Virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19 sanggup meluluhlantakkan kehidupan manusia, bukan hanya secara lokal, regional, nasional, atau antarnegara tetangga, tetapi di seluruh dunia. Para pemerintah negara beramai-ramai memberikan aturan work from home, study from home, apa pun from home. Intinya segala kegiatan yang tadinya dikerjakan di luar rumah, sekarang semua dikerjakan dari rumah. Bahkan kegiatan beribadah pun masing-masing dilakukan dari rumah. Tentu saja kegiatan medis seperti di rumah sakit tidak mungkin dikerjakan dari rumah.
Kegiatan secara online nyaris menjadi aktivitas wajib setiap hari. Seluruh komunikasi kerja dan belajar dilakukan melalui online. Awal ketika aturan ini diterapkan, saya yakin, sebagian besar dari kita akan bersuka ria karena menganggap ini adalah keputusan yang menyenangkan. Kita tidak perlu bangun pagi-pagi untuk “kejar waktu” ke kantor dan ke sekolah, bisa melakukan tugas kantor dan sekolah sambil santai di rumah, bisa menambah waktu tidur, dan hal-hal menyenangkan lainnya yang kita bayangkan selama work from home. Tetapi ketika waktu terus berjalan, hari, minggu, bulan, apakah kita masih menikmati work from home tersebut? Kita mulai bosan, bukan? Yang ada sekarang adalah kita mendambakan kapan work from home ini berakhir. Kapan bisa ngantor lagi? Kapan bisa ke sekolah lagi? Kapan bisa hangout di mal lagi? Kapan bisa beribadah di gereja kembali?
Bila kita membaca berita-berita yang ada, banyak kejadian menyedihkan terjadi saat work from home. Sang ayah memukul anak balitanya karena tidak tahan seharian di rumah mendengar anaknya menangis, suami istri justru menjadi lebih sering bertengkar dan bahkan tingkat perceraian menjadi lebih tinggi, kasus hamil di luar nikah meningkat, dan sebagainya. Bahkan kasus bunuh diri pun meningkat. Ada seorang remaja bunuh diri karena tidak tahan harus terus berdiam di rumah dan tidak boleh keluar. Remaja tersebut memutuskan bunuh diri karena tidak lagi bisa bertemu teman-teman bermainnya seperti biasa. Ironis. Mengapa bisa terjadi demikian? Karena pada dasarnya manusia tidak diciptakan untuk hidup terisolasi. Manusia diciptakan selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Terus di rumah tanpa bisa keluar (atau tidak berani keluar karena takut tertular COVID-19) lama-kelamaan akan membuat manusia menjadi stres; belum lagi ditambah membaca, mendengar, atau menonton berita-berita terkait COVID-19 yang cenderung membuat makin stres.
Work from home akan menjadi sangat membosankan ketika kita hanya melakukan tugas-tugas rutin kantor dan sekolah, menghabiskan sisa waktu dengan bermain, nonton, tidur, bermain, nonton, dan tidur lagi. Kegiatan yang tadinya menyenangkan berbalik jadi membosankan karena apa yang dilakukan adalah tanpa arah dan tujuan. Seluruh kegiatan seolah menjadi meaningless. Suatu kegiatan yang meaningless akan menimbulkan kebosanan. Kebosanan akan menyebabkan kesuntukan. Kesuntukan akan membuat manusia menjadi stres. Stres akan menyebabkan manusia bisa melakukan hal-hal di luar kontrol dirinya yang bisa merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
Kita tahu bahwa waktu adalah milik Tuhan. Segala peristiwa yang terjadi semuanya berada di bawah kontrol Tuhan, sepengetahuan Tuhan, dan seizin Tuhan. Tidak ada waktu (terlepas dari peristiwa apa pun) yang kita boleh pakai semau kita tanpa tunduk kepada pimpinan Tuhan. Firman Tuhan berkata dalam Efesus 5:15-17, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.” Firman Tuhan sudah memberitahukan kita bahwa waktu-waktu yang dilalui adalah waktu yang jahat. Bila kita tidak peka, kita akan termakan oleh waktu yang jahat tersebut. Kita memakai waktu semau kita, terlepas dari apa yang Tuhan mau kita kerjakan dari waktu-waktu yang kita jalani selama work from home. Sedangkan orang yang bijak adalah orang yang terus mau belajar mengerti apa kehendak Tuhan di balik setiap peristiwa yang ada, dan bagaimana ia boleh berespons dengan benar. Dalam keadaan pandemi COVID-19 ini dengan aturan work from home, sudah seharusnya kita juga menggumulkan apa maksud Tuhan di balik semua keadaan ini, apa yang Tuhan mau kita kerjakan selain melakukan tugas kantor dan belajar dari rumah. Waktu ini adalah waktu-waktu yang jahat. Kesadaran ini seharusnya membuat kita tidak menyia-nyiakan waktu dengan melewati begitu saja atau melakukan hal yang sia-sia.
