mengenai Kerajaan Allah. Orang tersebut membutuhkan rahasia Kerajaan Allah supaya dapat mengerti maksud perumpamaan tersebut. Dan hanya orang-orang yang mengikut Yesus yang diberikan rahasia Kerajaan Allah. Jika seseorang menolak mengikut Yesus, mereka tidak akan menangkap wahyu dari Dia. 

Mengapa Yesus sengaja mengajar dengan perumpamaan (ay. 2, 34)? Mengapakah Yesus tidak langsung memberitakan rahasia Kerajaan Allah kepada semua orang? Alasan ini diberikan di ayat 12, yaitu “supaya sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun”. Yesus sengaja memakai perumpamaan untuk menyatakan keadaan setiap orang. 

Setiap orang yang setelah mendengar perumpamaan Yesus, menolak mengikut Yesus supaya dapat memperoleh pengertian dari perumpamaan Yesus, merekalah yang ternyata buta dan tuli. Sebaliknya, setiap orang yang setelah mendengar perumpamaan Yesus, tidak mengerti, tetapi memutuskan untuk mengikut Yesus supaya memperoleh pengertian, merekalah yang ternyata melihat dan mendengar. Oleh karena itu, di ayat 3 dan 9, Yesus mencamkan supaya kita berhati-hati dalam mendengar. 

Kita perlu mendengar dengan saksama karena perumpamaan Yesus membagi manusia menjadi dua kelompok: yang tuli dan yang mendengar.   

Sungguh pun demikian, anggota kelompok ini tidak statis. Di satu sisi, semua orang tidak mengikut Yesus dari awal. Keduabelas murid dahulu bukanlah pengikut Yesus. Di sisi lain, ada juga pengikut Yesus yang meninggalkan Dia, seperti Yudas Iskariot. Tidak semua orang yang di “luar” akan terus di “luar”. Tidak semua orang yang di “dalam” akan terus di “dalam”. Inti masalahnya adalah respons seseorang terhadap Yesus ketika mereka mendengar pengajaran-Nya.

Jika banyak orang gagal menangkap wahyu dari Yesus karena mereka tidak mengerti rahasia Kerajaan Allah, dan jika mereka tidak mengerti rahasia Kerajaan Allah karena mereka tidak mengikut Yesus, mengapakah sebagian orang memutuskan untuk mengikut Yesus dan sebagian lagi tidak? Perhatikan penjelasan Yesus berikut ini:

Lalu Ia berkata kepada mereka: “Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain? Penabur itu menaburkan firman. Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka. Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad. Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah
yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat.” (Mrk. 4:13-20)

Pertama, perumpamaan ini menolong kita untuk dapat memahami semua perumpamaan Yesus yang lain (ay. 13). Perumpamaan ini mengajarkan kita bagaimana kita harus mendengar semua perumpamaan Yesus yang lain. 

Kedua, Yesus menyatakan keberadaan empat jenis orang yang mendengar. Semuanya sama-sama mendengar. Yang pertama, mereka langsung menolak firman itu sehingga firman tersebut langsung diambil. Yang kedua, mereka menerima firman tersebut dengan sukacita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh mengerti, sehingga ketika ada tekanan dari luar, penindasan, dan penganiayaan, mereka langsung meninggalkan firman tersebut.
Yang ketiga, mereka menerima firman tersebut, tetapi mereka memiliki tekanan dari dalam. Mereka lebih mencintai dunia ini daripada mengikut Yesus, sehingga mereka tidak berbuah. Yang keempat, mereka menerima firman Yesus dengan sukacita
dan mengikut Dia. Ketika mereka mengikut Dia, mereka mendapat pengertian dan pengertian tersebut membuat mereka
makin mengenal Yesus dan makin setia mengikut Yesus sehingga terjadi umpan balik positif. Inilah yang dimaksud dengan berbuah.

Mengapakah sebagian orang memutuskan untuk mengikut Yesus dan sebagian lagi tidak? Karena hanya sebagian orang memiliki tanah yang baik. Maksudnya, hanya sebagian orang yang mendengar Yesus dengan benar. Di sini Yesus memilih untuk tidak menjelaskan mengapa seseorang dapat mendengar Yesus dengan benar dan orang lain tidak. Kita tahu dari bagian lain, Yesus membicarakan mengenai pemilihan kekal atau pekerjaan Roh Kudus di balik layar (Yoh. 6:60-66). Akan tetapi, di sini Yesus memilih untuk membicarakan mengenai tanggung jawab para pendengarnya untuk mendengar dengan benar (ay. 9, 23, 33). Siapa pun yang mendengar Yesus memiliki tanggung jawab untuk mendengar dengan benar.

Banyak orang gagal menangkap wahyu Yesus Kristus karena gagal mendengar Dia dengan benar. Kita mendengar Yesus dengan benar ketika kita menerima firman-Nya dan hidup mengikuti-Nya.

