Engineers, Zaman Modern, dan Kapitalisme: Apakah engineers Mempunyai Pilihan?
“Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa” (Rm. 6: 6)
Pada tulisan sebelumnya, telah dituliskan bagaimana seorang engineer memiliki panggilan sakral dalam bidang pekerjaannya di hadapan Tuhan. Telah dituliskan juga bahwa engineering adalah bagian dari mandat budaya yang memiliki keunikan di antara science dan suatu produk, yaitu sebagai jembatan di antaranya. Juga telah dijelaskan bahwa seperti juga bidang kerja yang lain, engineering diperuntukkan bagi kemuliaan Tuhan dan berkat bagi sesama. Namun ketika manusia jatuh dalam dosa, kemampuan mereka membuat engineering products tidaklah hilang. Tetapi arah pembuatan engineering products yang dikerjakannya berubah dari bagi Allah dan sesama menjadi bagi keuntungan diri. Sebagai seorang engineer Kristen, kita perlu untuk mengembalikan bidang engineering pada Allah. Secara worldview, hal itu berarti bahwa seorang engineer Kristen perlu mengakui bahwa segala pekerjaannya semata-mata boleh ia kerjakan hanya karena anugerah Allah. Di dalam bekerja, ia sendiri mencontoh Allah yang mencipta dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Ia juga, sebagaimana ia pelajari dari Allah, perlu belajar menggunakan apa yang ia ciptakan bagi kepentingan sesamanya. Juga, oleh karena Allah telah menebusnya dari dosa karena kasih-Nya, seorang engineer Kristen perlu belajar menebus bidang kerjanya (engineering) oleh karena kasihnya kepada Allah.
Pada tulisannya kali ini, penulis ingin mengajak pembaca untuk memikirkan konteks zaman di mana kita hidup dalam hubungannya dengan bidang kerja engineering. Penulis juga ingin membagikan sedikit apa yang dia mengerti sebagai akibat dari konteks ekonomi kapitalisme dalam engineering.
Zaman Modern dan Kapitalisme
“Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya!” (Mzm. 73:12)
“…Jangan iri kepada orang fasik” (Ams. 24:19)
Secara sederhana, zaman modern ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, penggunaan intensif media-media massa, spesialiasi skill, globalisasi, urbanisasi, dan industrialisasi. Zaman modern telah membuat pola pikir manusia beralih dari kehidupan yang memercayai keberadaan hal-hal spiritual pada kehidupan yang menekankan hal-hal yang dapat dibuktikan dengan sains. Saat ini, kita hidup di dalam zaman post-modern, di mana pola pikir zaman modern yang demikian boleh dikatakan mulai berkurang skalanya. Akan tetapi, perkembangan teknologi (engineering) secara khusus banyak mendapatkan pengaruh dari zaman modern. Kita adalah orang-orang yang hidup di zaman post-modern secara pemikiran, tetapi dalam zaman modern secara struktural. Hal ini sesungguhnya memengaruhi bagaimana suatu produk engineering dibuat dalam masa sekarang.
Sistem ekonomi kapitalisme adalah sistem ekonomi pasar dan sistem ekonomi modal. Pemerintah, selain meregulasi “cara main” di dalam pasar, tidak memiliki banyak kelebihan dibandingkan pelaku pasar yang lain. Di dalam suatu pasar, pembeli dan penjual bertemu lalu mereka akan menyesuaikan harga dari sebuah barang atau jasa yang diperdagangkan. Jumlah pembeli dan penjual di dalam pasar tidak harus berimbang. Karena itu adalah mungkin bagi sebuah pasar untuk mempunyai sedikit penjual tetapi banyak pembeli. Dalam keadaan ini, penjual akan mendapatkan banyak keuntungan dari pembeli-pembelinya. Seorang di dalam sistem ekonomi kapitalisme yang memiliki posisi seperti ini mendapatkan modal (kapital) yang besar melalui penjualan-penjualannya. Ia berada dalam posisi yang lebih menguntungkan dibandingkan penjual-penjual lain yang memiliki sedikit pembeli (atau dengan kata lain, memiliki pangsa pasar yang kecil). Modal yang dia miliki membuka peluang lebih besar baginya untuk bermain di pasar yang baru dan mendapatkan keuntungan (atau modal/kapital) baru darinya yang memungkinkannya untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan di pasar yang lain lagi. Siklus ini, ketika terus berulang secara sukses, membuat seseorang dalam sistem ekonomi kapitalisme menjadi kaya raya.
