Kisah Terkenal Sepanjang Masa
Ini adalah kisah Raja Salomo yang berdoa meminta hikmat dari Allah (1Raj. 3:1-15). Dalam mimpinya pada malam hari di Gibeon setelah dia beribadah kepada Allah, Allah menampakkan diri kepada Salomo dan berkata, “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” Allah menguji hati Salomo. Salomo baru saja menjadi raja, dan begitu banyak hal yang Salomo bisa minta kepada Allah agar dia bisa menjadi raja Israel yang berhasil. Salomo bisa saja meminta kekayaan, keamanan, dan kekuatan militer yang terbaik. Namun Salomo tidak minta itu semua, melainkan meminta hikmat Allah. Kenapa? Sebab dia rasa kurang berhikmat dan takut tidak bisa memimpin Kerajaan Israel.
Dari sini, kita tahu apa artinya menjadi orang berhikmat. Orang yang berhikmat memulai hikmatnya sejak berdoa minta hikmat pada Tuhan karena merasa kurang hikmat, kurang pengalaman, dan rasa diri tidak mampu menjalankan pekerjaan baik. Orang yang berhikmat sadar bahwa Allahlah yang mampu mengubah hidupnya untuk dapat menjalankan kehendak Tuhan. Salomo merasa kurang hikmat, maka dia minta Allah memberikan hikmat. Orang berhikmat tidak minta macam-macam seperti kekayaan, ketenaran, dan keberhasilan. Dia meminta agar mampu untuk mengerjakan pekerjaan Allah dan bertanggung jawab atas jabatan yang Allah percayakan padanya.
Setelah Tuhan memberikan hikmat pada Salomo, hikmat Salomo langsung diaplikasikan dalam kisah Raja Salomo dan dua perempuan sundal (1Raj. 3:16-27). Kisahnya seperti ini:
Masuklah dua perempuan sundal menghadap Raja Salomo. Fenomena ini saja sebenarnya sudah janggal. Raja kok mau sih mengurus perkara perempuan sundal? Kisah ini terjadi karena ada pengaruh dari hikmat yang Salomo terima dari Tuhan. Hikmat dari Tuhan membuat Salomo mau menangani kasus apa pun dalam kerajaannya. Orang yang berhikmat mau menghadapi masalah apa pun yang ada di hadapannya untuk kemuliaan Tuhan. Orang yang berhikmat tidak menghindari/memeti-eskan masalah yang bisa menjadi bom yang dapat meledak sewaktu-waktu.
Dua perempuan sundal menceritakan kepada Salomo bahwa mereka sama-sama melahirkan anak dan tinggal di rumah yang sama. Perempuan yang satu melahirkan duluan, tiga hari kemudian perempuan yang lain melahirkan bayi juga. Umur bayinya beda tiga hari saja, seharusnya mereka saling mengasihi dan hubungan mereka dekat. Akan tetapi, namanya manusia berdosa, persekutuan ibu hamil ini akhirnya tercerai-berai ketika ada masalah besar terjadi.
Di suatu malam, bayi dari salah satu perempuan itu mati karena tertimpa ibunya yang tidak hati-hati ketika tidur, mungkin karena terlalu lelah sehingga tidur pulas dan menindih bayinya sendiri. Ibu yang sadar bayinya mati tertimpa menjadi sangat sedih dan tidak terima dengan kenyataan yang terjadi. Betapa dia menyesal dan merasa bodoh dengan kejadian tersebut. Pikiran berdosanya membuatnya menukar bayinya dengan bayi yang hidup dari ibu yang lain, dan kemudian dia melanjutkan tidurnya.
Ketika pagi tiba, ibu yang mau menyusui bayinya sadar bahwa bayinya yang mati itu bukanlah anaknya. Bayi yang ada di pelukannya itu sudah mati. Akhirnya ibu yang bayinya hidup itu melihat bayi temannya dan tahu bahwa bayinya adalah yang masih hidup. Mereka berdua saling berdebat memperebutkan anak yang hidup. Pertengkaran ibu-ibu ini sangat dahsyat sampai akhirnya perkara itu sampai ke Raja Salomo.
