Dear Paman Sam,
Long time no see yah Paman. Grace baik-baik aja di Singapura; tetapi ini negara yang menurut saya cukup kuat dorongan materialis dan sekulernya, tantangan yang berbeda dengan Indonesia. Alasan saya menulis ke Paman karena selama di Indonesia, Paman yang mendidik saya dalam hal rohani hingga saya remaja. Saya masih ingat Paman yang memberikan Alkitab pertama kepada Grace, walau sekarang sudah agak jarang dibuka.
Sebenarnya selama ini ada satu hal yang saya ingin tanyakan ke Paman tapi susah sekali untuk diungkapkan. Tapi lewat surat ini saya lebih bisa mengungkapkan apa yang ada di dalam benak saya selama ini. Begini, Grace sering merasa tertekan dan mempunyai kesan selalu dibayang-bayangi “penghakiman Allah” yang menakutkan. Kenapa yah Grace suka merasa dihakimi oleh hati nurani setiap kali berbuat dosa baik kecil maupun lumayan besar? Saya pernah cerita hal ini ke teman baik Grace, namanya Dewi. Dia bilang di antara semua teman-temannya, Grace itu yang paling baik dan “suci” – tidak smoking, tidak drinking, tidak clubbing, masih pergi ke gereja, dan suka membantu teman tanpa pamrih lagi. Dia bilang, “Grace, Grace, kamu kok lucu sih merasa tertekan segala, kalo ada satu orang yang nantinya ke sorga yah itu pasti kamu, kalau kamu aja gak ke sorga siapa yang bisa kalau begitu? Yah cuma malaikat-malaikat yang tidak berdosa aja dong? Sudah kamu jangan pikir yang tidak-tidak.”
Jadi Paman apakah saya harus take comfort dari apa yang teman-teman saya katakan? Tapi walau begitu tetap hati nurani saya berkata sebaliknya. Ataukah pertanyaan selanjutnya, sampai harus menjadi sebaik apa agar saya boleh dibebaskan dari pengadilan Allah? Mohon Paman memberikan bijaksana kepada keponakanmu yang sedang bergumul ini.
Salam Kasih,
Graciana
Dear Grace,
Paman senang sekali mendapatkan surat dari Grace. Sudah lama sekali kita tidak bertukar pikiran seperti ini yah. Paman bersyukur Tuhan terus menjaga Grace selama ini, dan tentunya hati nuranimu yang masih segar itu harus tetap dijaga. Grace, Paman ada kabar buruk dan kabar baik untuk Grace. Kabar buruknya, Grace mungkin orang terbaik di kalangan teman-temanmu, atau bahkan paling extreme, meskipun Grace mungkin orang terbaik di bumi ini, Grace tetap tidak akan lolos dari penghakiman Allah. Standar yang Tuhan kita pakai bukanlah kebaikan manusia yang rapuh. Mungkin kita berpikir kita orang baik, tetapi yang lebih penting bukan apa pendapat kita melainkan pendapat Tuhan. Apa sih pendapat Tuhan tentang manusia? Di Amsal 53:3-4 dikatakan, “Allah memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia, untuk melihat apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyimpang, sekaliannya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik,
seorangpun tidak.” Grace tentu masih ingat ayat hafalan dari Roma 3:23 yang menyatakan bahwa: “Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Dan lagi di Yesaya 64:6 dikatakan kesalehan kita seperti kain kotor. Di mata manusia kita mungkin orang suci, tetapi di mata Tuhan kesucian manusia seperti kain gombal. Grace, sudah saatnya kamu membuka kembali Alkitabmu yang mungkin sudah berdebu di rak buku. Biarlah firman Tuhan yang berbicara langsung ke dalam lubuk hatimu dan meyakinkanmu, bukan sekedar kata-kata Paman semata.
