Pendahuluan
Kebanyakan orang mengasosiasikan kecanduan dengan tembakau, obat-obatan terlarang, dan alkohol. Namun, kecanduan lebih dari itu. National Institute on Drug Abuse di Amerika Serikat mendefinisikan kecanduan sebagai suatu kelainan kronis yang kambuh dan ditunjukkan oleh pencarian dan penggunaan narkoba secara kompulsif, terlepas dari konsekuensinya. Ini berlaku untuk berbagai perilaku kompulsif yang mengarahkan orang ke berbagai zat dan proses yang pada akhirnya tidak bisa berhenti. Selain itu, kecanduan juga dapat diartikan sebagai “menyibukkan (diri sendiri) dengan atau melibatkan (diri sendiri) dalam sesuatu yang biasa atau kompulsif”. Ada dua jenis kecanduan: substantif (terhadap zat) dan non-substantif. Kecanduan zat meliputi kecanduan kafein, tembakau/nikotin (termasuk rokok elektronik), alkohol, inhalansia, dll. Sedangkan kecanduan non-zat meliputi perjudian, makan (kerakusan), belanja, pornografi, olahraga, dll. Orang yang mengalami gangguan adiksi biasanya mempunyai dua tipe kepribadian, yaitu kepribadian biasa dan penuh rahasia, pemurung, keras kepala, dan degradasi moral alter ego. Hal ini terjadi karena hal yang adiktif memberikan kesenangan yang singkat, tetapi pada saat yang sama menghambat kemampuan untuk berfungsi dengan baik.
Meski memiliki dampak negatif, sebagian orang masih memilih menjadi pencandu untuk mendapat solusi cepat menghindari rasa sakit, canggung, dan sensasi tidak nyaman lainnya. Mereka mencari kesenangan untuk segera meringankan rasa sakit dan memberikan rasa lega pada kebosanan atau untuk mengisi kekosongan. Satu keputusan mengarah pada keputusan lain, lalu mengarah ke keputusan lain, dan pada akhirnya mereka tidak dapat berhenti mencari atau memikirkannya. Hal ini menunjukkan bahwa semua kecanduan menghancurkan kehidupan. Akan tetapi, kalau ada yang kecanduan, apakah dia masih bisa dianggap sebagai orang Kristen? Apakah kecanduan dianggap sebagai dosa? Bagaimana seharusnya orang Kristen mengatasi kecanduan? Artikel ini akan memfokuskan pembahasan pada kecanduan non-substantif.
Kecanduan non-substantif
Seseorang yang mengalami kecanduan non-substantif tidak mampu berhenti melakukan aktivitas atau perilakunya. Misalnya, seseorang yang kecanduan judi mungkin menghabiskan seluruh tabungannya. Kapan pun seseorang secara teratur melakukan perilaku yang dianggapnya merangsang, ia mengalami aliran dopamin di otak. Berbeda dengan obat-obatan dan alkohol, dopamin tidak tercipta dari efek obat, tetapi dari keyakinan psikologis yang mendalam bahwa perilaku tersebut akan bermanfaat dalam satu atau lain cara.
Beberapa contoh kecanduan non-substansi lainnya adalah kecanduan seksual, penggunaan internet, bekerja, penggunaan ponsel, dan media sosial. Gejala kecanduan non-substantif dapat mencakup keterlibatan kompulsif, berlebihan, dan berulang-ulang dalam perilaku atau aktivitas berisiko, tidak mampu menghentikan aktivitas, gangguan penilaian, tidak mampu mengendalikan perilaku, menginginkan aktivitas atau perilaku, tidak mampu mengenali konsekuensi dari perilaku (keamanan, keuangan, emosional, fisik), ketegangan dalam pekerjaan dan hubungan pribadi, dan respons emosional yang tidak tepat.
Bisakah seorang Kristen menjadi pencandu?
