2 November 2014: Suatu Catatan Sejarah

2 November 2014, hari di mana Gerakan Reformed Injili Indonesia mengalami tiga momen penting, yaitu:
Pengucapan syukur HUT Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) yang ke-25
Upacara wisuda mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Internasional (STTRII)
Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Vrije Universiteit Amsterdam (Free University of Amsterdam)

Kita percaya bukan suatu kebetulan ketiga peristiwa ini dapat terjadi pada saat yang bersamaan. Upacara wisuda mahasiswa STTRII terjadi beberapa tahun sekali; HUT GRII ke-25 hanya bisa dilakukan sekali seumur hidup, tetapi banyak gereja juga telah melewati HUT yang ke-25 ini; namun yang hampir tidak mungkin terjadi pada semua gereja ataupun Sekolah Tinggi Theologi (STT) di seluruh dunia adalah penandatanganan MoU dengan Vrije Universiteit Amsterdam.

Vrije Universiteit Amsterdam didirikan pada tahun 1880 oleh seorang tokoh Reformed yang sudah sangat sering kita dengar, yaitu Abraham Kuyper. Abraham Kuyper merupakan seorang theolog, jurnalis, dan juga politisi yang pernah menjadi Perdana Menteri Belanda pada tahun 1901-1905. Beliau menjadi Professor of Theology dan juga rector magnificus (academic president) ketika beliau mendirikan Vrije Universiteit Amsterdam. Setelah lebih dari 100 tahun sejak didirikannya, VU University Amsterdam telah menjadi kubu Reformed yang terbesar di Eropa.

Sebelum Abraham Kuyper mendirikan Vrije Universiteit Amsterdam, pada tahun 1812, di Amerika, didirikan sebuah Theological Seminary dari Gereja Presbyterian di Princeton, di mana mereka menjunjung tinggi ‘Westminster Confession of Faith’ dan katekismusnya sebagai standar pengajaran yang berbasis Reformed. Setelah beberapa tahun, STT di Princeton ini menjadi basis Reformed yang kuat di Amerika Serikat dengan tokoh-tokoh Reformed seperti Charles Hodge, J. A. Alexander, B. B. Warfield, dan J. Gresham Machen. Dengan berjalannya waktu, Princeton Theological Seminary mengalami perubahan organisasi sehingga mulai kehilangan basis Reformednya dan menjadi liberal. Beberapa tokoh yang mau mempertahankan Theologi Reformed seperti Robert Dick Wilson, J. Gresham Machen, Oswald T. Allis, dan Cornelius Van Til kemudian mendirikan Westminster Theological Seminary di Philadelphia. Hingga saat ini, Westminster Theological Seminary menjadi kubu Reformed yang paling bergengsi di Amerika Serikat.

Tanpa inisiatif dari Gerakan Reformed Injili Indonesia ataupun STTRII, kedua kubu Reformed terbesar di Eropa dan di Amerika ingin menjalin kerja sama MoU dengan sebuah STT kecil di Indonesia, padahal masih banyak STT di Asia yang lebih baik dari STTRII. Pada tanggal 24 April 2011, STTRII telah menjalin MoU kerja sama dengan Westminster Theological Seminary di dalam program M.Th., dan selanjutnya juga pada tanggal 8 April 2012, dalam program D.Th. Paradoksnya juga, Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia, tetapi justru di negara inilah Tuhan membangkitkan sebuah kubu Reformed yang diakui oleh dunia Barat. Justru di negara inilah, Injil dapat diberitakan kepada berjuta-juta manusia, sedangkan Injil mulai ditolak dan dilupakan di negara Barat yang katanya negara Kristen.

Melalui hal ini, kita harus sadar bahwa Tuhan dapat memakai siapa pun dan tempat mana pun yang Dia pilih untuk mengerjakan pekerjaan besar-Nya. Saat ini Tuhan sedang bekerja di tanah air Indonesia, dan kita diberikan kesempatan untuk melihat pekerjaan Tuhan yang begitu luar biasa. Dalam usia GRII yang ke-25 ini, Tuhan masih mau memakai Gerakan Reformed Injili Indonesia sebagai saluran berkat untuk umat-Nya pada zaman ini. Akan tetapi, walaupun ini merupakan sebuah peristiwa yang sangat penting di dalam sejarah Gerakan Reformed Injili Indonesia, kita juga tidak boleh berbangga hati ataupun sombong, namun kita harus selalu waspada dan tidak boleh lengah, karena semua ini terjadi hanya karena kehendak dan anugerah Tuhan.

Seperti tertulis dalam Mazmur 127:1: “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga.” Kalau kita tidak mencari wajah Tuhan, dan hanya mencari pengakuan manusia di dalam dunia ini, maka semua hal yang kita kerjakan selama ini adalah sia-sia dan sampah di mata Tuhan. Kita perlu bergantung hanya kepada Tuhan dan setia dalam mengabarkan Injil dan kebenaran firman-Nya. Biarlah Tuhan memberi kekuatan kepada setiap kita untuk terus bekerja bagi Dia dan mengembalikan segala kemuliaan hanya kepada Dia. Soli Deo Gloria!

Adhya Kumara
Redaksi Pelaksana PILLAR