Standar yang Tuhan pakai untuk menghakimi kita adalah standar kesucian Allah yang sempurna. Allah yang pada dirinya suci tidak akan memakai standar manusia yang jatuh, Ia hanya akan memakai standar kesucian-Nya tanpa kompromi. Cacat dosa seiota pun akan menyobek kemungkinan kita masuk ke dalam sorga yang kekal. Tidak ada cara lain bagi kita untuk boleh diterima di hadapan takhta pengadilan Allah selain kita menjadi sempurna.
Kabar baiknya adalah bukan kamu seorang yang pernah merasakan kegentaran dan ketakutan akan takhta pengadilan Allah. Di abad ke-16 ada seorang biarawan yang bernama Martin Luther yang juga mengalami pergumulan di dalam hatinya seperti kamu yang bahkan jauh lebih hebat. Ia memutuskan menjadi biarawan ketika ia berjalan dalam badai dan hampir disambar petir. Kejadian tersebut dilihatnya sebagai tanda hukuman dari Allah. Akhirnya, ia mendedikasikan dirinya ke dalam kehidupan biara, mencoba semua cara seperti berpuasa, berdoa berjam-jam, berziarah ataupun mengaku dosa terus-menerus. Ia mencoba menyenangkan Allah melalui perbuatan baiknya tetapi ternyata itu semua hanya meningkatkan kepekaannya akan keberdosaannya. Ia bahkan pernah berkata, “Jikalau seseorang bisa menggapai sorga karena menjadi biarawan, aku tentunya akan termasuk salah satunya.” … mirip seperti komentar Dewi tentangmu yah Grace.
Tetapi Luther tetap tidak mendapatkan kedamaian yang ia cari. Paman mengutip J. I. Packer yang berkata bahwa siapapun yang mengerti tentang kebobrokan dirinya sekaligus tuntutan kesucian dari Tuhan sebagai Hakim yang adil pasti akan bertanya pertanyaan yang Luther pernah ajukan hampir 500 tahun yang lalu, “Bagaimana saya bisa menemukan Allah yang penuh anugerah?”[i] Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab oleh rasio manusia belaka. Luther tidak menemukan jawabannya di dalam semua latihan-latihan disiplin rohani biara melainkan di dalam Wahyu Allah. Ia menemukannya di dalam Roma 1:17 – Orang benar akan hidup oleh iman. Sola Fide!
Namun theologi gereja yang berkembang saat itu menyatakan bahwa iman semata tidak dapat membenarkan sesorang, hanyalah iman yang aktif dalam charity dan perbuatan baik barulah itu mampu membenarkan seseorang di hadapan Allah. Perbuatan baik yang dimaksud lebih lanjut adalah menyumbangkan uang kepada gereja.
Kalau tadi Paman sudah memberikan satu berita buruk dan satu berita baik kepada Grace, sekarang Paman berikan 1 lagi yaitu kabar terbaik yang seseorang pernah terima: Luther, semakin ia mendalami pemahaman Alkitab, semakin ia diyakinkan bahwa gereja pada saat itu sudah corrupted dan menyeleweng dalam beberapa doktrin sentral yang penting, terutama dalam doktrin pembenaran – tindakan Allah yang menyatakan orang berdosa menjadi benar. Ia berkata bahwa Alkitab menyatakan pembenaran adalah kasih karunia Allah semata. Keselamatan seseorang adalah tindakan karunia Allah yang didapat melalui iman kepada Yesus Kristus.
Semoga ini dapat memperjelas pergumulan Grace, dan jangan ragu-ragu bertanya atau cerita kepada Paman yah Grace. Paman doakan Tuhan membukakan hati Grace kepada kebenaran kasih karunia Allah.
Salam dalam Kristus,
Paman Sam
Dear Paman Sam,
Terima kasih banyak Paman untuk suratnya. Grace senang sekali membaca apa yang Paman jelaskan. Grace juga sudah mulai lagi membuka dan membaca Alkitab, terutama bagian-bagian yang Paman jelaskan. Grace juga sudah meneliti dan membaca riwayat hidup Martin Luther. Grace belajar banyak dari kehidupannya dan juga kegigihannya memperjuangkan kebenaran, bahkan harus melawan Paus sekalipun. Keren pisan yah.