Dan di sini, engineering memainkan peran bagi pemilik modal ini. Engineering menjadi alat baginya untuk bermain di dalam pasar. Tanpa produk engineering yang berkualitas, seorang mungkin kalah bersaing di dalam pasar, walaupun ia memiliki modal yang lebih besar. Sebagai contoh: seorang peternak ayam yang kaya raya, tetapi tidak memakai bantuan teknologi sama sekali untuk memperbanyak jumlah telur ayam yang dihasilkan ataupun mempercepat pertumbuhan ayam-ayam tersebut sampai siap dipotong (atau mampu bertelur lagi) akan perlu mengeluarkan modal yang lebih besar dan memelihara ayam lebih banyak untuk menghasilkan jumlah ayam dan telur yang sama dibandingkan dengan seorang yang bermodal lebih kecil yang memanfaatkan teknologi dalam beternak ayam. Jadi, engineering product adalah sesuatu yang memampukan pemilik modal untuk mendapatkan keuntungan di pasar.
Di sini, kita tidak sedang mengatakan bahwa semua pemilik modal adalah orang yang hanya memedulikan keuntungan bagi dirinya. Mungkin saja seorang yang kaya menggunakan kekayaannya bagi orang sekitarnya. Akan tetapi yang sedang disoroti di sini hanyalah semata-mata sistem ekonomi yang memungkinkan seorang pemilik modal untuk menjadi kaya dengan menggunakan engineering. Hal ini secara khusus dibicarakan oleh karena hal ini memang dalam praktiknya dapat menghasilkan efek yang negatif terhadap engineering jika tidak disikapi dengan benar oleh pihak-pihak yang bersangkutan, seperti yang akan kita lihat dalam bagian-bagian berikutnya.
Teknologi di Tangan Orang Berdosa
“Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita mencari nama…” (Kej. 11:4)
“Tuhan mengetahui rancangan-rancangan manusia; sesungguhnya semuanya sia-sia belaka” (Mzm. 94:11)
Apakah yang diakibatkan oleh zaman modern dan kapitalisme pada dunia engineering ketika keduanya bertemu? Di satu sisi, hal ini mengakibatkan perkembangan yang luar biasa pada kemungkinan diciptakannya produk-produk engineering dibandingkan masa-masa sebelumnya. Dorongan dari worldview zaman modern yang “mendewakan” sains telah mengakibatkan kemajuan teknologi yang begitu pesat yang tidak pernah terbayangkan dalam zaman-zaman sebelumnya. Kita dapat mengambil contoh dari bidang kesehatan. Sampai akhir abad ke-19, usia rata-rata hidup manusia (life expectancy) adalah sekitar 30 tahun, baik itu di negara yang paling maju maupun negara terbelakang. Akan tetapi, karena kemajuan dunia kesehatan yang begitu pesat dalam 150 tahun terakhir, usia rata-rata hidup manusia di negara-negara maju seperti Jepang, telah mencapai lebih dari 80 tahun. Pada tahun 2012, panti-panti jompo di Jepang mencatat lebih dari 50.000 penghuninya berusia 100 tahun atau lebih. Di sini kita melihat bagaimana perkembangan teknologi dunia sangat dipengaruhi oleh worldview di belakangnya. Jadi, zaman modern dan sistem ekonomi kapitalisme tidak membuat manusia kehilangan daya inovasinya. Sebaliknya, keadaan demikian mendukungnya, engineering menjadi semakin maju dari zaman ke zaman.