Ciri utama dari kecanduan adalah keterpisahan dari Tuhan dan keinginan akan kasih sayang, cinta, dan hubungan. Kecanduan adalah salah satu cara untuk menggagalkan upaya terbaik Tuhan dalam hidup kita, baik secara sementara maupun selamanya, dan mengarah pada “kehilangan sasaran” yang telah Tuhan tetapkan bagi kita. Pencandu mendambakan lebih banyak hal karena mereka tidak puas dengan kehidupan mereka. Ini sendiri sudah dianggap sebagai dosa penyembahan berhala yang bertentangan dengan apa yang dikatakan dalam Keluaran 20:3. Mereka berpaling kepada sesuatu atau seseorang selain Tuhan untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu, Tuhan juga mengatakan bahwa tubuh kita adalah bait suci, diciptakan menurut gambar-Nya yang artinya kita harus menjaganya sebagaimana dinyatakan dalam 1 Korintus 6:19-20. Yakobus 4:17 menyatakan: “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” Hal ini juga terlihat pada kisah Adam dan Hawa, yang secara khusus disuruh Tuhan untuk tidak memakan buah pengetahuan yang baik dan buruk namun tetap melakukannya. Pada akhirnya, mereka ketahuan berbohong dan merasa malu karena kehilangan semua hak istimewa karena tidak menaati Tuhan. Oleh karena itu, menyalahgunakan tubuh kita dengan kesenangan materi dan kecanduan non-substantif serta menggantikan Tuhan untuk memuaskan kebutuhan kita berarti tidak menaati perintah Tuhan bagi kita, yang dianggap sebagai dosa.
Menjadi seorang Kristen, rutin ke gereja, ikut pelayanan tidak memuat kita kebal terhadap kebiasaan buruk. Kecanduan tidak hanya memengaruhi kesejahteraan fisik dan mental kita, melainkan juga kesejahteraan spiritual dan sosial kita. Masing-masing dari kita bisa menjadi pencandu dan hal yang menakutkan adalah kadang-kadang kita bahkan tidak menyadari apa kecanduan kita atau kapan kita melakukannya. Jadi, meskipun kecanduan adalah sebuah dosa, kita masih perlu melihat setiap kasus atau skenario secara keseluruhan sebelum mengambil kesimpulan tentang seorang pencandu. Namun, pada saat yang sama, jangan menjadikan apa yang salah sebagai benar ketika hal itu bertentangan dengan apa yang telah Tuhan ajarkan.
Perawatan kecanduan non-substantif
Kecanduan non-substantif dapat diatasi dengan beberapa langkah: mengakui bahwa dia memiliki kecanduan, berbicara dengan seseorang yang dipercaya, menjadi bagian dari komunitas, detoksifikasi lengkap, dan menemukan hobi atau kegiatan lain untuk dilakukan.
Tidak mudah untuk menjauh dari kecanduan karena hal itu memberikan kenyamanan. Namun, menjauh dan mengakui bahwa Anda memiliki kecanduan dapat membantu Anda menyadari seberapa jauh Anda telah mencapai kecanduan. Selain itu, ketika Anda mengakui bahwa Anda memiliki kecanduan, Anda akan mengetahui alasan dibalik hal yang Anda hindari tersebut. Menulis jurnal adalah cara yang bagus untuk membantu Anda melihat peran kecanduan non-zat dalam hidup Anda. Bayangkan bagaimana jadinya hidup Anda jika Anda terus melanjutkan kecanduan Anda.
Selanjutnya, berbicara dengan seseorang yang Anda percayai mungkin mengarah pada saran untuk berbicara dengan seorang profesional, jika perlu. Berbicara tentang masalah yang Anda hadapi dapat membantu Anda memahami alasan di balik kecanduan Anda dan menerima nasihat tentang cara memahami dorongan kecanduan Anda dan cara menanganinya. Selain itu, ketika berbicara dengan seorang profesional, mereka bisa merujuk Anda untuk melakukan terapi. Terapi membantu penderita kecanduan mendapatkan perspektif baru dan mengubah perilaku mereka. Beberapa contohnya antara lain: psikoterapi (terapi bicara) seperti terapi perilaku kognitif atau terapi kelompok.
