Perbedaan Anugerah Umum dan Anugerah Khusus

Tidak hanya di dalam tingkatan (degree) tetapi juga di dalam natur dan jenisnya (kind).[1]

Anugerah di dalam Theologi Reformed dibagi di dalam dua kategori, anugerah umum dan anugerah khusus (anugerah keselamatan). Apakah arti sesungguhnya dari anugerah? Apa perbedaan dan keunikan dari masing-masing anugerah tersebut?

Anugerah di dalam Theologi Reformed dibagi di dalam dua kategori, anugerah umum dan anugerah khusus (anugerah keselamatan). Apakah arti sesungguhnya dari anugerah? Apa perbedaan dan keunikan dari masing-masing anugerah tersebut?

Perbedaan atau keunikan anugerah keselamatan dari anugerah umum dapat dijabarkan antara lain sebagai berikut:
Pertama, perlu adanya kelahiran baru. Di dalam Yohanes 3:6 Tuhan Yesus berbicara tentang regenerasi, “Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.” Tuhan Yesus mengatakan kepada Nikodemus bahwa ia perlu dilahirkan kembali, bukan kelahiran alamiah tetapi kelahiran yang lain yaitu dilahirkan oleh Roh. Alasan manusia harus dilahirkan kembali adalah adanya perbedaan natur kehidupan dan natur kematian. Kelahiran baru memberikan natur kehidupan kepada manusia berdosa yang bernatur kematian di hadapan Tuhan. Natur kehidupan akan memunculkan kehidupan yang sesuai dengan keinginan Roh, karena “keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging, karena keduanya bertentangan sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki” (Gal. 5:17; band. Gal. 6:8; Rm. 8:6-9; 1Kor. 3:1ff).

Kedua, orang yang telah mengalami keselamatan memiliki tindakan yang mengalir sesuai pimpinan Roh dan bertentangan dengan keinginan daging. Alkitab dengan tegas mengatakan mereka yang tidak memiliki Roh bukan milik Kristus, seperti yang dikatakan dalam Roma 8:9 “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus” (band. juga 1Yoh. 3:24ff; 2Kor. 1:22; Ef. 1:14; 1Yoh. 4:13ff). Demikian juga dikatakan mereka yang bukan orang kudus sejati tidak memiliki kaitan dengan Roh, sedangkan orang kudus sejati hidupnya menghasilkan buah roh dengan jelas. Inilah tanda bahwa seseorang memiliki Roh atau tidak yaitu adanya buah roh yang terpancar keluar dari perilakunya.

Ketiga, orang yang sudah diselamatkan memiliki natur ilahi yang diberi kemampuan untuk melepaskan diri dari nafsu dunia, seperti yang dikatakan dalam 2 Petrus 1:4 “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.” Natur ilahi yang dimiliki oleh orang-orang kudus yang sudah diselamatkan tidak hanya sebagai sesuatu yang istimewa tetapi juga sebagai sesuatu penghargaan tertinggi bagi orang-orang kudus.

Keempat, orang yang diselamatkan akan memiliki ketertarikan dan kenikmatan dalam kepekaan akan hal-hal tentang kerohanian atau tentang Roh Kudus, seperti yang dikatakan di dalam 1 Korintus 2:14 “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.” Manusia duniawi adalah mereka yang tidak memiliki Roh Kristus dan mereka sama sekali tidak menjadi milik Kristus, yang ada dalam diri mereka adalah yang bersifat duniawi semata. Manusia duniawi sungguh-sungguh miskin akan segala kepekaan, persepsi, atau perbedaan terhadap hal-hal yang terkait dengan Roh. Manusia duniawi tidak dapat mengetahui dan tidak dapat membedakan hal-hal yang bersifat rohani. Mereka meskipun merasa pintar, namun adalah kebodohan di mata Tuhan. Mereka tidak lebih dari seperti seorang yang buta warna.

Ini menunjukkan bahwa kepekaan akan keagamaan yang manusia duniawi miliki pun bukan hanya tidak sama derajat dengan manusia rohaniah, tetapi juga tidak satu pun naturnya yang sama dengan manusia rohani (orang-orang kudus) miliki. Alasan mengapa manusia duniawi tidak memiliki pengetahuan akan hal-hal rohani adalah karena mereka sama sekali tidak memiliki Roh Allah yang berdiam di dalam mereka. Manusia duniawi tidak memiliki derajat rohani, mereka hanya memiliki natur, dan bukan Roh. Mereka sama sekali tidak memiliki urapan pembicaraan akan hal tersebut, seperti yang dinyatakan di dalam 1 Yohanes 2:27 Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu – dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta – dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.” Manusia duniawi tidak pernah memiliki derajat apa pun tentang urapan kudus yang ditumpahkan atas mereka, itu sebabnya tidak ada penglihatan akan hal-hal rohani seperti yang dimiliki oleh orang kudus.

Kelima, orang yang diselamatkan tidak hanya melakukan hal-hal keagamaan tetapi juga memiliki derajat kasih atau afeksi. Orang duniawi hanya melakukan hal-hal keagamaan dan sama sekali tidak memiliki derajat kasih maupun afeksi. Itu sebabnya Kristus menegur orang Farisi, mereka melakukan kehidupan keagamaan mereka di antara orang Yahudi namun sesungguhnya tidak memiliki kasih Allah dan kasih akan Allah di dalam diri mereka.