Tetapi di sisi yang lain, kita melihat bagaimana bidang engineering ini, bukan kehilangan daya geraknya, melainkan arahnya. Ketika manusia jatuh dalam dosa, hal yang berubah secara mendasar bukan kemampuan mereka dalam berinovasi dan “mencipta”. Sebagai peta dan teladan Allah, manusia yang jatuh dalam dosa masih memiliki kemampuan tersebut walaupun menjadi berkondisi tercemar dan rusak. Yang hilang dari mereka adalah arahnya. Apa yang ia ciptakan, tidak lagi untuk Tuhan dan sesama, melainkan untuk keuntungan diri sendiri. Dalam hal ini pun dosa telah membuat keadaan sekitar kita tercemar dan mengakibatkan zaman ini dengan sistem ekonomi kapitalisnya “mencemari” juga bidang engineering. Teknologi di dalam tangan orang berdosa, mungkin berkembang dengan cepat, tetapi tanpa arah yang benar. Tugas kita sebagai seorang Kristen adalah mengenali pencemaran-pencemaran tersebut dan belajar untuk menebusnya kembali bagi kemuliaan Tuhan.
Engineer yang Terkekang
“…Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita” (Bil. 13:31)
Salah satu dampak besar dari zaman ini terhadap engineering adalah engineer yang terkekang. Thorstein Veblen, dalam bukunya yang berjudul “The Engineers and the Price System” menuliskan bagaimana zaman modern bersama sistem ekonomi kapitalisme telah memengaruhi bidang engineering. Dalam bukunya, ia menjelaskan bahwa dulu, sebelum zaman modern dan sistem ekonomi kapitalisme berjalan, seorang engineer adalah juga seorang penemu dan yang biasanya juga memasarkan produknya serta menangani keuangannya sendiri. Tidak ada penanam modal yang memberikan uang, tidak ada seorang dari bisnis finansial yang menganalisis apakah produksi suatu barang dan jasa akan menguntungkan atau tidak atau menyarankan seberapa besar jumlah produksi barang yang ideal demi memperoleh keuntungan maksimal. Seorang engineer akan memproduksi barangnya sendiri sebisanya, dan menjualnya sebanyak mungkin, serta memperoleh keuntungan darinya. Dia lanjut dengan mengatakan bahwa sistem ekonomi kapitalisme, demi berjalannya, memerlukan elemen “sabotase” untuk membatasi jumlah barang yang diproduksi agar keuntungan boleh menjadi maksimal bagi pemilik modal. Veblen memperkirakan, bahwa tanpa “sabotase” yang dilakukan demi keuntungan segelintir orang, jumlah produksi barang yang ada boleh mencapai 300%-1200% dari jumlah saat ini. Bagi Veblen, jumlah produksi barang tidak seharusnya dikekang oleh karena keuntungan, tetapi seharusnya diproduksi sebanyak mungkin demi mencapai masyarakat yang ideal.
Walaupun kita mungkin tidak harus sepenuhnya setuju dengan Veblen ketika ia mengatakan bahwa produksi barang seharusnya dilakukan semaksimal mungkin oleh sebab tidak semua barang sesungguhnya memberikan manfaat yang positif ketika diproduksi terlalu banyak (misalnya obat terlarang), tetapi kita dapat setuju bahwa seharusnya yang menjadi dorongan utama bagi suatu produksi bukanlah keuntungan, tetapi kebutuhan yang real. Akan tetapi arus besar zaman ini membuat apa yang tidak memiliki pasar yang menguntungkan disepelekan. Tetapi produksi barang yang menguntungkan, akan terus dikerjakan, bagaimana pun caranya.
Baru-baru ini, penulis mengamati keluaran produk single board computer (yang biasa dipakai sebagai komputer utama dalam embedded system) terbaru di pasaran. Penulis terkejut dengan munculnya Raspberry Pi 2 single board computer (SBC) yang sangat canggih, dengan spesifikasi quad-core 900 MHz CPU dan 1 GB RAM, mampu menjalankan aplikasi desktop dan dijual dengan harga pasaran (hanya) 35 USD! Harga Raspberry Pi 2 SBC saat ini tidak jauh berbeda dengan satu kue tar Raspberry bikinan seorang pembuat kue, tetapi 15-20 tahun yang lalu, harga desktop komputer dengan spesifikasi yang demikian, atau bahkan kurang, adalah sekitar 1.000 USD – lebih-lebih jika barang tersebut adalah single board computer yang berukuran sekecil kue pie!