Menjadi bagian dari komunitas adalah jalan penting dalam pemulihan kecanduan karena dapat memberikan panduan dan menawarkan rasa memiliki. Manfaat dari menjadi bagian dari komunitas dalam pemulihan kecanduan sangat besar dan berdampak luas. Pertama, hal ini menyediakan jaringan suportif bagi individu-individu yang memiliki perjuangan serupa dan menawarkan pengertian, empati, dan dorongan untuk lepas dari adiksi. Kedua, mengurangi perasaan terisolasi yang sering menyertai kecanduan, berbagi rasa memiliki, kepedulian, dan hubungan sosial. Terakhir, keterlibatan masyarakat memberikan bimbingan dan pendampingan dari individu-individu yang telah berhasil menavigasi perjalanan pemulihan mereka, memberikan harapan dan inspirasi bagi orang lain.
Menemukan hobi, terutama yang beraktivitas fisik, bisa dijadikan sebagai alternatif pengobatan. Selain itu, melakukan aktivitas yang sehat dan menyenangkan dapat membantu mencegah kambuhnya adiksi karena memungkinkan Anda terhindar dari masalah dengan tetap sibuk dan melakukan hal-hal yang membuat Anda bahagia. Langkah pertama untuk menemukan hobi yang dapat Anda ikuti adalah menilai kekuatan dan kesukaan Anda. Apa yang Anda kuasai? Apa yang Anda sukai? Anda juga bisa mendapatkan teman baru dan melakukan sesuatu yang Anda sukai sambil melakukan hobi Anda. Terkadang Anda akan menemukan bahwa hobi yang Anda sukai, seperti bermain sepak bola atau berenang, melibatkan olahraga. Olahraga adalah bagian penting dari pemulihan kecanduan, karena dapat membantu menyembuhkan beberapa kerusakan yang disebabkan oleh kecanduan. Selain itu, nutrisi juga sama pentingnya karena dapat meningkatkan kesehatan fisik dan emosional.
Bagaimana kekristenan dapat membantu para pencandu?
Ada beberapa cara bagi pencandu untuk “terbebas” dari kecanduannya, antara lain dengan mencari Tuhan sebagai pusat kehidupannya serta memiliki lingkungan yang mendukung dan peduli. Ketika seorang pencandu menyadari bahwa mereka membutuhkan pertolongan dan benar-benar mencarinya, hal ini menunjukkan bahwa Roh Kudus sedang hadir dan melakukan pekerjaan pembersihan yang lembut dalam hidup mereka. Ini pasti akan menjadi perjuangan untuk menarik diri dari kecanduan apa pun, tetapi Tuhan tidak pernah meninggalkan anak-anak-Nya. Saat Tuhan memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di tanah Mesir, Dia menunjukkan kepada kita bahwa Dia bersedia membantu dan melepaskan umat-Nya dari kekejaman. Selain itu, Tuhan mengutus Anak-Nya ke bumi untuk mati di kayu salib bagi kita, menunjukkan belas kasihan Tuhan terhadap anak-anak-Nya yang berdosa kepada-Nya. Mencari Tuhan dan menjadikan Dia sebagai pusat hidup kita akan menjadi kebahagiaan terbesar. Hal ini dapat dilakukan dengan menyelamatkan hubungan kita dengan Tuhan, membaca Kitab Suci dan memahaminya, menerapkan apa yang telah kita pelajari dari Alkitab ke dalam kehidupan kita sehari-hari, dan menemukan komunitas yang mendukung di gereja.