Keenam, orang yang diselamatkan memiliki suatu derajat anugerah yang memungkinkan mereka memiliki kebersamaan atau persekutuan dengan Kristus. Orang duniawi tidak memiliki akan hal tersebut. Persekutuan orang kudus dengan Kristus sesungguhnya termasuk di dalam menerima kepenuhan-Nya dan berbagian di dalam anugerah-Nya, seperti yang tertulis di dalam Yohanes 1:16 “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia.” Persekutuan dengan Kristus ini juga merupakan persekutuan di dalam Allah Tritunggal, artinya persekutan orang percaya dengan Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus, seperti yang tertulis di dalam 2 Korintus 13:13 “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.” Tetapi orang yang tidak percaya (yang belum diselamatkan) tidak memiliki persekutan dengan Kristus, karena (1) mereka tidak bersatu dengan Kristus. Mereka tidak di dalam Kristus. Alkitab dengan jelas memaparkan hal ini bahwa mereka yang di dalam Kristuslah yang memiliki keselamatan, dibenarkan, disucikan, dan diterima oleh Kristus, serta diselamatkan, seperti yang ditulis dalam Filipi 3:8-9 “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.” Selain itu dapat juga dibaca dalam 2 Korintus 5:15ff dan 1 Yohanes 2:5. Mereka yang tidak di dalam Kristus dan tidak dipersatukan dengan Dia, tidak memiliki persekutuan dengan Dia; karena tidak ada persekutuan tanpa kesatuan (union). Manusia tidak dapat memiliki persekutuan dan berpartisipasi di dalam hidup kecuali mereka yang dipersatukan di dalam Kristus. Ranting harus dipersatukan dengan pokok anggur, jika tidak, tidak ada persekutuan dengan pokok anggur tersebut, tidak juga berbagian dari setiap derajat air atau makanan yang mengalir, atau berbagian dalam hidup, atau berbagian dalam pengaruhnya. Hal ini dapat dilihat dalam Yohanes 15:1-8. (2) Alkitab secara jelas mengajarkan bahwa hanya orang-orang kudus sejati yang memiliki persekutuan dengan Kristus, seperti yang tertulis dalam 1 Yohanes 1:3 “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.” Demikian juga yang dinyatakan di dalam 1 Korintus 1:9 “Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.”

Ketujuh, orang yang diselamatkan adalah orang yang sudah mengalami regenerasi. Firman Allah mengikat di dalam hati orang yang mengalami regenerasi sebagai benih yang kudus, ada prinsip ilahi di sana, meskipun itu hanyalah sebuah benih yang kecil. Benih merupakan bagian yang sangat kecil dalam suatu tanaman. Keberadaan benih merupakan prinsip utama. Benih tersebut mungkin berada di dalam hati sebagai butir padi atau biji sesawi, mungkin juga tersembunyi dalam tanah dengan ukuran yang besar. Benih yang secara konsisten ada di dalam diri orang kudus akan terus bertumbuh dan akhirnya akan berbuah menghasilkan kehidupan yang kudus, seperti yang tertulis di dalam 1 Yohanes 3:9 “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.” Tanaman sorgawi dari kekudusan sejati ini tidak mungkin ada di dalam hati manusia berdosa. Manusia berdosa tidak memiliki benih firman yang kemudian bertumbuh menghasilkan kehidupan akan kekudusan yang aktual di dalam hidupnya.

Kedelapan, manusia yang diselamatkan adalah manusia baru atau ciptaan baru. Manusia baru ini total berbeda dari manusia lama yang bernatur korup. Menjadi manusia baru dapat dianalogikan dengan kondisi ketika Allah menciptakan. Dia tidak membangun atau menyempurnakan sesuatu yang telah ada sebelumnya, tetapi Dia membuat seluruhnya dan dengan segera segala sesuatu tersebut menjadi baru, apakah itu keluar dari yang tidak ada, atau keluar dari kekosongan suatu natur yang ada, seperti ketika Dia membuat manusia dari debu tanah. Demikian juga ketika Dia membuat manusia lama menjadi manusia baru, manusia baru tersebut secara sempurna dan seluruhnya menjadi baru; bukan di dalam hal fisik tetapi di dalam hal kembali memiliki relasi yang baru dengan Allah Penciptanya dan hati yang total diperbarui untuk hidup bagi Sang Penebus.

Manusia yang berdosa adalah manusia yang mati. Tetapi ketika mereka bertobat, mereka mengalami kemahabesaran dan kuasa Allah yang efektif yang membangkitan mereka dari kematian. Tidak ada medium antara yang mati dan yang hidup. Manusia yang mati tidak memiliki derajat hidup. Ketika manusia dibangkitkan dari kematian, hidup tidak hanya di dalam derajat yang lebih besar tetapi juga semuanya baru adanya.

Regenerasi bukan hanya menyempurnakan apa yang lama tetapi juga menjadikannya baru. Natur dan hidup sekarang adalah baru dan memulai dengan hidup yang baru. Dengan kata lain, manusia yang belum bertobat tidak memiliki derajat hidup dan kepekaan karena hatinya merupakan hati kedagingan dan membatu.

Akhir kata, kita melihat bahwa semua manusia berhutang anugerah kepada Allah, baik hanya sebatas anugerah umum bagi kehidupan fisik kita sebagai ciptaan-Nya, maupun anugerah keselamatan bagi kita orang kudus-Nya, yang telah dilahirbarukan oleh Roh-Nya untuk menjadi milik-Nya sebagai ciptaan yang baru. Perbedaan di antara kedua anugerah ini sangatlah nyata karena membedakan hidup kita hidup atau mati adanya di hadapan Allah. Anugerah apakah yang sudah kita terima? Bagaimanakah kita melihat dan menghargai anugerah keselamatan yang telah kita terima?

dr. Diana Samara
Pembina FIRES

Endnotes:
[1] Disadur dari Jonathan Edwards: Treatise on Grace, Bab I: [Shewing] That Common and Saving Grace Differ, Not Only in Degree, but in Nature and Kind.