Mengapa harga Raspberry Pi 2 SBC ini bisa begitu murah? Karena banyak orang membeli komputer, pasar single board computer di dunia industri sangatlah besar. Kucuran dana terus ada di sana, sehingga orang boleh menciptakan teknologi yang makin dan makin canggih dengan harga yang makin lama makin murah. Andai manusia memiliki semangat yang sama dalam menciptakan teknologi demi menyelesaikan masalah kelaparan!
Di sini kita melihat bahwa seorang engineer Kristen sering mengalami dilema. Di satu sisi, ia ingin untuk menggunakan bakat dan talentanya bagi kemuliaan Tuhan dan bagi sesama. Akan tetapi di sisi yang lain, dunia sekitarnya “mengekang” apa yang boleh diproduksinya, yaitu hanya apa yang menguntungkan segelintir investor, bukan apa yang sungguh berguna bagi dunia. Apakah yang perlu dilakukan seorang engineer Kristen di dalam keadaan yang demikian? Kita akan membahasnya pada bagian akhir dari tulisan ini, tetapi sekarang penulis ingin melanjutkan permasalahan yang biasa dialami oleh para engineers dalam konteks sekarang ini.
Engineer yang Tersendiri
“Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka” (Pkh. 4:9)
Zaman modern juga telah menciptakan keadaan sulit yang sering kali membuat engineer Kristen tersendiri. Yang penulis maksudkan dengan tersendiri di sini bukanlah berarti bahwa seorang engineer Kristen biasanya tidak memiliki teman sama sekali dalam hidupnya. Tetapi berarti bahwa jarang bagi mereka memiliki teman seperjuangan yang mau membanting tulang membagi hidup mereka bersama berjuang sebagai kumpulan engineer Kristen. Oleh karena kompleksitas ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat selama zaman modern, satu orang tidak lagi mungkin untuk mengerti berbagai jenis pengetahuan (engineering) sekaligus dengan kedalaman yang signifikan. Zaman modern telah membuat kemampuan para engineer terspesialisasi. Di zaman Renaissance, ilmu pengetahuan lebih terintegrasi dan lebih mungkin bagi seorang untuk menguasai lebih dari satu bidang semasa hidupnya. Saat ini, bahkan di dalam bidang engineering yang sama pun, seorang engineer sulit mengerti apa yang dikerjakan oleh seorang engineer yang lain. Perkecualian selalu ada, tetapi yang dimaksudkan di sini adalah kasus yang secara umum terjadi.
Hal ini sering menjadi kesulitan tersendiri bagi seorang engineer Kristen dalam bekerja menjalankan perannya. Alih-alih untuk mengerti kehendak Allah baginya sebagai seorang engineer Kristen di dalam bidang tertentu dan untuk mengerti bagaimana menjadi seorang engineer (tanpa label Kristen) dalam bidangnya saja, ia memerlukan bantuan orang bukan Kristen (seperti belajar bagaimana engineering dalam bidang tersebut dari seniornya yang bukan orang Kristen), karena dia tidak menemui orang Kristen di sekitarnya yang bergerak di bidang yang sama. Atau, jika ia menjumpai orang yang demikian, ia tidak berada dalam proyek yang sama dengannya, sehingga lebih sulit baginya untuk mendapatkan bantuan secara langsung dari orang tersebut.
Tentu saja hal ini tidak berarti bahwa seorang engineer Kristen harus bergantung pada ada tidaknya teman seperjuangan untuk menjadi garam dan terang (Mat. 5:13-16). Oleh karena garam tetap adalah garam dan terang tetap adalah terang seberapa pun sedikitnya. Akan tetapi untuk menjadi suatu gerakan yang menebus zaman yang dilarikan begitu kuat ke arah yang lain, kekuatan suatu komunitas engineer Kristen diperlukan. Komunitas tersebut perlu menyesuaikan diri dengan tantangan zaman modern, agar mereka boleh menjadi komunitas yang kuat bersaksi bagi Tuhan mereka di dunia.
(bersambung ke artikel selanjutnya)
Ian Kamajaya
Pemuda GRII Singapura