Sekarang, apakah pesan firman Tuhan ini bagi kita? Hari ini kita memiliki wahyu Allah yang tertulis. Kita memiliki Alkitab dan rahasia Kerajaan Allah sudah tercatat di dalam Alkitab. Hari ini Tuhan Yesus berfirman kepada kita dengan jelas dan tidak lagi menggunakan perumpamaan (ay. 21-23). Pesan firman Tuhan bagi kita masih sama: siapa yang mendengarkan firman-Nya, marilah kita mendengarkan dengan hati-hati.

Jika kita sudah mendengar firman-Nya, tetapi kita tidak memiliki keinginan untuk memperoleh pengertian yang lebih, kita tidak akan bertahan di dalam tekanan, baik dari luar (tanah yang kedua) maupun dari dalam (tanah yang ketiga). Dan lebih parah lagi, suatu saat, mungkin setiap firman yang sampai ke telinga kita akan langsung hilang begitu saja (tanah yang pertama) (ay. 24-25). 

Oleh sebab itu, marilah kita giat mengejar dan membenamkan diri kita di dalam kelimpahan firman Tuhan. Namun pengertian saja tidaklah cukup. Jika kita ingin bertumbuh dalam pengertian, hidup kita juga harus mengikut Yesus. Pengertian tanpa ketaatan adalah pengertian yang dangkal dan lemah. Oleh karena itu, marilah kita melakukan setiap firman yang kita dengar (Yak. 1:23-25). Mari kita meninggalkan segala keinginan duniawi kita, meninggalkan keinginan akan kenyamanan dan harta dunia, dan mengikut Yesus. 

Sebagian orang gagal meninggalkan pekerjaan mereka yang bergaji besar walaupun mereka tahu dalam hati mereka yang terdalam bahwa pekerjaan tersebut tidak melayani dan memberikan dampak baik bagi orang lain. Sebagian orang gagal mengerjakan panggilan Tuhan di dalam rumah tangga karena cintanya akan karier dan pengakuan. Sebagian orang gagal mengerjakan panggilan Tuhan untuk menikah karena sudah terlanjur nyaman dan asyik sendiri. Sebagian orang gagal meninggalkan keluarga mereka
demi Yesus karena takut dikucilkan. Sebagian orang gagal meninggalkan hubungan yang terlarang karena terlanjur nikmat. Sebagian orang gagal meninggalkan kota karena aman, nyaman, dan serba kelimpahan, walaupun tidak ada gereja yang benar di sana. Sebagian orang gagal membagikan hartanya untuk orang yang berkekurangan karena keterikatan mereka dengan kekayaan. Sebagian orang gagal meninggalkan gereja ketika Tuhan sendiri tidak lagi hadir di
sana karena terlanjur kenal dan terbawa perasaan sentimental akan gereja tersebut. Sebagian orang gagal menetap di gereja karena persekutuan dengan orang lain itu sulit dan lebih nikmat mencari kenyamanan sendiri. 

Mengikut Yesus tidak akan aman, tidak akan nyaman, dan mungkin juga tidak akan berkelimpahan secara materi. Namun marilah kita mengikut Yesus karena:

Yesus adalah Raja. Ia sedang mendatangkan Kerajaan-Nya ke dunia ini. Suatu hari nanti Kerajaan-Nya akan terbentang dari timur sampai barat. Seperti apakah kita kelak nanti? Akankah kita mencari nikmat dunia sekarang dan ternyata melawan pemerintahan-Nya nanti? Ataukah kita akan menyembah dan hidup mengikut Yesus dari sekarang sampai selama-lamanya? Pilihannya jelas.

I’ve Decided to Make Jesus My Choice (Harrison Johnson)

Some folks would rather have houses and land.

Some folks choose silver and gold.

These things they treasure and forget about their souls;

I’ve decided to make Jesus my choice.

The road is rough; the going gets tough,

and the hills are hard to climb.

I’ve started out a long time ago,

there’s no doubt in my mind;

I’ve decided to make Jesus my choice.

Kuputuskan, Yesus Pilihanku (Terjemahan bebas)

S’bagian memilih rumah dan tanah.

S’bagian lain perak dan mas.

M’reka kumpulkan s’mua, abaikan jiwa m’reka;

Kuputuskan, Yesus pilihanku.

Jalan terjal; bertambah susah,

bukit sulit didaki.

Kut’lah mulai sejak dahulu,

Ku tiada k’raguan;

Kuputuskan, Yesus pilihanku.

Hans Tunggajaya

Pemuda GRII Singapura

Referensi:

France, R. T. (2002). The Gospel of Mark: A Commentary on the Greek Text (pp. 181-207). W. B. Eerdmans; Paternoster Press.

Wessel, W. W., & Strauss, M. L. (2010). Mark. In T. Longman III & D. E. Garland (Eds.), The Expositor’s Bible Commentary: Matthew–Mark (Revised Edition) (Vol. 9, pp. 750-758). Zondervan.