Mereka datang dan menceritakan hal itu pada Raja Salomo, dan Raja Salomo yang penuh hikmat ini mulai menganalisis masalah dan memberikan beberapa kalimat hikmat:
- Perempuan yang satu berkata, “Anakkulah yang hidup dan anakmulah yang mati.” Perempuan yang lain berkata, “Bukan! Anakmulah yang mati dan anakkulah yang hidup.” Ini adalah hikmat menyimpulkan masalah. Salomo berkata secara objektif dan benar.
- “Ambilkan aku pedang,” Salomo memerintahkan prajuritnya. Ini adalah hikmat meyakinkan orang atas apa yang hendak dia lakukan selanjutnya.
- “Penggallah anak yang hidup itu jadi dua, berikanlah setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada yang lain.” Ini adalah hikmat menggertak dengan penuh tujuan yang baik dan benar.
Dalam setiap kalimat orang berhikmat, semua kalimatnya berguna dan penuh tujuan, bukan kata-kata tanpa makna atau kata-kata yang dangkal. Tiga kalimat yang keluar dari hikmat Salomo menghadapi perkara dua perempuan sundal: menyimpulkan, meyakinkan, dan menggertak dengan penuh tujuan.
Dalam menyelesaikan masalah ini, Salomo menyelesaikannya dengan cara menggertak, karena memang tidak ada bukti maupun saksinya. Apakah menggertak diizinkan oleh Tuhan? Bukankah itu kebohongan? Tuhan mengizinkan gertakan dilakukan ketika kondisinya sudah tak ada pengharapan/hopeless dan tidak ada jalan keluar. Bukan berarti kita sedikit-sedikit langsung gertak orang. Apa yang dilakukan Salomo dalam menyelesaikan masalah yang tanpa bukti ini? Menggertak/bluffing. Bluffing seringkali dilakukan untuk bernegosiasi antara pihak yang beroposisi seperti detektif dan perampok atau dalam memenangkan suatu peperangan mental.Salomo menggunakan teknik ini untuk apa? Mencari kebenaran yang sama sekali tidak terlihat dan tanpa bukti. Salomo ingin melihat identitas sejati dua perempuan sundal ini dari respons mereka. Salomo ingin tahu kebenaran peristiwanya seperti apa. Gertakannya sangat mencekam karena pedang sudah ada di depan mereka.
Dua perempuan sundal itu langsung diperhadapkan pada kondisi yang kritis dan mengagetkan sehingga mereka tidak ada kesempatan pakai topeng ataupun berdalih. Mereka berespons secara spontan dan jujur dari hati mereka yang terdalam. Perempuan yang satu mengatakan, “Jangan bunuh bayi itu!” Perempuan yang lain mengatakan, “Bunuh saja tidak apa-apa, supaya kami dua-duanya tidak kebagian!” Raja Salomo yang berhikmat ini langsung berkata, “Jangan bunuh bayi itu, berikanlah bayi yang hidup itu kepada perempuan yang melarang aku membunuh bayi itu, sebab perempuan itulah ibunya.” Salomo memiliki hikmat memutuskan perkara dengan adil. Bayi itu diserahkan kepada perempuan yang memiliki cinta kasih kepada bayi yang mau dipenggal itu.
Dalam kisah ini, Salomo menyelesaikan masalah yang rumit ini hanya dengan empat kalimat penuh hikmat:
– Kalimat pertama: Hikmat menyimpulkan masalah secara objektif. Penafsir mengatakan bahwa Salomo bisa menyimpulkan masalah karena dia punya hati yang mendengar atau listening heart. Hati yang mendengar kebenaran firman Tuhan.
– Kalimat kedua: Hikmat meyakinkan orang atas apa yang akan dilakukannya.
– Kalimat ketiga: Hikmat menggertak dengan penuh tujuan yang baik.
– Kalimat keempat: Hikmat memutuskan perkara dengan adil.
Keputusan dalam kisah ini membuat seluruh orang Israel kagum dan hormat kepada Raja Salomo, sebab mereka melihat bahwa hikmat Allah ada dalam hati Raja Salomo untuk melakukan keadilan.