Grace dulu suka membayangkan Grace dengan wajah tertunduk sedang duduk di kursi terdakwa, sedangkan Allah duduk di takhta-Nya yang super-megah menghakimi setiap dosa-dosa Grace. Grace selalu merasa tertekan dan kurang bisa melihat Allah yang Mahabaik, yang Grace lihat adalah Allah sebagai Hakim yang mengadili manusia berdosa. Dan itu jugalah rupanya yang Martin Luther rasakan.
Dulu Grace selalu berpikir adanya kontradiksi antara pengadilan Allah dan pengadilan dunia. Alkitab berkata: siapa yang mengaku dosa akan diampuni, sedangkan di pengadilan dunia: siapa yang berdosa harus dihukum. Bayangkan, seorang pembunuh mengaku semua dosanya di ruang pengadilan, “Betul, sayalah yang membunuh sang korban, saya waktu itu khilaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Maafkan saya.” Lalu sang hakim berkata, “Kamu diampuni karena kamu mengaku kesalahanmu.” Tentulah hakim tersebut besok yang akan masuk penjara bersama-sama si pembunuh tersebut.
Tetapi sekarang Grace mendapatkan kejelasan bahwa kita bisa diampuni karena ada Tuhan Yesus yang mati di kayu salib bagi Grace dan semua orang yang percaya kepada-Nya. Kristus menjadi tumbal bagi dosa-dosa umat manusia. Grace sekarang membayangkan sedang duduk tertunduk di kursi terdakwa yang hampir dibawa keluar untuk menjalani hukuman mati, tiba-tiba Kristus datang menghampiri dan ia membuka ikatan-ikatan borgol Grace dan bukannya Grace yang keluar ke ruangan penghukuman, Ia yang kini menggantikan Grace menangggung hukuman tersebut.
Benar-benar lega sekarang mengetahui kebenaran firman Tuhan. Jadi rupanya iman kitalah yang menyelamatkan kita, bukan perbuatan baik kita yang seberapapun banyaknya itu. Sekarang saya membayangkan saya seperti orang yang tenggelam dalam dosa, sedang berupaya keras tetap dalam permukaan dengan nafas senen-kemis dan ada tangan Allah dari atas ‘sekoci keselamatan’ yang terulur kepada Grace, dan Grace mengulurkan tangan Grace menyambut-Nya. Sekarang Grace sudah aman di dalam ‘sekoci keselamatan’.
Salam Kasih dari yang Dibebaskan,
Grace
Dear Grace,
Paman senang Grace merasakan kebenaran firman Tuhan yang membebaskan, namun Grace perlu ingat bahwa Grace dibebaskan bukan untuk bebas dari segala sesuatu, tetapi dibebaskan untuk menjadi budak Kristus, mengikut Kristus sampai mati.
John Calvin, Reformator di Swiss, menulis berkenaan dengan doktrin “justification by faith”, bahwa dengan menerima Kristus kita menerima anugerah ganda yaitu:
1. Kita didamaikan dengan Tuhan melalui Korban Kristus yang tidak bercacat sehingga di sorga kelak kita tidak berhadapan dengan Allah sebagai Hakim yang Adil tetapi sebagai Bapa yang penuh kasih.