Apakah bila kita telah mengerjakan tugas kita selama work from home itu artinya kita telah menjalankan hidup dengan benar dan telah memakai waktu dengan benar? Di dalam kekristenan, hidup dengan benar bukan hanya sekadar sudah menjalankan tugas yang diberikan kepada kita dengan sesuai aturan. Seluruh hidup yang Tuhan percayakan kepada kita dalam setiap keadaanlah yang harus kita respons secara benar di hadapan Tuhan. Di dalam kekristenan, ini yang disebut sebagai vocation.
Vocation berasal dari bahasa Latin yang berarti memanggil (call). Martin Luther percaya bahwa panggilan Allah datang pada setiap orang di setiap tugas sehari-harinya. Bagi Luther, setiap orang Kristen memiliki vocation dan setiap jenis pekerjaan yang dikerjakan orang Kristen adalah suatu vocation. Pandangan ini didasarkan atas doktrin Martin Luther tentang justification by faith. Dalam hal ini terdapat double vocation: spiritual dan external. Bagi kaum Puritan, istilah ini diartikan sebagai “general calling” dan “particular calling”, yaitu bahwa kita dipanggil untuk bertobat kepada Kristus, tetapi kita juga memiliki particular calling yang unik berdasarkan situasi dan anugerah yang diberikan kepada kita. Dalam arti singkatnya, baik Luther maupun Calvin memiliki pengertian yang sama bahwa setiap aspek kehidupan sehari-hari kita berkaitan dengan panggilan hidup. Bagi Luther, menjadi seorang suami, istri, anak, atau pembantu, itu berarti menjalankan panggilan Tuhan yang bersifat partikular. Yohanes Calvin kemudian mengembangkan bahwa vocation tersebut bukan melakukan apa yang kita pikir baik untuk dipersembahkan kepada Allah, tetapi melakukan apa yang Allah mau kita lakukan dalam keseharian sebagai persembahan kepada Allah. Dalam hal ini, Calvin sangat menekankan God-centeredness. Efesus 2:10 mengatakan, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa setiap orang percaya di dalam Kristus Yesus menjalankan panggilan hidupnya berdasarkan apa yang sudah Allah tentukan, bukan berdasarkan apa yang ia pikirkan baik. Dengan demikian, syarat pertama untuk bisa mengerti vocation dengan benar adalah seseorang harus sudah dilahirbarukan, percaya kepada Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamatnya.
Lalu bagaimana vocation ini dalam kaitannya dengan work from home karena pandemi COVID-19? Prinsipnya tetap sama, yaitu seluruh yang dikerjakan selama work from home adalah mengekspresikan panggilan Tuhan di dalam hidup kita. Sebagai orang yang hidup bertanggung jawab di hadapan Tuhan, kita bukan hanya WFH hanya untuk tugas kantor atau sekolah kita, tetapi juga bagaimana keseluruhan hidup kita. Pengertian yang benar akan vocation membuat kita tidak akan dengan sukacita menghabiskan waktu seharian selain tugas yang sudah dikerjakan dengan hanya bermain, menonton acara TV, atau melakukan hal-hal lain yang meaningless. Kita sering berpikir bahwa melakukan hal-hal yang tidak benar yang juga diakui oleh orang pada umumnya adalah dosa. Tetapi sesungguhnya ketika kita melakukan hal-hal yang meski “baik” tetapi bukan panggilan kita, atau kita tidak melakukan panggilan kita, itu juga adalah pelanggaran alias dosa.