Dalam 2 Samuel 14:17 dikatakan, “Perkataan Raja Daud tentu akan menenangkan hati, sebab seperti malaikat Allah, demikianlah tuanku raja, yang dapat membeda-bedakan apa yang baik dan jahat.” Ini merupakan hikmat Allah. Kemampuan untuk membedakan apa yang baik dan jahat. Inilah hikmat Allah dalam diri Salomo. Wisdom to determine good and evil, right and wrong, justice and injustice. Hikmat ini yang membuat rakyat yang dipimpinnya percaya pada Raja Salomo dan memiliki impresi yang baik bahwa Raja Salomo adalah raja yang adil! Rakyat menjadi percaya pada rajanya!
Pendiri Gereja ReformedInjili Indonesia, yaitu Pdt. Stephen Tong, bisa dihormati dan dikagumi oleh banyak orang bukan karena satu aspek saja, seperti ahli berkhotbah, tetapi karena beliau dianugerahkan hikmat Allah juga sehingga membuat jemaat percaya pada beliau yang dipimpin oleh hikmat Allah. Meskipun kita tahu bahwa sebagai hamba Tuhan, kemampuan berkhotbah itu adalah hidup-matinya pengkhotbah, tetapi hamba Tuhan tidak hanya dituntut untuk bisa berkhotbah dengan baik saja, melainkan juga dituntut untuk menghadapi masalah di gereja dan pelayanan seperti Raja Salomo menghadapi masalah di pemerintahan, yaitu dengan hikmat yang dianugerahkan Allah. Inilah yang dibutuhkan seorang hamba Tuhan, yaitu hikmat untuk bisa menyimpulkan masalah dalam gereja, bisa meyakinkan orang, mengambil keputusan dengan tepat, dan berlaku adil. Hikmat yang diperoleh itu adalah demi kemuliaan Tuhan.
Bukan saja hamba Tuhan, tetapi keberhasilan pelayanan dari penatua, diaken, diakones, pengurus, bahkan semua orang Kristen bukan dinilai dari harta kekayaan yang banyak, reputasi pelayanan, dan nama besarnya, tetapi dinilai oleh apakah ada hikmat yang dianugerahkan Allah atau tidak. Sia-sia jika kita kaya raya, pintar, mampu banyak hal, nama besar di masyarakat, tetapi tanpa hikmat Allah. Lama-lama pelayanan gereja yang kita kerjakan akan berubah arah menjadi kesombongan, tidak ada kasih pada Allah dan sesama, bahkan orang-orang di sekitar kita malah makin jauh dari Allah karena kita yang berdosa ini.
Hikmat dari Alkitab
Kita semua butuh hikmat. Apakah hikmat itu? Dalam 1 Korintus 1:24 dikatakan, “Tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.” Christ is the wisdom of God. Kristus adalah hikmat Allah bagi setiap orang percaya. Hikmat sejati ada di dalam Kristus. Hikmat orang Kristen adalah Kristus.
Dalam Alkitab, kata “hikmat”, dalam bahasa Ibrani “khokhma”, artinya adalah “skill” atau kemampuan atau keterampilan. Dalam bahasa Yunani, yaitu “sophia”, artinya sama, yaitu kemampuan. Hikmat menurut katanya bersifat hal praktis, bukan teoritis. Hal praktis dapat dikerjakan dengan baik bila teorinya benar. Hikmat biasanya digambarkan dalam kemampuan perang, seni, keterampilan, dan kemampuan bekerja. Dalam kisah Salomo, Salomo memiliki hikmat untuk memutuskan perkara dengan adil dalam pekerjaannya sebagai raja.
Dari manakah orang-orang menemukan hikmat?
Pada umumnya manusia akan mencari hikmat di institusi pendidikan/universitas. Buktinya, karena orang Yunani terus-menerus mencari hikmat, mereka memiliki filsafat Yunani Kuno dan Yunani terkenal dengan tiga guru besar yang disebut Greek’s gang of three atau the big three in Greek philosophy. Pertama: Sokrates (guru Plato), Plato (guru Aristoteles), dan Aristoteles. Tiga orang inilah yang dianggap membentuk pola pikir negara-negara Barat. Ini menunjukkan bahwa orang-orang Yunani betul-betul mencari hikmat.