2. Kita dikuduskan sehingga kita bisa menjalani kehidupan yang kudus dan tanpa cela.
Paman berdoa untuk Grace, seperti doa rasul Paulus, “Semoga Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Filipi 1:6). Tetapi di dalam kebahagiaan Paman, ada satu hal yang Paman ingin tekankan lagi setelah membaca surat Grace yang terakhir. Paman khawatir jangan-jangan Grace mempunyai konsep yang keliru tentang iman. Kita diselamatkan bukan karena iman kita, tetapi melalui iman kita diselamatkan. Ilustrasi tangan kita menggapai tangan Tuhan mungkin membantu menjelaskan tetapi setiap ilustrasi ada limitasi dan mungkin mempunyai ekses pengertian yang tidak sepenuhnya benar. Di sini Paman mau menjelaskan, jangan sampai karena ilustrasi tersebut, kita mempunyai pengertian bahwa keselamatan adalah hasil kongsi antara Allah yang menyediakan dengan kita yang beriman menerima. Kongsi 50%-50%. Padahal bukan demikian. Pembenaran adalah sepenuhnya tindakan Allah. Kalau tidak, iman kita kembali lagi menjadi “tindakan” kita untuk mendapatkan pembenaran tersebut dan kita sekali lagi jatuh kepada pembenaran melalui tindakan manusia.
Pembenaran tersebut kita terima dari Kristus yang diimputasikan kepada kita melalui iman. Nih, Paman beri kutipan apa yang ditulis oleh Martin Luther: “The first and chief article is this: Jesus Christ, our God and Lord, died for our sins and was raised again for our justification (Romans 3:24-25). He alone is the Lamb of God who takes away the sins of the world (John 1:29), and God has laid on Him the iniquity of us all (Isaiah 53:6). All have sinned and are justified freely, without their own works and merits, by His grace, through the redemption that is in Christ Jesus, in His blood (Romans 3:23-25). This is necessary to believe. This cannot be otherwise acquired or grasped by any work, law or merit. Therefore, it is clear and certain that this faith alone justifies us … Nothing of this article can be yielded or surrendered, even though heaven and earth and everything else falls (Mark 13:31).[ii]
Secara sederhana dapat disimpulkan perjuangan Luther di dalam Reformasi abad ke-16 adalah peperangan sengit antara “justification by faith” dengan “justification by works”.
Sola Fide menjadi salah satu dari lima sola yang menjadi dasar perjuangan Reformasi: Sola Fide — Sola Gratia — Solus Christus — Sola Scriptura — Soli Deo Gloria.
Oh ya Grace, saya hampir lupa, Sola itu artinya HANYA. Paman jelaskan secara singkat seperti ini:
- SOLA FIDE: HANYA melalui iman sebagai sarana kita menerima pembenaran Allah – menolak pembenaran melalui perbuatan.
- SOLA GRATIA: HANYA karena kasih karunia-Nya kita diselamatkan secara cuma-cuma – menolak keselamatan karena hasil usaha kita.
- SOLUS CHRISTUS: HANYA Kristus-lah satu-satunya perantara Allah dan manusia – menolak perantara lainnya entah itu Paus, orang-orang suci (saints) ataupun Bunda Maria.
- SOLA SCRIPTURA: HANYA Alkitab sebagai otoritas yang mutlak – menolak otoritas Paus yang infallible dan praktis-praktis yang bertentangan dengan kitab suci seperti praktis penjualan indulgensia, purgatory, dan lain-lain.
- SOLI DEO GLORIA: HANYA kepada Allah segala puji syukur kita tujukan.
Grace, kamu sadar sekarang namamu begitu indah? Saya ingat orang tuamu dengan jelas memilih nama Grace untuk kamu karena mereka benar-benar menyadari bahwa kamu adalah anugerah dari Tuhan untuk mereka. Jadi kamu harus menghidupi makna dari namamu bahwa keselamatan kekal kita, dan bahkan setiap inci seluruh hidup kita, adalah anugerah dari Tuhan.
Salam Kasih,
Paman Sam
Dear Paman Sam,
Terima kasih sejuta Paman, Grace senang sekali dan bersyukur kepada Tuhan karena diberikan nama yang begitu indah dan juga mempunyai makna yang dalam sekali. Grace jadi sedikit bingung karena dalam KTB di gereja sini, Grace diajarkan bahwa setelah kita diselamatkan itu tidak cukup, harus ada baptisan, dan harus ada perbuatan baik, dan juga kesucian untuk melengkapinya. Padahal di surat Paman sebelumnya, Grace cukup yakin mengerti bahwa keselamatan itu adalah semata-mata anugerah Tuhan bagi kita yang tidak layak melalui iman bukan perbuatan. Lalu kalau sudah diselamatkan bagaimana tentang perbuatan baik? Di manakah tempatnya? Apakah itu penyempurna iman?