Seperti apakah vocation? Vocation bukanlah hanya sekadar menjalankan aktivitas pelayanan rohani, atau kegiatan menolong orang lain. Vocation menyangkut seluruh kegiatan di dalam kehidupan sehari-hari kita. Ada beberapa prinsip mengenai vocation; pertama, setiap orang dipanggil untuk menjadi milik Kristus dan berpartisipasi di dalam karya kreatif dan penebusan-Nya; kedua, setiap orang diperintahkan untuk bekerja sesuai dengan tingkat yang dipercayakan kepadanya; ketiga, Allah memanggil kita secara keseluruhan hidup, tidak hanya sebuah pekerjaan. Tentu saja prinsip ini tidak serta-merta mudah kita pahami. Tanpa pemahaman kebenaran firman Tuhan dengan benar, tanpa pergumulan secara pribadi terhadap firman Tuhan, sulit buat kita mengerti vocation yang sesungguhnya, yang harus kita jalani di dalam hidup. Pemahaman akan vocation yang benar berjalan seiring dengan sejauh mana pertumbuhan rohani seseorang. Makin matang ia dalam pertumbuhan rohaninya, maka akan makin jelas ia menjalani vocation dalam hidupnya sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Sederhananya, menjalankan vocation secara benar dalam hidup tidak bisa terlepas dari kedekatan relasi kita dengan Tuhan; seberapa erat ketaatan kita di dalam merespons firman Tuhan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka menjalankan vocation adalah seluruh pergerakan kehidupan kita di dalam kemuliaan Allah dan untuk kemuliaan Allah, termasuk di dalam menjalani kehidupan work from home selama pandemi COVID-19 ini. Lebih banyak waktu membaca Alkitab, mendengar khotbah lewat streaming, bila hanya dijalankan untuk sekadar mencuci hati nurani agar terasa lebih dekat kepada Tuhan atau terasa lebih bertumbuh, tidaklah berarti itu sudah menunjukkan kita hidup menjalankan vocation di dalam dan bagi kemuliaan Allah. Demikian juga sudah menjalankan kewajiban terhadap tugas kantor ataupun sekolah, tidaklah menunjukkan kita sudah menjalankan vocation dengan benar. Menjalankan vocation dengan benar tidaklah dilihat berdasarkan spot-spot kegiatan, tetapi keseluruhan hidup. Tentu saja kita tidak bisa langsung sepenuhnya benar menjalankan vocation. Tetapi kesungguhan untuk rindu hidup bagi Tuhan dan memuliakan Dia, akan mendorong kita untuk benar-benar serius mempelajari firman Tuhan, menggumulkannya, dan menaatinya.
Pandemi COVID-19, work from home, tidak bisa menjadi alasan bagi kita untuk tidak bisa hidup sepenuhnya bagi kemuliaan Allah. Bukankah Allah yang Mahakuasa, Allah yang berdaulat, adalah Allah yang mengizinkan pandemi ini berlangsung, termasuk aturan work from home yang dikeluarkan di hampir semua negara? Tidak ada peristiwa yang tidak di bawah kontrol Allah. Jikalau kita mengaku bahwa semua kejadian ini atas seizin Allah, Allah pula yang akan memberikan kita hikmat bagaimana menjalaninya. Oleh karena itu, marilah melalui kehidupan work from home ini kita tetap menjalankan vocation sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Kita berdosa bukan karena semata kita melakukan hal-hal negatif terkait moral selama work from home, tetapi ketika kita melakukan hal yang kita anggap baik pun, tetapi bila itu di luar dari yang Allah mau kita lakukan, sesungguhnya kita sedang berbuat dosa. Allah yang empunya hidup kita, kepada-Nyalah kita bertanggung jawab. Kiranya nama Tuhan tetap dipermuliakan selama work from home. Mari kita pakai waktu yang ada untuk menggumulkan dan menjalankan vocation kita di hadapan Tuhan!
“Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” (Kol. 3:17)
“Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” (1Kor. 10:31)
Diana Samara
Pembina FIRES