Dalam 1 Korintus, dikatakan bahwa orang Yahudi mencari tanda, orang Yunani mencari hikmat. Orang Kristen mencari hikmat yang berasal dari Allah, dan orang Kristen menemukan hikmat sejati di dalam Kristus dan salib Kristus. Ini adalah anugerah Allah yang begitu besar! Seorang theolog pernah mengatakan, “When we speak about wisdom, we are speaking about Christ.” Hikmat itu apa? Kristus. Kristus adalah hikmat Allah. Kristus adalah hikmat orang-orang Kristen. Hikmat yang sejati terletak, terdapat, di dalam Kristus. Seluruh berkat kerohanian dan kebaikan terdapat pada Kristus. Kristus adalah hikmat Allah. Dia merupakan hikmat tertinggi. Apakah tindakan hikmat dalam kekristenan? Takut akan Allah. KEMAMPUAN TAKUT AKAN Kristus. Sejauh kamu takut akan Kristus, sejauh itulah hikmatmu.
Orang Kristen perlu hidup berhikmat! Dalam Yeremia 9:23-24, disebutkan nasihat untuk orang bijaksana: Beginilah firman Allah, “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya. Tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Allah yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman Allah.”
Jika kita boleh bangga dan bermegah, itu bukan karena hikmat kita, gelar/pendidikan kita, gereja kita, keluarga kita, atau theologi kita, akan tetapi kita bermegah, bangga, karena kita mirip Kristus. Kita mengenal Kristus. Kita hidup mengimitasi Kristus. Itulah hikmat. Sebab Kristus adalah hikmat Allah dan juga adalah hikmat kita. Mau cari hikmat Allah? Ada di dalam Kristus. Jadi kita jangan mencari hikmat di kepintaran, meskipun kepintaran itu penting. Jangan mencari hikmat di institusi pendidikan, meskipun institusi pendidikan itu penting. Jangan mencari hikmat di kekayaan, meskipun kekayaan itu penting. Jangan mencari hikmat pada guru-guru dunia, meskipun itu penting. Carilah hikmat yang utama di dalam Kristus. Carilah hikmat yang utama di dalam Alkitab, kebenaran Allah. Kita dapat mencari hikmat di mana-mana, Amsal 1 mengatakan bahwa hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, lapangan-lapangan, tembok-tembok, pintu gerbang. Namun, yang utama harus kita pegang dulu, yaitu mencari hikmat dalam Yesus Kristus.
Sudahkah kita menyadari bahwa kita itu kurang hikmat dan tidak berhikmat? Sudahkah kita memiliki hikmat Allah? Sudahkah kita meminta hikmat Allah dalam Kristus? Ada dua nasihat dari Pdt. Stephen Tong ketika bicara soal hikmat:
- “Lihatlah segala sesuatu dari takhta Allah.”
Kita harus melihat segala sesuatu dengan hikmat Allah. Jangan melihat sesuatu dengan hikmat manusia berdosa. Kita ingin agar kita bisa membedakan yang baik dan jahat, yang salah dan benar, adil dan tidak adil, dan melakukan apa yang Yesus lakukan. Jika orang-orang Kristen melihat segala sesuatu dari hati yang berdosa atau bukan sudut pandang Allah, mau dibawa ke mana masa depan kekristenan?
- “Segala pelayanan yang dikerjakan adalah untuk memuliakan Allah.”
Hidup orang Kristen adalah untuk memuliakan Yesus Kristus. Kita harus mencurahkan semua perhatian kita pada Tuhan dan pekerjaan Tuhan. Jangan fokus pada diri dan berhala-berhala. Jangan gagal dalam menjalankan kehendak Tuhan. Hiduplah bagi Yesus Kristus. Sangkal diri, pikul salib, dan ikut Yesus Kristus.
Kiranya kita semua memiliki hikmat Allah dalam kehidupan kita, sehingga hidup kita memuliakan Kristus. Sama seperti Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita, demikianlah kita berkorban bagi Kristus. Hidup bagi Kristus, memuliakan Kristus. Dalam pelayanan apa pun dan bagian kita masing-masing. Kita punya kesatuan hati yaitu melakukan segala sesuatu dengan hikmat Allah dan memuliakan Kristus. Yesus Kristus adalah hikmat Allah; Yesus Kristus adalah hikmat kita orang Kristen. Marilah mengenal Yesus Kristus seumur hidup kita. Marilah kita meminta hikmat untuk bisa memuliakan Kristus melebihi apa pun yang ada di dunia ini.
Vik. Nathanael Marvin Santino
Hamba Tuhan GRII Solo