Paman juga tolong berikan bagian-bagian Kitab Suci yang menjelaskan hal ini supaya Grace bisa mulai menggali sendiri, kan Grace tidak mau dikasih ikan terus, Grace mau dikasih kail dan umpan supaya bisa menangkap ikan sendiri.
Oh ya, Paman juga ada menulis tentang kebenaran Kristus yang diimputasikan kepada kita. Apa itu yah artinya?
Salam,
Grace
Dear Grace,
Roma 3:24 mungkin bisa menjelaskan tentang “Justification”:
- The FACT of Justification – “being justified“
- The MANNER of Justification – “freely“
- The SOURCE of our Justification – “by His grace“
- The GROUND of Justification – “redemption in Christ Jesus“[iii]
Dan dalam Roma 5: Ia yang dibenarkan, Ia juga dikuduskan. Sehingga tidak mungkin orang yang menerima anugerah keselamatan dan dibenarkan oleh Tuhan, kembali kepada kehidupannya yang berkubang dalam dosa. Perbuatan baik dan kesucian adalah buah hasil pembenaran yang seharusnya keluar secara otomatis.
Kamu coba klarifikasi dengan pemimpin KTB kamu apakah perbuatan baik yang ia maksud itu sebagai buah dari justification ataukah sebagai salah satu prasyarat kita dibenarkan yaitu iman plus perbuatan baik. Konsep justification by faith ini memang tidak mudah diterima bahkan itulah keunikan dari iman Kristen yang sejati. Konsep justification di agama-agama lain adalah justification by works. Doktrin justification by faith akan selalu diganggu dan diselewengkan menjadi justification by works dari zaman ke zaman.
Prinsip lima Sola yang Paman jelaskan di surat sebelumnya itu mengakibatkan peperangan yang sengit antara gerakan Reformasi Luther dengan gereja Roma Katolik. Justification by faith yang menjadi melodi utama dari gerakan Reformasi mendapatkan perlawanan yang keras baik di masa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang. Alasannya adalah karena doktrin ini melawan natur manusia berdosa yang independen dari Allah.
Namun kelima Sola ini tidak hanya mendapatkan perlawanan dari gereja Roma Katolik abad pertengahan tetapi ketika kita telusuri ke belakang, peperangan yang sama juga dihadapi oleh Paulus melawan orang-orang Yahudi yang menghendaki orang-orang Kristen Yunani yang tidak bersunat untuk disunatkan dan mengikuti aturan hukum Taurat baru menjadi Kristen. Ketika kita telusuri ke depan, kita menemukan perlawanan yang sama juga dihadapi Agustinus melawan Pelagius ataupun Reformed melawan Arminian. Dan sepertinya justification by works menjadi arus utama di dunia ini sedangkan pandangan Reformed berada di tempat yang marginal dan tersendiri sekarang.
Jadi kalau kamu ingin menelusuri bagian kitab suci tentang konsep justification, Grace bisa mulai dengan Kitab Roma dan Galatia. Di kitab Roma, Rasul Paulus menjelaskan dasar-dasar prinsip justification secara mendetail. Sedangkan di kitab Galatia, Paulus dengan sengit membela konsep justification terhadap serangan kaum Judaizer. Karena mereka yang sudah dibebaskan dari ikatan hukum Taurat (justification by works) ingin kembali kepada ikatan yang memperbudak sekali lagi. Tapi tabah yah Grace, mungkin kamu akan mendapati beberapa konsep yang sulit dimengerti dan perlu perjuangan untuk mengerti kebenaran firman Tuhan, but is definitely worth it!