Melinda Fish dalam bukunya, “I Can’t Be an Addict, I’m a Christian” menyebutkan bahwa “semua kecanduan memiliki dampak yang merusak baik pada keluarga maupun gereja”. Jadi, bagaimana seorang pencandu dapat memengaruhi gereja dan keluarga mereka? Hal yang akan terdampak paling besar adalah hubungan. Hubungan dapat menjadi rusak jika kecanduan menguasai pencandu. Emosi yang tidak terkendali dan relapse mengalahkan hubungan penting yang telah dibangun.
Di satu sisi, gereja dapat menjadi tempat dimulainya kecanduan ketika mereka tidak mendukung dan menyadari pergumulan jemaat mereka, tetapi di sisi lain, gereja juga dapat menjadi “rumah” bagi mereka yang tersesat. Beberapa cara gereja dapat menemukan dan membantu pencandu di gereja meliputi:
1. Berbicara dan berdoa agar dia menjadi pengikut Kristus yang berkomitmen dan taat.
2. Membangun kelompok kecil yang berkomitmen pada proses panjang pemuridan relasional. Setiap anggota akan memiliki peran dalam kelompok tersebut, seperti penyemangat, rekan doa, konselor, mitra akuntabilitas, dan lain-lain. Kita perlu memastikan bahwa mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian.
3. Mendorong mereka untuk mendapatkan bantuan medis. Jika mereka takut, maka kita dapat menawarkan untuk menemani mereka.
4. Mendorong mereka untuk bergabung dengan kelompok studi Alkitab yang dirancang khusus untuk membimbing orang lain. Tempat di mana mereka dapat berbicara tentang pergumulan mereka tetapi juga belajar lebih banyak tentang Tuhan dan Alkitab.
Kita perlu belajar untuk tidak menghakimi pencandu tetapi mendukung mereka dalam hal kesejahteraan spiritual dan emosional mereka, untuk memahami dan menawarkan mereka sumber daya yang dibutuhkan untuk pemulihan, dengan mengingat bahwa kita masing-masing memiliki nilai yang melekat dan merupakan gambaran Tuhan.
Kesimpulan
Kecanduan adalah suatu dosa karena fokus hidup bukan lagi kepada Tuhan tetapi kepada sesuatu atau seseorang yang dapat memuaskan kebutuhan dan rasa sakit kita. Namun, bukan berarti pencandu tidak bisa kembali kepada Tuhan. Stephen Davey dalam situsnya Wisdom International mengutip Roma 8:38-39 yang menyatakan, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, atau baik yang tinggi maupun yang dalam, atau apa pun yang ada pada segala ciptaan, akan mampu memisahkan kita dari kasih Allah dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Meskipun dosa memisahkan Anda dari Allah, dosa tidak mencabut keselamatan Anda jika Anda sungguh-sungguh mempercayai Kristus.
Dosa selalu merupakan sebuah pilihan. There is never an excuse for sin. Kapan pun kita berbuat dosa, itu karena keinginan kita dan sebagai orang Kristen, kita selalu dihadapkan pada godaan. Tapi, kita selalu bisa melawan dosa. Ini tidak mudah, tapi mungkin. Cara seseorang melawan dosanya merupakan indikator kekuatan rohaninya. Langkah pertama pasti melalui kasih karunia Roh Kudus yang menggerakkan hati mereka untuk kembali kepada Tuhan, bertobat, dan memohon pertolongan Tuhan untuk menjauhi dosa tersebut. Dengan melakukan ini, orang tersebut berusaha bertindak sesuai keinginan Tuhan. Seperti yang ditulis Rasul Yohanes dalam 1 Yohanes 1:9, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Janji ini meyakinkan kita bahwa ketika kita mengaku dan bertobat dari dosa-dosa kita, Allah setia mengampuni dan menyucikan kita. Langkah kedua adalah menemukan komunitas yang dapat memberikan dukungan dan ruang aman bagi para pencandu untuk menyembuhkan dan menumbuhkan kembali iman mereka kepada Tuhan.
Kezia Tjahjanto
Pemudi GRII Pusat