Grace, tentang istilah “imputasi” Paman lupa menjelaskan karena istilah ini memang agak teknikal untuk orang awam. Imputasi ini mungkin bisa dijelaskan dengan lebih mudah ketika kamu mengerti istilah amputasi. Amputasi pasti kata yang cukup familiar seperti dalam kalimat, “Dokter mengamputasi tangan si pasien.” Amputasi berarti memutuskan atau melepaskan apa yang menjadi bagian dari sesuatu/seseorang. Imputasi adalah kebalikannya, yaitu mengenakan sesuatu yang dari luar kepada sesuatu/seseorang tersebut. Jadi dalam hal ini kebenaran Kristus diimputasikan kepada orang yang dibenarkan dapat dimengerti bahwa kebenaran Kristus dikenakan kepada kita atau kita di-cover oleh kebenaran Kristus.
Bagaimana Grace? Apakah kamu jadi lebih jelas atau tambah bingung dengan surat-menyurat ini?
Salam kasih,
Paman Sam
Dear Paman Sam,
Paman, tenang aja, Grace jadi lebih mengerti kok walau ada kebingungan sini-sono, tapi sekarang kerangka berpikir Grace yang semerawut sudah lebih tertata rapi. Point berikutnya yang Grace tanyakan adalah bagaimana mengabarkan Injil dan kebenaran “justification of faith” kepada teman-teman dalam konteks pluralisme. Mereka sih stand-nya seperti ini kira-kira, “Ya sudah itu kan yang kamu percaya, yang saya percaya lain. Marilah kita saling menghormati kepercayaan masing-masing.”
Paman, tolong kasih bijaksana dan tips praktis dong.
Salam,
Grace
Dear Grace,
Grace, first of all, keselamatan adalah anugerah dari Tuhan, oleh karena itu mari kita minta kepada yang Empunya tuaian untuk memberikan kesempatan bagi kita menuai pada saat-Nya. Maka, sebelum kita membuka mulut kita mengabarkan Injil, biarlah lutut kita bertelut lebih dahulu untuk mereka, Grace. Berdoa biar kiranya Tuhan membukakan pengertian akan dosa, penghakiman dan kasih Allah, serta pengharapan manusia satu-satunya di dalam Kristus. Setiap manusia berdosa harus mengerti dan menyadari fakta dosa adalah fakta yg tidak bisa dipungkiri. Setiap manusia berdosa juga akan menerima penghakiman dari murka Tuhan. Sehingga Kristus yang tersalib, paradoks terbesar dari zaman ke zaman, tetaplah jawaban satu-satunya bagi umat manusia. Berita Injil tidak pernah menjadi usang, ketinggalan zaman, bahkan tidak pernah menjadi satu pilihan di antara begitu banyak pilihan yang ada seperti yang dipikirkan manusia di tengah dunia pluralistis.
Berita justification by faith tetap merupakan batu sandungan yang besar bagi mereka yang merasa diri benar melalui perbuatan baik mereka. Namun orang yang berpegang pada sentralitas berita Injil tidak perlu merasa minder. Mari kita tetap beritakan Yesus yang tersalib dengan setia karena hanya melalui Dia-lah kita manusia beroleh pembenaran! Inilah pengharapan sejati bagi manusia berdosa.
Grace, tidak ada jalan pintas, Paman sarankan selain kamu rajin menggali Alkitab, bacalah buku-buku yang baik yang bisa memperlengkapi kamu lebih lanjut dalam pengenalan akan Allah, sehingga kamu dapat memberitakan Injil di konteks dunia sekarang ini dengan lebih baik lagi. Mari kita terus bertumbuh kepada kesempurnaan dalam Kristus!
Salam dan Doa,
Paman Sam
Heruarto Salim
Redaksi Pelaksana PILLAR
[i] http://www.the-highway.com/Justification_Packer.html
[ii] http://en.wikipedia.org/wiki/Theology_of_Martin_Luther
[iii] http://www.leaderu.com/offices/stoll/justific.html